Duabelas

1.2K 86 13
                                    

Typo bertebaran banyak kata baku dan non baku harap maklum

Semburat jingga kemerahan terlukis di ufuk barat desa, suara burung berkicau yang terbang hendak kembali pulang ke sarangnya karena waktu sudah memasuki senja, dengan semilir angin yang berhembus melewati beberapa helai rambut perempuan yang saat ini berdiri didepan pagar pekarangan rumah.

Di depan rumah terlihat seorang wanita paruh baya tengah menyapu halaman rumah dengan diselingi nyanyian dangdut yang terdengar dari mulutnya dengan senyum yang masih terpatri diwajahnya yang sudah mulai menua dan rambut yang mulai beruban, dari arah belakang suara seorang gadis membuat wanita paruh baya itu mengalihkan pandangannya dan terpaku sejenak.

"Emaaak Arsya pulang!!"

Dengan wajah sumringah Arsya memasuki pekarangan rumahnya diikuti oleh Diajeng yang tengah iya gandeng. Arsya membentang kedua tangannya hendak memeluk wanita paruh baya didepannya, tapi respon yang diberikan wanita tersebut jauh dari ekspektasinya.

Dengan wajah tegang dan mata menatap tajam wanita itu langsung mengacungkan sapu lidi yang ia gunakan menyapu tadi. Dengan ekspresi menyiratkan sebuah amarah wanita itu menghampiri Arsya dan memukulnya berulang kali dengan sapu lidi tersebut sampai membuat Arsya mengaduh kesakitan lalu berlari menghindari sabetan maut dari wanita itu.

Buk

Buk

Buk

"Sini kamu titisan Malin Kundang!! Bertahun-tahun merantau ke kota gak ingat rumah sama sekali! Di telpon gak di jawab!! Diminta pulang bilang nanti!! Hampir aja emak kutuk kamu jadi emas!"

"Aduh...ampun maak...ampuni anakmu yang tidak berdosa ini maak!!"

Buk

Buk

Buk

Dengan tanpa ampun wanita itu masih mengejar dan mukuli Arsya, sedangkan Diajeng yang sejak tadi menyaksikan hanya tertawa terbahak-bahak. Arsya yang mendengar tawa Diajeng yang begitu inah mengalun ditelinga nya langsung berhenti sejenak dan berdiri mematung melihat Diajeng yang masih tertawa begitu anggunnya.

"Hahahahaha!"

Suara tawa Diajeng mengundang atensi wanita paruh baya yang sedari tadi gencar memukul Arsya, dengan wajah terkejut wanita itu mendekati Diajeng dan memeluknya.

"Ndoro ayu Diajeng!"

"Hahahahaa....iya Bu Sasmita ini saya Diajeng!"

"Ya ampun saya abis mimpi apa bisa ketemu Ndoro ayu....sekarang Ndoro ayu semakin cantik saja setelah saya keluar dari kediaman juragan".

Dengan senyum tipis dan pipi yang bersemu merah Diajeng hanya bisa mengangguk malu.

"Ibu bisa saja...ibu juga sama cantiknya kok!"

"Alah saya ini sudah tua sudah gak secantik Ndoro Ayu hihihi....eeh kan jadi lupa ayo masuk kedalam sudah mau gelap kebetulan saya masak banyak hari ini!"

"Iya Bu...itu Arsya gak sekalian diajak masuk Bu?" Tanya Diajeng seraya menatap gadis yang sejak tadi hanya terdiam melihat percakapan keduanya.

"Anak itu biarin bermalam diluar! Siapa suruh gak inget orang tua di kampung! Katanya mau fokus ngejar karir jadi biarin aja dia diluar! Lebih baik kita masuk saja!"

Dengan acuh tak acuh Bu Sasmita langsung menggandeng lengan Diajeng dan masuk kedalam rumahnya, sedangkan Arsya hanya bisa menghela nafas panjang dan ikut masuk kedalam rumahnya.

********

Malam ini Arsya tengah duduk di kursi rotan yang berada di teras rumah dengan ditemani teh hangat yang masih mengepul dan tangan yang masih mengetik sesuatu pada laptop didepannya, tak berselang lama muncul Diajeng diikuti Bu Sasmita yang duduk di kursi rotan yang masih tersedia dengan posisi kursi yang melingkar serta meja ditengah ketiganya duduk saling berhadapan.

Madaharsa Untuk Diajeng (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang