'Altar dewa timur menolak orang yang belajar kultivasi karena berbagai alasan, tapi sebab yang paling kuat adalah karena ada energi terlarang, bisa berupa energi roh jahat ataupun iblis di tubuh itu.'
Kalimat yang di ucapkan Guru istana terus berputar di kepalanya. Setelah beberapa waktu, tabib dan Guru meninggalkan kamar ini. Menyisakan seorang Tuan muda Haven yang bergelung dengan pikirnya sendirian.
Guru menyuruhnya menjaga sang pangeran yang masih belum sadarkan diri di ranjang nya.
Banyak pertanyaan yang terlintas kini.
Seperti bagaimana ada kekuatan jahat di tubuh pangeran? Apakah ia menggunakan cara terlarang? Seperti berkultivasi dengan iblis.Lama termenung, Tuan muda Haven tersentak melihat pangeran Eras membuka mata. Ringisan kecil terdengar dari bibir pucat nya. "Akh! Dadaku sakit sekali." Eras berusaha bangkit dibantu tuan muda Haven.
Rasa nyeri menjalar di dadanya. Jantungnya seperti di remas. Eras menerima obat yang tuan muda Haven berikan dan meminumnya hingga mangkuk kecil itu kosong. Pangeran Eras bersandar lemah di ranjang. Rasa sakitnya mulai berkurang setelah meminum ramuan tabib.
Eras menatap Tuan muda Haven dengan bingung. "Kenapa kau disini, Tuan muda?" tanyanya lirih. Tenaga nya terkuras entah kemana.
Tuan muda Haven mulai membuka suara, tak menunggu Eras pulih untuk segera menuntaskan rasa penasaran. "Apa yang terjadi padamu, hingga kau terluka seperti ini?"
Eras mengerjapkan mata dan seketika mengingat kejadian mengerikan di Aula dewa timur. Ia menatap Tuan muda Haven kembali lantas tersenyum kecut. "Sepertinya kau benar. Tubuhku lemah, aku gagal belajar kultivasi." Eras membuang pandang ke arah jendela kayu yang mempigura halaman belakang kediamannya.
"Tak masalah jika kau gagal berkultivasi. Tapi kau di tolak hingga kau terluka bukan tanpa alasan!" tegas Tuan muda Haven. Tatapan nya begitu dingin membuat Eras sedikit gentar. Untuk pertama kalinya ada kilatan emosi di wajah datar itu.
Tapi selebihnya ia heran dengan sikap si 'teman sejak bayi' nya itu. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti." tukas Eren membuang pandang. Bukankah altar menolaknya karena ia lemah?
"Tatap aku!"
Tuan muda Haven meremat bahu Eras. Si empu terkejut dan berakhir menatap kedua mata Tuan muda Haven. Hanya ada kemarahan di wajah itu. Biasanya dia begitu tenang tapi sekarang kenapa? Apa ia melakukan sesuatu yang salah?
"Tatap aku dan katakan bagaimana bisa ada kekuatan jahat di tubuhmu hingga menyebabkan kau di tolak altar dewa?!"
Suara kasar Tuan muda Haven membuat hatinya mencelos. Kenapa ia bisa berpikiran demikian?! Kenapa temannya ini menuduhnya melakukan hal jahat?
"Apa maksudmu mengatakan semua omong kosong ini?!" Sekuat tenaga Eras bangkit dan mendorong tubuh tegap itu. Tak peduli dengan sekujur tubuhnya yang bergetar sakit.
Putra Jendral itu mundur beberapa langkah menciptakan jarak di antara keduanya. Kedua netra itu saling beradu tanpa jeda.
"Aku memang lemah tapi aku tidak akan pernah menggunakan teknik terlarang!"
Pangeran menatap rumit pada Tuan muda Haven. "Orang lain boleh menuduh ataupun membenciku, tapi kau? Seharusnya kau tidak boleh, Tuan muda! Kau ini temanku satu-satunya."
'Uhuk!'
Eras jatuh terduduk lantas memuntahkan seteguk darah lagi. Dadanya terasa nyeri membuatnya tak kuasa berdiri tegap.
"Pangeran!"
Tuan muda Haven berlutut demi melihat wajah Eras yang berpeluh nan pucat. Bibirnya bergetar menahan rasa sakit di jantungnya.
"P-pergilah! Biarkan aku sendiri, aku baik-baik saja." Eras menyeret tubuhnya guna bersandar di pinggir ranjang. Ia menatap Tuan muda Haven yang duduk mematung tak henti menatapnya.
Tentunya Tuan muda Haven dihantui rasa bersalah. Bagaimana bisa ia meragukan teman kecil nya itu. Selama ini ia tidak pernah berbohong kepadanya.
"Maafkan aku," ucapnya pelan.
Tapi sebenernya Tuan muda Haven hanya khawatir dan takut akan keselamatan Eras. Orang yang menggunakan teknik terlarang tidak akan berumur panjang. Kekuatan jahat itu akan memakan tubuh si pengguna itu sendiri dan berakhir tewas mengenaskan.
Tuan Haven kembali membuka suara dan turut duduk di samping Eras. Tatapan nya jauh melayang ke luar jendela.
"Aku pikir kau belakangan ini terlihat begitu mendambakan kekuatan hingga menggunakan cara terlarang. Kau bersikap berbeda."
Eras menatap Tuan muda Haven dari sudut matanya. Enggan berucap sepatah katapun. Sesekali lengannya mengusap sisa darah di bibirnya.
"Tapi Eras, kalaupun kau memang menggunakan teknik terlarang, aku tidak akan menghakimi mu. Aku hanya takut kekuatan itu akan menggerogoti tubuhmu. Aku bisa menetralkan dan menarik paksa energi jahat dari tubuhmu sebelum terlambat. Meski caranya sedikit menyakitkan."
Untuk pertama kalinya Tuan muda Haven berbicara panjang dan ia hanya memanggilnya dengan nama sendiri tanpa embel-embel. Ada rasa hangat menyeruak, ketika Eras sadari Tuan muda Haven bersikap seperti ini ternyata karena mengkhawatirkannya.
Eras terkekeh kecil, ia mendorong bahu Tuan muda Haven agar menjauh tapi dia enggan dan malah semakin mendekat. "Eras, bisakah aku memegang tanganmu?" tanyanya serius.
"Untuk apa?" Eras mengernyit heran.
"Untuk memastikan." ujarnya.
Eras hanya mengangguk dan menyodorkan tangannya yang dingin. Ia harus membuat Tuan muda Haven yakin karena dia memang tak pernah melakukan hal terlarang apapun.
Tuan muda Haven menutup mata dan menempelkan telapak tangannya pada tangan dingin Eras. Ia berkonsentrasi penuh guna merasakan aliran energi yang mengalir di tubuh lemah Eras. Setelah beberapa menit, Tuan muda Haven sedikit terlonjak.
"Kau...," Tuan muda Haven meremat tangan Eras pelan lantas membuka mata cepat. Raut wajahnya rumit.
"Kau bersih."
Eras tersenyum lega.
Tuan muda Haven risau, ia menatap tak tenang wajah tersenyum pangeran. Ia harus percaya dan tak meragukannya lagi, tapi...
'Bagaimana ada begitu banyak energi jahat di aliran tubuhmu?'
🗻🗻🗻
KAMU SEDANG MEMBACA
si Pangeran Jahat
FantasyBuku ini menceritakan tentang kisah yang begitu melegenda. Kisah seorang anak yatim piatu yang tewas mengenaskan ditangan orang-orang tak bertanggung jawab. Tapi ia diberikan kembali kehidupan kedua dengan bertransmigrasi pada tubuh seorang pangera...