Pangeran Eras duduk termenung di sebuah gazebo di kediamannya. Hatinya mendung tak menentu. Kudapan yang disediakan pelayan pun tak kunjung di sentuh. Ia hanya menatap jauh menembus danau teratai yang membentang indah. Jingga hampir terbenam di ufuk barat.
Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya. Tentang hidup ini, tentang semua orang yang membencinya juga tentang bagaimana menjadi kuat dan layak menjadi seorang pangeran.
'Eras, apa hidupmu serumit ini?batinnya gundah.
Entah dari mana angin tiba-tiba berembus cukup keras, membuat kelopak-kelopak bunga beterbangan tanpa arah. Eras menyipitkan mata takut debu menyapu matanya.
Dari arah seberang danau. Terlihat sosok yang terbang melintasi danau dengan tenang. Jubah putihnya berkibar seperti seekor angsa putih yang indah.
Eras ternganga untuk beberapa saat. Ia mengerjapkan matanya berulang kali. Seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat.
'Ada orang terbang? Dia benar-benar terbang kesini?'
Eras linglung mendapati bahwa di dunia ini, ada orang yang bisa terbang? Hal yang disebut kultivasi ini memang benar-benar luar biasa. Ia hanya termangu ketika sosok seperti dewa itu mendarat indah di depannya.
"Kau! Kau terbang?!" pekiknya begitu tersadar.
Pemuda yang penuh wibawa itu hanya menatap pangeran Eras tanpa sirat di wajahnya. Ia menyibak jubahnya dan duduk di hadapan Eras tanpa sepatah kata. Ia menuangkan teh ke gelas porselen lantas meneguknya dengan anggun.
"Hei! Kau tidak menjawab ku?" Eras melambaikan tangan di depan wajahnya berusaha menarik perhatian.
'Orang ini benar-benar tidak tau malu dan mengabaikan ku? Siapa orang berwajah dewa namun berhati iblis ini? Aku tidak mengenalnya.' batinnya cukup kesal.
'Tapi ia terlihat seperti orang baik'
"Apa kau sudah gila?"
Pemuda itu berujar sambil meletakkan cangkir teh nya. Lantas kembali menatap Pangeran Eras.
"Apa maksudmu? Aku tidak gila."
"Lantas mengapa kau begitu terkejut melihatku? Seharusnya aku yang terkejut melihatmu sudah sadar " mata jernih itu menyiratkan curiga.
Eras terpaku lantas gugup melanda. Ia tidak tau siapa orang di hadapannya ini. Tiba-tiba terbesit ide di otaknya.
"Aku tidak tahu kenapa kepalaku begitu sakit setelah sadar. Aku juga benar-benar lupa beberapa hal, termasuk engkau, tuan muda." ucapnya pura-pura memelas.
"Namaku Haven. tuan muda dari kediaman jendral perang, Hades. Kita adalah teman sepermainan sejak balita. Senang berkenalan denganmu, pangeran Eras."
Ada sedikit sarkasme di kalimat tuan muda Haven. Sedikit tersinggung kenapa Eras begitu mudah melupakannya. Namun tuan Haven teringat kembali apa yang sudah dilalui temannya itu. Apa mungkin penyakit itu membuatnya menjadi pelupa?
"Ah, sobat! Aku sudah mengingatmu," tukas pangeran Eras meyakinkan Tuan muda Haven.
Tuan muda Haven hanya bergumam, "baiklah." tanpa mengatakan apapun lagi. Ia hanya menatap tenang ke arah danau seakan pangeran Eras tak berada di sana.
Eras memperhatikannya wajah tegas itu tanpa berkedip.
'Wajahnya begitu tenang, apa tidak ada hal apapun di otaknya itu? Orang ini sangat pendiam,' ucapnya dalam hati. Tiba-tiba terbesit ide bagus di kepalanya.
"Oh ya, Tuan muda Haven! Aku juga lupa tentang kultivasi. Seakan aku sadar dan terlahir kembali seperti bayi."
Pangeran Eras mendapat kembali atensi tuan muda Haven.
"Kenapa kau begitu tertarik dengan kultivasi, padahal sebelumnya tidak?" tanya Tuan muda Haven menoleh ke arahnya.
Eras menyengir kecil lantas mengelak, "kan aku bilang hanya lupa."
Haven tak berkata apapun namun sedikit tak percaya. Temannya ini tak pernah tertarik bahkan membicarakan tentang kultivasi. Alasannya karena tubuhnya tak mumpuni. Tapi sekarang ia melihat raut antusias dari pangeran, bukan wajah sedih setiap mengingat tubuh lemahnya yang tak mampu berkultivasi.
Haven mengalah.
"Dengarkan baik-baik."
Pangeran Eras antusias dan memasang telinga.
"Kultivasi adalah teknik mengumpulkan energi kehidupan atau Qi dengan cara bermeditasi dan mengolah teknik pernafasan. Tujuannya untuk meningkatkan kekuatan hingga mencapai keabadian."
Pangeran Eras mencerna dengan baik penjelasan Tuan muda Haven. Tapi satu hal menganggu pikiran nya.
"Tuan muda Haven, apa kau juga ingin abadi dan hidup selamanya?"
Eras hanya berpikir apa Haven tidak akan kesepian jika hidup selamanya namun teman dan keluarganya sudah meninggalkan nya.
Haven terdiam sesaat, lalu menatap Pangeran Eras dengan senyum tipis yang hampir tak terlihat.
"Aku tidak ingin keabadian, aku hanya ingin menjadi kuat dan melindungi semua orang. Aku akan mati tapi ceritaku akan abadi bersama kerajaan ini."
Mendengar jawaban itu, ada semangat yang semakin membara di hati Eras. Ia juga ingin menjadi kuat dan bisa melindungi dirinya. Ia ingin agar tidak ada orang yang bisa menyakiti dan menindasnya.
"Kalau begitu, aku juga akan berkultivasi!"
Tuan muda Haven agak terkejut dengan sikap Pangeran Eras. Kenapa ia begitu berbeda?
"Apa kau tak ingat kalau kau tidak mampu berkultivasi?"
"Aku akan mencobanya lagi sampai bisa," sergah Eras tak berkecil hati.
Sepertinya dunia ini tak seburuk itu. Eras bertemu orang baik yang memiliki tujuan yang sama dengannya, yakni menjadi kuat. Ia beruntung memiliki teman sepertinya.
Eras bergegas bangkit lantas memandang Tuan Muda Haven dengan senyum kecil.
"Aku pergi dulu. Ada hal penting yang harus kulakukan. Sampai jumpa."
Tuan muda Haven hanya menatap punggung itu dengan wajah datar. Ia tak mengucap sepatah katapun, tapi sesungguhnya sedang memikirkan sesuatu.
Ada perasaan asing ketika bertemu pangeran Eras kali ini. Ia seperti bertemu dengan orang baru dan bukan teman kecilnya.
🗻🗻🗻
KAMU SEDANG MEMBACA
si Pangeran Jahat
FantasíaBuku ini menceritakan tentang kisah yang begitu melegenda. Kisah seorang anak yatim piatu yang tewas mengenaskan ditangan orang-orang tak bertanggung jawab. Tapi ia diberikan kembali kehidupan kedua dengan bertransmigrasi pada tubuh seorang pangera...