2. Tubuh baru

319 34 1
                                    

Dia adalah sang pangeran baik hati , si agung Eras. Pemilik kekuasaan besar di Kerajaan Agung Timur. Anak dari Raja agung Hanar, penguasa seluruh negeri dan mendiang Permaisuri mulia Zeheral.

Sifatnya begitu mulia dan taat, juga suka membantu dan menyayangi rakyat. Semua sifat baiknya membuat hampir semua orang menyukainya. Terutama sang Raja. Yang Mulia Hanar adalah orang yang paling menyayangi Eras. Itulah mengapa beberapa orang merasa iri dengan kedudukannya.

Pangeran Eras adalah pemuda yang lemah meski ia begitu tekun dan pekerja keras. Ia tak begitu pandai ilmu pedang dan kultivasi. Walau begitu Ia adalah definisi dari anak emas raja meski orang yang membencinya hanya menganggapnya seonggok sampah.

Namun, hari itu dia tak berdaya. Terbaring dingin di ranjang hangat di kediamannya yang megah. Nyawanya berada di ujung tanduk. Raja begitu terpukul melihat kondisi putranya. Ia sudah jatuh sakit dengan penyakit parah yang tiba-tiba menyerangnya. Sudah 14 hari tubuh itu terbaring tak sadarkan diri dengan kondisi yang kian melemah. Pangeran di ambang kematian.

***

'Bangunlah, mulai saat ini dia adalah kamu. Jiga adalah Eras. Anak yatim piatu itu adalah si pangeran mulia. Jiwamu telah berpindah pada tubuh itu. Hiduplah. Biarkan ragamu melayang di surga'

🗻🗻🗻

-Kediaman Agung Kerajaan-

Rasanya seperti mimpi ketika pemuda itu terbangun dari tidur panjangnya. Terasa melayang dan hidup. Rasa sakit itu musnah, menyisakan perasaan damai yang tak dapat ia jelaskan.

Dia adalah Jiga, meskipun tak banyak yang tahu namanya. Ia tidak akan pernah lupa jati dirinya dan bagaimana ia sudah mati di kehidupan sebelumnya. Rekaman ingatan itu berputar dan mengingatkan nya kembali tentang identitas nya yang sekarang.

Dia sekarang adalah Sang pangeran agung Eras. Pangeran yang digambarkan begitu mulia dan berbudi pekerti luhur. Walau belum bisa mencerna situasi ini sepenuhnya tapi yang pasti, ia kembali hidup.

'Pangeran sudah sadar!'

'Yang Mulia sudah terbangun '
 
Seorang pelayan berlari tergopoh-gopoh keluar ruangan begitu menyadari Eras telah membuka mata. Ia diperintahkan untuk segera melaporkan  semua yang terjadi pada Pangeran.

Tak berapa lama suara derap kaki terdengar mendekat. Tabib dan pelayan berdatangan ingin  memeriksa keadaan pangeran. Tak luput Yang Mulia Raja agung Hanar dan selir mulia turut mendekati ranjang nya.

"Putraku Eras, bagaimana perasaanmu nak?" tanya Raja lembut. Wajah tegasnya hilang, ia terlihat begitu khawatir sekaligus lega setelah menantikan putranya yang koma selama 14 hari.
Ibu selir pun tampak tersenyum bahagia sembari menggenggam tangannya.

Jiga yang masih membaca keadaan hanya terdiam sesaat. Sejujurnya dia tidak tahu bagaimana bersikap sebagai seorang anak terhadap orangtuanya. Ia tak pernah merasa punya ayah dan ibu.

"Apa kamu merasakan sakit Eras?"

Eras alias Jiga berdehem kecil.

"Aku merasa baik baik saja, A-ayah,"  jawab nya canggung.
 
"Aku belum cukup yakin, tabib segera periksa keadaan pangeran!"

"Baik yang mulia."

Pria tua itu telaten memeriksa keadaan putra kesayangan raja, tak melewatkan apapun.

"Ini sungguh keajaiban yang Mulia, keadaan pangeran Eras sudah hampir pulih dan denyut nadinya stabil. Sungguh luar biasa." Tabib membungkuk hormat.

Hal itu membuat senyum tipis terukir di bibir yang mulia Raja. Anugerah ini tak akan pernah di lupakannya, Dewa sungguh mengasihaninya.

"Syukurlah, kalian semua bisa pergi dan segera hidangkan makanan untuk Pangeran."

Mereka segera beranjak, tau betul kalau pangeran Eras tidak suka orang terlalu lama berada di kamarnya.

"Putraku, aku sungguh bahagia kau baik-baik saja.  Beristirahatlah, ayah harus mengadakan pertemuan dengan para menteri. Ibu suri akan menemanimu."

Setelah mengusap kepalanya, raja Hanar berlalu dengan suasana hati baik.

Kini hanya tersisa Selir Leah dan Eras yang sudah bangkit duduk.

Ibu selir tak henti menggenggam tangan dingin putra tirinya. Dengan lembut ia mengusap wajah Eras dan berkata, "Pangeran, bagaimana perasaanmu nak? Ibu sangat bahagia kau sudah sadar. Sebelumnya ibu selalu menunggumu dan berkunjung setiap hari ke sini."

Eras hanya terdiam tak tau harus bagaimana. Di kehidupan sebelumnya ia tak pernah membayangkan sosok Ibu. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Apakah ini rasanya di pedulikan?ada rasa asing namun nyaman di hatinya.

Wanita itu sangat lembut dan wajahnya penuh dengan senyum. Bahkan ketika makanan diantarkan oleh pelayan, ia sigap menerima dan mulai menyuapinya.

"Makanlah sesuatu, agar tenaga mu pulih kembali. Ini makanan kesukaanmu pangeran, Bubur jagung."

Eras tertegun, untuk pertama kalinya ada orang yang akan menyuapinya saat ia sakit. Teringat di kehidupan sebelumnya ia hanya bisa terbaring sakit di kasur lusuh tanpa ada orang yang merawatnya.

Sedikit ragu, Eras membuka mulut dan menyantap makanannya. Sungguh, ini adalah makanan terenak yang pernah ia makan seumur hidupnya. Bukan hanya nasi putih atau sepotong roti yang bahkan jarang ia dapat.

"Apakah lezat?" tanya Selir sembari terus menyuapi Eras.

Eras mengangguk dalam. Ia tak henti menatap ibu selir yang terus menatapnya tersenyum. Jika ibunya masih hidup, apakah seperti ini rasanya punya Ibu?

Jiga sungguh beruntung mendapatkan semua ini meski merasa tidak pantas. Perhatian ini hanyalah untuk Pangeran Eras bukan Jiga.

Tapi ia akan menjalani nya sepenuh hati. Karena sekarang ia bukan lagi Jiga, melainkan Eras. Pangeran kesayangan seluruh negeri.

🗻🗻🗻

si Pangeran Jahat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang