Suara denting pedang dan sorak sorai membumbung di lapangan berlatih prajurit. Ada dua orang yang tengah bertarung di tengah lingkaran kerumunan orang. Seseorang yang begitu Eras kenal tengah menunjukkan keahlian nya di depan semua orang.
Eras menonton Pangeran Jaden tengah melawan pimpinan prajurit kerajaan dari jauh. Ia begitu lihai mengayunkan pedang dan menyerang lawannya dengan brutal. Tak menunggu lama lawannya ambruk dengan pedang pembelah jiwa teracung padanya.
'Hormat pada Pangeran Jaden'
'Hormat pada Pangeran Jaden'
'Pangeran Jaden sungguh hebat. Sangat kuat!'
'Sungguh luar biasa, dia akan cocok menjadi putra mahkota.'
Semua orang yang menonton mengelu-elukan pangeran Jaden. Siapa yang tak kagum dengannya apalagi para gadis dari kediaman-kediaman keluarga bangsawan.
"Sudah cukup aku menunjukkan kepada kalian semua kerja kerasku selama ini. Aku akan melindungi seluruh rakyat dan kerajaan dengan segenap jiwaku!"
Pangeran Jaden berdiri di tengah lapangan. Tiba-tiba seperti ada tekanan berat dan dingin menyapu sekitar. Tubuh gempal pangeran Jaden dilingkupi energi qi yang membiaskan warna biru. Entah bagaimana caranya begitu tangannya mengepal, angin disekitar menjadi buas bak badai di tengah laut. Daun dan debu beterbangan tanpa arah. Angin besar itupun berdampak pada Eras. Ia berpegangan pada tiang kayu di dekatnya.
'Kakak kedua kuat sekali' batinnya menutup mata.
Tubuh pangeran Jaden seakan ditelan puting beliung. Semua orang semakin bersorak kagum meski mereka hampir terseret angin.
Dalam beberapa saat, ia menghempaskan tangannya sekali dan angin ganas itu melemparkan semua orang di sekelilingnya.
Orang-orang terlempar sembarangan, sebagian memekik kaget. Eras pun terhempas mengenai tembok mengingat jarak nya yang cukup dekat.
Angin itu hilang menyisakan Pangeran Jaden yang tertawa terbahak-bahak melihat apa yang sudah di perbuat nya."Kalian sudah kuperlihatkan secara gratis ilmu kultivasiku, kenapa kalian tidak senang? Hahahaha! "
Semua orang seakan tersadar dan kembali bersorak girang. Mereka kembali bangkit memberi hormat pada Pangeran Jaden yang masih tertawa seperti orang gila.
'Hormat pada Pangeran!'
'Hormat pada Pangeran'
Semua orang menyembah pangeran Jaden. Pangeran Jaden berputar-putar ditengah lapangan tak henti tertawa. Ia merasa terbang dengan pujian - pujian yang dilayangkan padanya.
Eras segera bangkit dan hendak pergi dari tempat itu. Kesialan menimpa nya saat Pangeran Jaden menyadari ia berada disini. Dalam sekejap Pangeran Jaden sudah berada di hadapannya.
"Ternyata kau menonton ku diam-diam?!"
Eras tertegun, ada sedikit rasa takut dimatanya. Ia hanya mengangguk kaku melihat tatapan ganas kakaknya.
Pangeran Jaden tersenyum sinis lantas mendorong Eras hingga ia membentur dinding lorong.
"Apa kau iri dengan kekuatanku?"
Eras hanya terdiam, ia tidak iri. Ia hanya ingin menjadi kuat seperti Pangeran Jaden. Orang-orang berbisik dan tertawa dari kejauhan melihat ia ditindas.
"Aku tidak iri, aku juga akan menjadi kuat sepertimu! Aku akan melindungi seluruh rakyat." Eras menatap pangeran Jaden dengan tekad yang kuat di matanya.
Pangeran Jaden marah, ia menghunuskan pedang ke arah leher Eras guna menggertaknya.
"Tidak ada yang bisa melindungi rakyat selain aku! Aku akan menjadi putra mahkota dan suatu hari naik tahta. Kau jangan bermimpi!" ancam pangeran Jaden terbakar amarah. Tak boleh ada yang menyainginya selain kakaknya. Ia akan menjadi penerus tahta.
KAMU SEDANG MEMBACA
si Pangeran Jahat
FantasyBuku ini menceritakan tentang kisah yang begitu melegenda. Kisah seorang anak yatim piatu yang tewas mengenaskan ditangan orang-orang tak bertanggung jawab. Tapi ia diberikan kembali kehidupan kedua dengan bertransmigrasi pada tubuh seorang pangera...