Segerombolan warga berlari kesetanan mengejar seorang pemuda. Mereka membawa parang, batu dan benda tajam lainnya penuh amarah. Mereka ingin menangkap si pencuri dan segera melampiaskan rasa kesal karena dia mencuri dari toko kelontong.
'Tangkap pencuri sialan itu, dasar bedebah!'
'Ayo jangan kasih ampun.'
Pemuda ringkih itu terus berlari tergopoh-gopoh beberapa meter di depan warga. Tangannya bergetar menggenggam sepotong roti yang ia curi.
Hatinya meringis sedih.
Sungguh, ia terpaksa mencuri. Ia benar-benar kelaparan karena hanya meminum air selama 2 hari tanpa makan. Kepala toko tempat ia biasanya bekerja tak memberikan upah apapun hari ini meski hanya meminta sekepal nasi.
Namun keputusannya salah besar, membuatnya kini harus jadi bulan-bulanan warga. Kaki telanjangnya terus berlari sekuat tenaga, walau punggung dan kepalanya beberapa kali berhasil dihantam batu dari belakang.
Jajaran toko-toko itu kian ramai dengan orang yang menonton dan sorak sorainya. Tak ada yang mau membantunya, mustahil.
Keringat dingin membasahi pelipis dan baju nya yang compang-camping. Ia mengerahkan tenaganya yang tersisa untuk melarikan dari. Tapi sejauh apapun ia berusaha, tenaganya sudah habis. Berakhir pemuda itu tersungkur di tanah berlumpur. Tanpa menunggu lama, masa mulai mengerumuni nya.
Pemuda itu segera berlutut memohon ampun seraya menyodorkan roti itu.
"Mohon ampuni aku tuan. Aku akan mengembalikan roti ini, ambilah. Aku mohon..," pinta nya ketakutan.
Tapi tak ada yang menghiraukannya. Malah seorang pak tua meninju wajah kotor itu hingga kembali tersungkur ke kubangan lumpur. Ia meludahinya penuh rasa berang.
"Cuih! Kamu kan yang setiap hari mencuri uang di toko kami! Dasar anak sialan!"
"Benar, tokoku juga kehilangan barang!"
"Tidak tuan! Aku hanya mencuri sekali ini. Aku akan mengembalikannya. Aku tidak lapar lagi."
Pemuda itu bergetar menahan rasa takut melihat kilatan senjata tajam yang teracung padanya. Lagi-lagi ia memohon sembari bersujud di hadapan mereka.
'Pembohong. Hajar saja bedebah ini!'
'Hajar hajar'
Bugh
Brughh
Duakh!Mereka mulai menendang, memukul dan menginjak tubuh lemah itu. Sekujur tubuh itu mulai tergores oleh senjata tajam dan berdarah. Amarah warga tak terelakkan. Mereka tak segan menghantamkan batu ke kepala pemuda itu.
"Arghh, sakit!" Ia meringkuk kesakitan.
"Tolong hentikan, aku akan mengembalikan nya."
Dia terus berusaha melindungi tubuhnya yang kini dipenuhi rasa sakit luar biasa. Pandangannya kabur, hanya berusaha melihat ke sela kaki - kaki orang dewasa yang mengahajarnya tanpa ampun. Seonggok roti yang sudah kotor itu di genggamnya lemah. Setetes air mata mengalir di wajahnya yang berdarah. Dunianya begitu kejam hingga tak meninggalkan sedikitpun belas kasihan pada anak sebatang kara seperti dirinya.
"Sungguh, aku hanya mengambil roti ini dan aku tidak akan memakannya."
"Sungguh, aku tidak lapar..." bisiknya lirih.
Siapa yang mau mendengarnya? Mereka bahkan semakin brutal menyiksa anak itu.
Kedua matanya mulai terpejam dengan hela nafas lemah. Kesadarannya benar-benar direnggut dengan rasa sakit yang bertubi-tubi.Setelah beberapa lama puas mengeroyok remaja itu, mereka mulai bubar satu persatu begitu menyadari dia sudah berhenti bergerak. Mungkin sudah tewas? Pikir mereka.
'Sudahlah, mungkin sudah mati'
'Iya biarkan saja jasadnya di makan anjing'
Mereka melangkah menjauh tak peduli bahkan setelah tubuh itu tak bernyawa. Membiarkan hujan membasuh tubuh penuh luka. Tubuh yang selama ini memikul begitu banyak rasa sakit.
Ditengah kubangan lumpur itu, tubuhnya terbaring membeku. Raganya yang sejak kecil memikul begitu banyak beban untuk tetap bertahan di dunia keji ini.
Dari begitu banyak pandangan mata yang terarah padanya, tak satupun yang menaruh iba, selain sekawanan kucing liar yang mengeong mengerumuninya. Mereka seakan mengucapkan selamat tinggal pada 'si penuh luka' yang sesekali berbagi makanan pada mereka. Berdoa pada Tuhan semoga 'Jiga' tak lagi merasakan sakit.
🗻🗻🗻
KAMU SEDANG MEMBACA
si Pangeran Jahat
FantasyBuku ini menceritakan tentang kisah yang begitu melegenda. Kisah seorang anak yatim piatu yang tewas mengenaskan ditangan orang-orang tak bertanggung jawab. Tapi ia diberikan kembali kehidupan kedua dengan bertransmigrasi pada tubuh seorang pangera...