CAST-nya unit hyungline dan maknae
YEONJUN AS DEVAN
TAEHYUN AS TANU
SOOBIN AS SAGA
________________________________________"I know you sad that he gone."
"It doesn't mean you can let me die too."
Setelah pemakaman itu Tanu tak pernah melihat Kakaknya tersenyum lagi, sang Kakak merasa begitu gagal tak sempat menyelamatkan karena ia bukanlah dokter.
Rumah kini tak lagi sama, semuanya terpecah meninggalkan lukanya dari tempat tinggal tempat mereka memberi kasih.
Menyibukan diri masing-masing untuk melupakan kesedihan atas kepergian anak bungsu mereka, hingga akhirnya perceraian menjadi jalan terakhir keluarga ini.
Iya, mereka sedih, bukan berarti meninggalkan Tanu yang kini merasa kehilangan semuanya, keluarga terpecah belah dan adik yang pergi.
Tiga tahun berlalu dengan Tanu yang tinggal berdua dengan sang Kakak, Saga.
Tiga tahun itu mereka menjadi sangat jauh layaknya samudra memecah benua, untuk mengobati rasa kosong dan hambar setelah hancurnya keluarga dan kehilangan berat jalan yang Tanu tempuh adalah membuat garis di pergelangan tangannya sendiri
Mengapa?
Karena rasa sakit itu satu-satunya hal yang membuat Tanu merasa ia masih hidup. Membuat dia lupa akan masalahnya sejenak dan membuat sosok adiknya muncul untuk diajak bicara.
"Kamu sakit?" tanya Saga yang melihat adiknya belakangan ini memakai hoodie terus saat berangkat sekolah.
"Gak." Tanu menjawab dengan sedikit acuh sembari menikmati nasi uduk.
Saga menghela nafas, "Kamu gak berantem kan di sekolah atau dapat panggilan dari BK?"
"Nope."
"Baguslah, Kakak belakangan ini sibuk."
Tanu menghabiskan nasi uduknya, "Yeah, Kakak emang selalu sibuk, jadi don't worry gue gak akan bikin masalah kok," Ia kemudian membawa piring ke wastafel dan mencucinya.
Begitulah pagi yang dilalui mereka berdua, ini saja adalah percakapan pagi terpanjang yang mereka lakukan selama enam bulan terakhir.
"Jadi begitu anak-anak, Kak Devan akan jadi pendamping acara kelas kewirausahaan kalian beberapa hari ke depan."
Tanu hanya menyimak dialog panjang wali kelasnya untuk acara sekolah tiga hari ke depan, setelah itu ia kemudian pergi ke rooftop. Tanu banyak menghabiskan waktu di sini untuk menghindarkan dirinya dari rasa ingin menggores tangan yang sangat mengganggu dia sekarang.
Tanu menoleh ke samping di mana bayangan Kenzo muncul, ia belakangan ini sering berimajinasi soal adiknya, tak lain melepas pasa Kenzo.
"Andai lo di sini, Ken, kita pasti udah main basket bareng."
"Belakangan ini semakin hambar Ken, gue hampir gak ngerasain apapun."
"Ya kecuali ini." Tanu mengeluarkan sepuntung rokok dari sakunya dan korek. Tanu juga sering merokok diam-diam di sekolah saat tak bersama teman-temannya.
Ia menyalakan rokok tersebut, rasanya baru hembusan rokok sangat nikmat hungga membuat bayangan Kenzo semakin jelas.
Saat asik menikmati tiba-tiba rokoknya diambil seseorang.
Tanu mendelik, "He—" kalimatnya terhenti saat melihat Devan, kakak pendamping kelasnya muncul dengan sebuah permen chupa-chupa.
Cshh— suara puntung rokok itu diinjak hingga padam, Devan menaruh permen tersebut di kantong seragam Tanu.