SeKe - Ke 2. Barista Hidden Cafe

690 9 0
                                    

Cerita SeKe
2. Barista Hidden Cafe
- Type Ke -

Bosan di dalam kosan, Pius berencana untuk melepas penat dengan berkeliling kota perantauannya tempat ia menempuh pendidikan sarjana. Ia keluarkan motor saat jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Tak tahu kemana langkah motor ia lajukan, ia hanya ingin menikmati terpaan angin malam.
Pakaian ia kenakan cukup simple, kaos kutang putih ditambah kemeja flannel yang tak ia kancing berpadu dengan celana jeans skinny. Suasana jalan cukup ramai berhubung sekarang adalah malam Sabtu, ditambah lagi kota perantauannya ini bisa disebut kota tempat tujuan berlibur orang-orang, menyebabkan kondisi malam di hari menjelang weekend ini pasti ramai.

Dia menemukan rumah yang terparkir oleh beberapa motor dan sebuah mobil. Dari luar memang rumah itu terlihat seperti, rumah biasa. Namun ketika Pius masih berhenti untuk mengamati rumah tersebut, nampak seorang pria dengan celemek khas barista keluar sambil membawa baki.
Mata mereka bertemu dan seolah terkejut barista itu terdiam melirik tajam ke arah Pius.

"Maaf mas, ini cafe?" Tanya Pius begitu saja. Barista itu nampak diam sejenak, tak terlalu terlihat badan Pius karena cahaya lampu yang kurang menyinari ke tempatnya berhenti. Sempat Pius berpikir jika barista ini ragu menjawab sebab melihat dirinya sebagai entitas lain.

"Iya mas." Jawab barista itu pelan dan langsung saja Pius memajukan motor mendekat kesana untuk parkir. Barulah terlihat ekspresi menghembus nafas lega oleh barista tersebut.

"Cafenya masih buka mas?" Tanya Pius dan lagi-lagi ekspresi barista ini nampak aneh menurutnya. Pasalnya barista ini menatap Pius dari atas sampai bawah. Ia tetap diam tak bersuara, hanya mengamati lekat-lekat sosok Pius.

"Masih mas." Senyum Pius sedikit merekah saat barista ini menjawab.
Ia pun turun dari motor dan melepaskan helm. Kini Pius pun baru sadar jika ada yang ganjil dari sang barista tersebut. Hal aneh tersebut adalah di daerah cukup atas, kondisi malam yang bisa dibilang dingin, barista ini hanya mengenakan singlet saja yang tertutup oleh apron kulit.

"Eeehh. Sorry mas sebelumnya." Barista ini menahan langkah Pius yang hendak masuk.
"Sorry nih mas. Mau mastiin aja, masnya Gay kah?" Alangkah terkejutnya Pius mendengar pertanyaan barista tersebut.

"Hah?! Nggak, gue gak Gay. Pertanyaan macam apa ini?" Dengan defensif Pius menjawab.

"Saya saranin jangan kesini mas.." Suaranya tertahan.
"Ini cafe banyakan diisi sama Gay mas. Takutnya kalau mas bukan malah bikin mas ga nyaman. Mending mas cari cafe lain deh, masih banyak cafe di depan yang buka sampe malem banget mas." Jabarnya.

Pius benar-benar terkejut sampai ia tak dapat berkata-kata untuk sejenak. Barista ini pun juga sama diamnya, seolah menunggu Pius berkata terlebih dahulu sebelum ia kembali masuk ke dalam.
"Aaa... Gila!! inii... Beneran ini mas?" Tanya Pius dan dijawab oleh anggukan mantap.
"Dan berarti... Masnya juga Gay?"

Barista ini tersenyum dan mengangguk.
"Iyaa... Gitulah mas. Dulu saya sih nggak mas, semenjak kerja disini aja karena kepepet jadi berubah." Ceritanya singkat.

Pius tetap diam, benar-benar dikejutkan oleh apa yang baru ia dengar. Informasi ini sangatlah aneh di telinganya. Cafe yang pelanggannya kebanyakan Gay, barista di depannya yang sama sekali terlihat jantan malah ternyata juga Gay. Namun, di dalam hati Pius sendiri rupanya berkobar api penasaran tentang seperti apa cafe Gay yang dibilang oleh sang barista. Ia ingin tahu seperti apa tempat tersebut dengan orang-orang pengunjung di dalamnya.

"Gapapa deh mas, saya cobain aja bentar." Kata Pius kemudian. Kali ini sang barista lah yang terkejut.

"Aduh mas. Saya saranin jangan mas. Mas ini tipe yang disukai banyak orang-orang di dalem. Nanti kalau mas digodain dan masnya risih gimana? Malah kacau kalau sampe berantem dan orang-orang pada tahu semua tentang tempat ini." Barista ini menolak Pius. Tapi Pius sendiri malah jadi makin penasaran, perkataan barista tadi yang menyatakan bahwa dirinya adalah tipe kesukaan cowok-cowok Gay disini menjadikan ia makin ingin mencari tahu seperti apa isi di dalam cafe tersebut.

Cerita seKe - Type Ke (Uke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang