BEHIND THE DOOR NUMBER 22 [3]

25 4 0
                                    

One week Later.

"Ben Skylar!"

"Y-YES SIR!?" Ben tersentak saat guru memanggilnya dari alam lamunan

"Kalau kamu tidak mendengarkan kelas saya lebih baik keluar."

"Tapi Sir—"

"Keluar."

Ben memilih bangkit dari kursi dan pergi dari kelas dengan barang-barangnya, sepanjang koridor orang-orang menatapnya dengan aneh mungkin karen sekarang di punggung Ben menempel selembar kertas bertuliskan I AM THE LOSER.

Ben yang menyadari itu segera melepas kertas itu, ia remas-remas dengan kesal lalu ia buang ke tong sampah. Langkah ia percepat untuk pergi dari koridor tersebut.

Ia berjalan hingga taman sekolah, belakangan ini entahlah sulit Ben jelaskan dunianya jadi begitu mengesalkan. Apa lagi sudah lewat satu minggu ia tidak mengalami kejadian itu lagi.

"Kenapa aku tidak mengalaminya lagi?!" Ben berkacak pinggang, ia lalu memilih pergi ke ruang musik menenangkan pikirannya yang selalu melayang ke sana ke mari.

Sesampainya di sana Ben menatap sendu satu set alat musik band yang terpajang di tengah ruangan. Ia selalu ingin menjadi gitaris namun sepertinya takdir tak pernah merestui, ia berjalan mendekati set band tersebut, ketika jemarinya berniat meraih gitar akustik tersebut tanpa aba-aba ia terjungkal ke belakang karena ulah seseorang.

"Seriously, Josh, setelah membuatku dipecat kamu masih mengangguku?"

Ben bangkit seraya membersihkan celananya, Ben tak ingin meladeni orang itu dan pergi namun Josh malah mengatakan hal lain yang membuat darahnya seketika mendidih.

"Pft... kami tau kamu bukan pencurinya karena sebenarnya uang itu jadi taruhan untuk judi barista lain..."

Ben mencengkram kerah Josh, "Kamu tau pekerjaan itu penting buatku, sialan kalian!" umpat Ben menatap Josh dengan tajam

Josh tersenyum mengejek, "Terus kamu mau apa? Mau lapor? Mau memukuli wajahku?"

"Si bangsat pakai nanya."

BUGH!

Dengan senyumnya Ben mengepalkan tangan lalu melemparkan pukulan sekuat tenaga pada wajah Josh, orang itu tersungkur ke lantai dengan gigi-gigi yang mulai berdarah.

"Kamu berani juga ternyata..." Josh bangkit, ia meludahkan darah dari mulutnya lalu melayangkan tatapan kematian pada Ben.

Ben membeku dia baru ingat kalau Josh itu pernah dikirim jadi perwakilan taekwondo ke korea, mukul wajah Josh sama saja gali kuburan sendiri.

"Ayo kemari... kuberi pelajaran..."

"Ayo sialan!"

Ben memberikan postur siaga, saat Josh baru selangkah bergeming Ben segera berlari ngacir keluar dari ruang musik. Maaf kalau dia pengecut tapi Ben masih sayang dengan nyawanya, ia mendengar dengan jelas langkah lari dari belakang.

"Kemari kamu Ben!"

Kebodohan mana lagi yang bisa Ben lakukan, ia malah berlari ke arah tangga rooftop. Kakinya masih setia berlari sampai ia berada di depan pintu, ia menarik kenop pintu tersebut dan segera menguncinya, Ben dengan nafas naik turun menatap pintu tersebut, dia berjalan mundur sampai punggungnya menyentuh sesuatu.

Ben berbalik dan mendapati suasana berganti malam hari dengan angin semilir lembut seperti hari itu, matanya berbinar memantulkan cahaya kota malam terutama menara indah yang menjulang tinggi berkilometer di hadapan Ben.

"Eiffel? eiffel tower!?" Ben berteriak lalu menutup mulutnya, demi apa ini kota impiannya dari dulu Ben selalu ingin pergi ke Paris apa lagi kalau punya Ayang

The Chapter Upon Me [TXT ONESHOOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang