TigaBelas

1K 77 6
                                    

Typo bertebaran banyak kata baku dan non baku harap maklum.

Seperti yang direncanakan Arsya hari ini Arsya mengajak Diajeng untuk keliling kampung, saat keduanya melewati ruang tamu terdengar suara bariton memanggil nama Arsya.

"Arsya"

"Eh bapak...kapan bapak pulang?" Tanya Arsya sembari mencium punggung tangan sang bapak diikuti Diajeng.

"Pulang subuh tadi Sya...ini Ndoro ayu Diajeng kan? Kok bisa ikut Arsya kemari?"

"Nggih pak saya diajak Arsya main kesini"

"Oalah... Juragan Surendra sama juragan Saraswati nggak ikut Sya?"

Mendengar pertanyaan bapaknya Arsya mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Aduh pak keburu siang ini Arsya mau ajak Diajeng jalan pagi sekalian keliling kampung"

"Ya udah sekalian kamu lapor ke pak RT ya nak pasti kamu belum lapor kan? Terus kamu hati-hati bawa Ndoro ayu, jangan sampe lecet!"

"Iya iya pak ini juga mau lapor...bapak tenang aja Ajeng bakalan aman sama Arsya!"

"Ndoro ayu Diajeng, kamu itu mbok yang sopan beliau ini kan perempuan terhormat!" Tegur Saputra yang hanya dibalas anggukan.

Keduanya berlalu keluar rumah, karena masih terlalu pagi Saputra berniat pergi ke dapur mencari sang istri dan menanyakan kedatangan Diajeng serta Arsya anaknya.

"Ibu...Bu...ibuu"

"Iyaa kenapa pak?"

"Itu Ndoro ayu kok bisa ikut Arsya kesini? Mereka kesini berduaan aja Bu?"

"Owh iya pak... Ibu juga bingung kok bisa Arsya ngajak Ndoro ayu kesini berdua aja lagi, sedangkan bapak tau kan sifatnya juragan dia pasti bakalan ngamuk kalo Ndoro ayu keluar rumah"

"Semoga Arsya nggak bikin masalah ya Bu"

Nada Suara Saputra terdengar khawatir membuat hati Sasmita ikut cemas.
.
.
.

Arsya dan Diajeng menyapa beberapa warga hendak pergi ke ladang, hujan semalam yang mengguyur kampung membuat jalan begitu becek dan berlumpur beberapa kali Arsya serta Diajeng hampir terjatuh.

Dengan hati-hati Arsya mencari pijakan yang lebih aman tak lupa Diajeng dibelakang mengikuti. Secara perlahan Diajeng menginjak tanah yang tadi dipijak Arsya tapi pijakan kaki Diajeng meleset dan hampir terjatuh tapi dengan sigap Arsya memegang erat lengan Diajeng.

"Hati-hati!"

"E-eh iyaa Sya"

"Jalan jadi licin karena hujan kalo kaya gini bakalan lama sampe rumah pak RT"

"Terus gimana?"

Arsya terus berpikir sampai akhir Arsya mengikat rambutnya lalu jongkok depan Diajeng, melihat tindakan Arsya membuat Diajeng bingung dan kembali bertanya.

"Arsya ngapain?"

"Naik buruan... Biar cepet sampe"

"Emang gak ada cara lain gitu selain ini?"

"Udah jangan kebanyakan nanya tinggal naik aja aku gendong"

"Nanti kalo jatuh gimana sya nanti kotor semua"

Madaharsa Untuk Diajeng (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang