6. Tekad

179 24 0
                                    

-Kediaman Raja Agung Hanar-

Makan malam selalu di adakan di kediaman yang mulia. Para pelayan sibuk menyajikan hidangan dan melayani keluarga raja.

Raja Hanar datang bersama Pangeran Eras setelah menjemputnya dari kamar. Semua mata tertuju pada Pangeran Eras setelah begitu lama tak melihatnya di ruang makan.

Selir Leah bergegas menyambut Pangeran dan menggenggam tangannya.

"Mari duduk dengan Ibu, pangeran. Sudah begitu lama kita tak makan malam bersama."

Pangeran tersenyum tipis, pasrah membiarkan Ibu selir membawanya ke meja makan. Tapi senyum itu luntur saat melihat kakak kedua sudah duduk diseberangnya. Raut wajahnya tak bersahabat, tatapan nya tajam mencuri pandang ke arahnya.

"Pelayan, siapkan semua makanan kesukaan pangeran!" titah Raja memulai makan malam dengan khidmat.

Eras pun mulai menyantap makanan berusaha mengacuhkan tatapan tak bersahabat pangeran Jaden.

"Ibu, kapan kakak akan pulang?"

Pangeran Jaden membuka suara.

Ibu selir hanya tersenyum kecil dan berkata, "sabarlah, dalam waktu sebulan lagi ia akan pulang."

"Pangeran Raez sudah lama menjaga perbatasan. Dia menjalankan perannya dengan baik" sambung raja Hanar bangga.

"Aku sangat bangga dengan kakak. Aku akan menjadi kuat sepertinya. Aku akan meningkatkan kekuatan dan berlatih pedang dengan giat!" seru Pangeran Jaden penuh ambisi.

Raja Hanar dan ibu selir tersenyum kecil. Pangeran Jaden memang terkenal memiliki kemampuan yang mumpuni. Meski sikapnya angkuh semua orang memaklumi mengingat potensi besarnya.

"Ibu sangat bangga padamu Jaden."

Ada rasa iri menyeruak di hati Pangeran Eras. Kenapa tubuh ini harus terlahir begitu lemah?membuatnya terlihat begitu menyedihkan. Pangeran Jaden pun menatapnya dengan senyum sinis, mengolok betapa tidak bergunanya dia.

***

Malam menyergap dengan cepat. Semuanya berubah gelap namun sinar rembulan tergantung indah di langit. Seluruh kerajaan mulai sunyi. Tapi tidak dengan halaman belakang kediaman pangeran.

Eras tengah bergelut dengan sebilah pedang. Tangannya bergerak mengayun dan menebas dengan pedang tanpa henti sejak beberapa jam lalu.

Sudah lewat tengah malam, saat tubuhnya ambruk di tanah karena kelelahan. Keringat membasahi tubuhnya. Ia berbaring di rerumputan dengan napas terengah-engah. Tangannya menjangkau sebuah perkamen yang ia letakkan sembarangan, lantas membaca dan melihat gambar-gambar jurus pedang dan cara menguasainya.

Ia sudah mempelajarinya, meski benar-benar kelelahan. Pangeran Eras sudah berjanji akan mulai berlatih setiap harinya tak peduli jika tubuhnya terasa remuk redam.

Ia menatap bulan yang tergantung indah. Pangeran Eras selalu menyukai malam dan benda-benda langit. Membuat hatinya terasa tenang dan damai.

Eras masih jauh dari kata mahir. Apalagi pedang yang ia ambil dari gudang persenjataan begitu berat. Tapi ia tak akan menyerah demi menjadi lebih kuat.

Eras kembali bangkit, menggenggam gagang pedangnya dengan mantap dan mulai kuda-kuda. Ia mulai berlatih kembali dengan sisa tenaganya yang tidak seberapa.

"Aku tidak akan menyerah!" serunya bersemangat.

Tanpa Eras sadari, ada seseorang berdiri dari kejauhan mengintainya di antara atap kediaman jendral. Sosoknya berdiri tenang tanpa raut di wajahnya. Sudah lama ia berdiri disana dan mengawasi halaman belakang kediaman Pangeran.

"Dasar keras kepala." bisiknya lirih.

***

Keesokan harinya Eras terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa pegal. Ia menyipitkan mata begitu sinar surya menyinari setiap sudut istana. Eras terkejut mendapati dirinya ternyata ketiduran di halaman belakang kediamannya.

Ia bergegas bangkit demi mendapati selembar kain menutupi tubuhnya. Cukup aneh mengingat semalam ia berlatih tanpa seorang pun yang tahu. Ia mengamati selimut sutra itu dan mendapati ada rajutan di sisinya. Sebuah simbol burung phoenix terukir indah. Seingatnya ini adalah simbol kediaman jendral perang, Hades.

'Siapa yang baik sekali menyelimuti ku?'

Begitu lama termenung,rasa penasaran itu segera diabaikan mengingat ia harus segera membersihkan diri dan sarapan. Ia berjalan sembari menahan rasa nyeri di sekujur tubuhnya.

🗻🗻🗻

si Pangeran Jahat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang