-Halaman 150-Metode belajar kultivasi terdapat berbagai macam teknik. Seperti bergabung dengan berbagai macam jenis sekte dewa, mendatangi tempat khusus dimana energi Qi (spiritual) melimpah, dunia atau medium lain, dan lain sebagainya.
Semakin panjang usia kultivator. Semakin dalam teknik dan tingkat kultivasinya bahkan mencapai immortal.
***
Tangannya menutup buku itu perlahan. Otaknya cukup letih mencerna semua informasi di kertas usang itu. Ia membacanya hingga hampir petang. Ada banyak yang ia pikirkan sekarang. Buku ini membuatnya semakin bingung, seharusnya ia bertanya saja pada guru istana ataupun si jenius tuan muda Haven.
"Aku hanya orang baru di dunia ini. Aku bahkan tidak tahu dimana sekte dewa itu."
Eras terduduk lesu sembari memandang lama sampul coklat buku kultivasi itu. Rasa semangatnya mempelajari kultivasi menguap begitu saja.
'Hormaaat! Yang Mulia Raja datang!'
Seorang pengawal mengumumkan kedatangan Raja Agung Hanar bersama pelayan ke kediaman Pangeran tepatnya di gazebo.
Pangeran Eras bangkit mendekat dan memberi hormat pada Ayahanda. Ia sedikit kaget dengan kedatangan Ayahanda di tengah kesibukannya.
Raja Hanar merangkul Pangeran Eras dan membawanya kembali duduk.
"Ayahanda, ada apa gerangan tiba-tiba mengunjungi Eras?"
Raja Hanar hanya tersenyum lantas menyuruh pelayan mendekat.
"Ayah membawakan mu pakaian tebal untuk musim dingin. Semuanya indah dan sesuai dengan ukuran tubuhmu."
Pelayan meletakkan beberapa mantel tebal dengan bulu-bulu lembut di pinggiran nya. Eras bahkan tidak tau musim dingin akan segera tiba.
Hatinya menghangat. Bahagia sekali rasanya menerima hadiah untuk pertama kalinya."Benarkah ini untukku?" tanya Eras terharu.
Raja Hanar mengusap kepalanya dan mengangguk. "Tentu saja Putraku, Ayahanda kan selalu memberikan pakaian tebal setiap musim dingin, seumur hidupmu. Apakah kau lupa?"
Eras hanya tersenyum malu sembari mengelus-elus pakaian barunya. "Terimakasih Ayahanda ! Semua ini sungguh berarti."
Raja Hanar menatap Eras dengan tatapan lembut. Wajah Eras selalu mengingatkan yang mulia pada mendiang istrinya. Ia begitu rindu pada Permaisuri Zeheral. Cinta satu-satunya yang masih tertanam di hati raja. Ia sudah berjanji akan selalu menjaga Eras dengan nyawanya.
"Ayah lupa, bagaimana dengan lukamu?"
Raja Hanar menatap leher Eras yang terlilit kain. Ia tau semua yang terjadi pada Eras pagi ini karena seseorang melapor padanya.
"Tabib sudah mengobatiku, aku tidak apa-apa Ayahanda."
Raja Hanar marah dengan apa yang terjadi pada Putranya. Ia tahu bahwa pangeran Jaden selalu iri pada Eras karena selama ini yang mulia selalu lebih perhatian ke pangeran Eras. Karena itulah Pangeran Jaden selalu ingin menjadi lebih kuat agar lebih diperhatikan. Raja Hanar tidak pernah membenci pangeran Jaden. Namun putra - putra dari selir tidak akan pernah bisa menjadi putra mahkota. Hanya Eras yang akan menjadi penerus nya. Tapi Raja Hanar tak kunjung mengumumkan Eras sebagai putra mahkota karena ia belum mumpuni, takut rakyat meragukannya.
"Ayahanda, aku ingin berkultivasi tapi aku tidak tau harus belajar dari mana."
Pangeran Eras memecah lamunan raja.
"Benarkah kau ingin belajar?" Yang Mulia terkejut sekaligus senang mendengarnya. Selama ini Eras tak pernah mau belajar meningkatkan kekuatan. Tapi hari ini?
"Iya, Ayahanda. Aku juga akan belajar bertarung dan berpedang. Aku akan menjadi prajurit tangguh!" seru Eras mantap sambil menatap sang Ayah dengan tekad kuat.
Raja Hanar tertawa lepas. Ini benar-benar membahagiakan. Setidaknya ketekunan dan usaha tidak akan mengkhianati hasil.
"Kau tau itu tidak akan mudah bagimu."
"Tidak apa, aku akan belajar dengan tekun. Meski tubuhku lemah, aku tidak akan menyerah!" tegasnya tanpa ragu.
"Baiklah kalau begitu, mulailah belajar dengan Guru di Altar dewa timur."
Eras terdiam, tak pernah mendengar tempat itu. Ia bertanya pelan, "Hmm, Ayahanda? Dimana Altar dewa timur itu?"
Raja Hanar tertawa kecil lantas menyentil kening Eras, "kau pasti lupa. Altar dewa Timur itu berada di dalam kastil selatan istana. Ayah dan mendiang kakekmu pun memulai dari sana."
"Ah ya, aku lupa!" tukas pangeran cepat. Akan aneh jika ia lupa bagian penting istana dimana pemilik tubuh sebelumnya dibesarkan. Tapi bagaimana rupa tempat itu ia benar-benar tak punya bayangan.
"Jangan menyerah!" ujar Raja memberi semangat.
***
Derap langkah kaki memecah keheningan tempat sakral itu. Sebuah tempat suci tertutup dimana air terjun datang dari balik tembok batu yang mengalir hingga membentuk kolam yang jernih. Seperti oase di tengah gurun. Di tengah-tengah kolam terdapat bongkahan batu besar nan datar yang tak lain adalah tempat duduk bermeditasi.
Altar dewa agung bak air terjun tersembunyi, yang mengalir indah di dalam bangunan istana. Sekelilingnya di pagari tumbuhan dan pohon yang tumbuh subur meski terletak di dalam sebuah ruangan khusus yang remang.
Pangeran Eras dan Guru istana melangkah lebih dalam. Eras kagum mengamati suasana sekitar. hawa tempat ini begitu sejuk ditambah suara gemercik air yang konstan bak nyanyian abadi.
Eras memperhatikan sang Sepuh yang mulai melangkah turun ke tengah kolam. Kakinya terendam air hingga mencapai betis. Guru melangkah menuju batu suci tanpa mengatakan apapun padanya. Eras hanya memperhatikan dari pinggir kolam.
Begitu tiba di pusatnya, Guru berbalik badan dan menatapku dengan senyum di wajah tua nya. "Pangeran, kemarilah. Aku akan membantumu mengaktifkan energi spiritual. Di tempat ini kau harus fokus dan berpikiran positif." titah Guru.
Pangeran Eras menarik napas dan mengembuskan pelan. Ia yakin ini tidak akan sulit. Kakinya turun dan mulai terendam air, seketika rasa dingin membungkus tungkainya.
Pangeran terus melangkah menimbulkan riak di jernihnya air. Tak lama ia tiba di depan batu suci.
Guru tersenyum dan menyuruhnya menyentuh permukaan hitam itu."Tetap berpikir positif!"
Eras mengangguk lantas dengan hati-hati telapak tangannya meraba batu suci. Belum beberapa detik, tiba-tiba batu suci bercahaya dan entah bagaimana tangan Eras seperti dialiri tegangan listrik tinggi yang membuatnya memekik sakit.
"Arghh!"
Eras berteriak merasakan rasa terbakar di tubuhnya. Ia berusaha menarik tangannya dari batu suci. Berhasil terlepas namun kekuatan besar melemparkan Eras jauh beberapa meter dari kolam hingga membentur lantai marmer di ambang pintu.
Eras meringkuk kesakitan dengan memuntahkan seteguk darah segar. Apa yang terjadi? Tubuhnya terasa begitu sakit, seperti ribuan jarum menusuk jantungnya. Lambat laun kesadarannya mulai menghilang.
Dengan pandangan yang memburam, Eras melihat tubuh ringkih Guru berlari mendekatinya.
"Pangeran, Kau terluka!"
'Apa aku gagal?'
🗻🗻🗻
•Energi Qi adalah energi kehidupan yang ada di setiap makhluk hidup, dikenal dengan energi spiritual ataupun tenaga dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
si Pangeran Jahat
FantasyBuku ini menceritakan tentang kisah yang begitu melegenda. Kisah seorang anak yatim piatu yang tewas mengenaskan ditangan orang-orang tak bertanggung jawab. Tapi ia diberikan kembali kehidupan kedua dengan bertransmigrasi pada tubuh seorang pangera...