11. Penyelamat

220 27 0
                                    

-Kediaman Jendral perang-

Seorang tuan muda Haven tengah larut dengan kegiatannya menyalin beberapa buku di ruang baca. Suasananya yang tenang dan sunyi membuatnya semakin tenggelam dalam barisan aksara loka. Tinta hitam menggores huruf demi huruf hingga sudah terkumpul beberapa lembar.

Wajah anggunnya dihiasi seberkas cahaya bulan yang mengintip dari jendela bundar. Semua orang mengaguminya. Sosok paling tak tersentuh fana nya dunia. Tuan muda yang tumbuh tanpa mengenal keserakahan dunia. Hanya ada kebaikan di dalam dirinya. Ia adalah keturunan sekte dewa yang begitu melegenda di keempat daratan.

Ia selalu bersikap tenang menghadapi semua masalah. Tapi tidak malam ini, walaupun sekilas terlihat begitu khusyuk, tapi pikirannya tengah kusut. Tak lain karena pangeran.

Embusan napas gusar si tuan muda terdengar. Ia meletakkan kuas di atas meja kayu jati lantas membuang pandang ke arah jendela di sisi kanannya.

"Pangeran pangeran...,"

Bibir tipis itu bergumam seringan angin. Hatinya risau memikirkan apa yang terjadi pada Eras. Guru dan raja bisa saja tenang selama pangeran tidak mengaktifkan kekuatan jahat itu, tapi dia tidak bisa!

Lamunan nya pecah ketika suara Genderang ditabuh di seluruh penjuru istana pertanda  bahaya. Tuan muda bangkit dan membawa langkah nya cepat keluar.

Benar saja, di atas langit kerajaan Gunung Agung Timur berkeliaran banyak roh Iblis yang menyerupai bola api hitam pekat. Suasanya berubah mencekam ketika suara-suara teriakan minta tolong dan tangisan membungkus seluruh kerajaan.

Para punggawa kediaman jendral segera bergegas menuju ke aula utama kerajaan. Tuan muda pun hendak berangkat untuk segera melakukan formasi suci 6 arah dengan para keturunan sekte dewa guna menangkap roh jahat tapi urung karena pikirannya tertuju pada satu orang kini.

Ia bergegas, melesat melewati atap-atap para rumah bangsawan dan menuju ke arah timur.

"Semoga tidak terjadi apa-apa"

***

Argghh

Eras merasakan sakit yang begitu menyiksa. Tubuhnya masih dilingkupi roh iblis bak kabut hitam pekat yang mencoba melahapnya.

Ia sudah bertahan beberapa menit, hanya tekad kuatnya yang membuat roh iblis sulit mengklaim tubuhnya. Tapi bisikan di kepalanya tak mau enyah.

'Biarkan aku masuk.'

'Aku akan memberi mu kekuatan'

'Kita akan membalaskan dendam itu!'

Eras meremas rambutnya berharap bisikan itu enyah. Tapi yang ada terhempas hingga membentur tembok. Ia bersandar dengan tubuh yang mulai kaku dengan urat leher yang tercetak jelas. Napasnya tercekat, tak mampu bertahan lagi.

Akh!

Kabut itu perlahan menembus tubuhnya. Sedikit demi sedikit. Tapi keberuntungan masih di tangannya.

Ketika seseorang mendobrak pintu dan datang menyelamatkan nya. Iya, Tuan muda Haven datang. Ia mendesis melihat keadaan pangeran yang begitu mengenaskan. Langkahnya mendekat tergesa.

"Jangan menyerah. Tahanlah sebentar."

"Bodoh! A-aku hampir mati!" geram Eras dengan napas tercepat. Ia mendongak menatap Tuan muda Haven dengan mata memerah.

Tuan muda Haven tak memperhatikan apa yang dikatakan pangeran. Ia hanya berkonsentrasi mengumpulkan energi di kedua telapak tangannya. Ia harus memaksa keluar roh iblis itu dan menghancurkan nya.

Tuan muda Haven menatap Eras, "Ini akan sedikit menyakitkan,"

"Cepatlah bodoh, aku s-sudah tidak tahan!"

Sudah siap dengan kekuatan yang sudah terkumpul di kedua tangannya. Seperti bola yang berpendar terang. Ia sudah merapalkan mantra suci dan dengan sekali hentak kedua tangannya mengarah ke tubuh Eras.

Akhh!

Teriakan Eras membuat Tuan muda Haven meringis kecil. Pasti sakit sekali! Tapi ia harus mengenyahkan roh iblis juga kekuatan iblis yang tertanam dalam tubuhya.  Seperti angin yang menyapu bersih kabut hitam tebal. Kekuatan tuan muda Haven layaknya  cahaya yang melahap roh Iblis dan menghancurkan nya tanpa jejak.

Pelan namun pasti kabut itu lenyap menyisakan tubuh yang bersandar lemah pada dinding. Wajahnya kusut dengan darah mengering di keningnya. Tenaganya terkuras habis.

Eras hanya mendengus ketika Tuan muda Haven membantunya bangkit dan memapahnya ke arah ranjang.

"Bodoh BODOH! Kau menyiksa ku, itu sakit sekali!" desis pangeran kesal. Ia menatap Tuan muda Haven dari sudut matanya. Lagi-lagi wajah itu hanya terlihat datar. Kalau saja masih punya tenaga, Eras akan mengahajarnya. Membalaskan rasa sakitnya.

Yang diumpat tak membalas, ia memilih fokus menopang tubuh sempoyongan itu dan membantu Eras berbaring di ranjang nya.

"Dasar Haven bodoh, kejam!" Eras terus meracau melampiaskan rasa jengkel nya. Meski perlahan matanya tertutup, terlalu lelah untuk sekadar mendengarkan permintaan maaf tuan muda itu.

"Maaf..."

****

Garis enam arah atau segitiga enam terukir di tanah dengan panji - panji berisi segel yang tertancap kokoh setiap sudut formasi. Kain-kain bertuliskan mantra berkibar pada ujung tiang panji. Beberapa orang berjubah putih dari kediaman jendral sudah berdiri di setiap sudut formasi sejak semalam. Roh Iblis terakhir sudah tersedot formasi dan lenyap ketika fajar menyingsing.

Semua orang bernapas lega, kini tinggal membenahi kekacauan yang terjadi.

Raja Hanar tak sempat mengurusi para pembuat formasi. Yang mulia dan selir Leah tengah mengunjungi pangeran Eras yang semalam di serang roh iblis. Semua pengawal di kediaman pangeran di hukum cambuk karena telat menolong putranya. Beruntung ada tuan muda Haven yang selalu datang tepat waktu.
Meski akhirnya hanya mendapat makian dari pangeran.

Serangan roh iblis semalam masih menjadi perbincangan hangat pagi ini. Banyak warga istana yang menjadi korban keusilan makhluk itu, untungnya mereka hanya luka ringan, tak pernah tau jika kejadian mengerikan sudah terjadi di kediaman pangeran.

Setidaknya semua nya kini aman dan terkendali. Kekuatan roh iblis sudah sudah lenyap dari istana, juga dari tubuh Eras.

🗻🗻🗻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

si Pangeran Jahat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang