DON'T LEAVE ME (EXTRA CHAPTER - II)

589 43 31
                                    

Saat sinar mentari mulai masuk melewati kaca jendela yang tidak sepenuhnya tertutup dengan korden dan mengenai wajahnya, Kim Jisoo mulai mengerjapkan kedua netranya. Ia mengerjap sambil menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

Dengan posisi miring, Jisoo yang kedua netranya kini sudah sepenuhnya terbuka itu langsung mengganti posisinya menjadi duduk. Ia mengingat sesuatu tadi malam.

Apa aku bermimpi? Gumamnya dalam hati. Ia lalu menoleh ke sisi ranjang sebelahnya dan tidak ada siapapun disana.

Seingatnya semalam ia tidur sambil memeluk Kim Seokjin. Namun pagi ini presensi pria berbahu lebar itu sudah tak ada di sisinya.

"Jadi semalam benar-benar hanya mimpi?" Kedua netra Jisoo sudah berkaca-kaca menerima kenyataan yang ada.

Dua detik kemudian indera penciumannya mencium sesuatu. Ia mencium bau masakan dari arah luar. Dengan segera Jisoo menyibakkan selimutnya, turun dari ranjang, dan berlari secepatnya.

Saat membuka pintu kamar, bau masakan semakin menusuk hidungnya. Lalu ia menoleh ke arah dapur. Benar saja, disana ada presensi seorang pria yang semalam menemaninya tidur yang kini sedang berkutat dengan peralatan memasak.

Jisoo langsung berlari menghampiri pria itu dan langsung memeluknya dari belakang.

Sang pria pun terkejut karena tiba-tiba punggungnya ditabrak oleh gadisnya.

"Kukira aku hanya mimpi." Gumam Jisoo sambil terisak.

Kim Seokjin. Pria yang sudah lima tahun Jisoo tunggu kehadirannya ini pun berbalik lalu kembali memeluk sang gadis dan mengusap punggungnya. "Kau tidak mimpi, pretty. Sekarang aku disini. Aku tidak akan pergi kemana-mana."

Jisoo mengeratkan pelukannya dan masih terisak. Lalu Seokjin mengendurkan pelukannya dan dengan satu tangannya, ia menghapus jejak air mata yang ada di pipi sang gadis. "Jangan menangis lagi. Kau terlihat jelek jika menangis-- awhh."

Seokjin mengaduh ketika pinggangnya dicubit oleh Jisoo.

"Kau masih bisa bercanda?" Jisoo melirik tajam ke arah Seokjin.

Mendapat lirikan tajam dari Jisoo tak membuat Seokjin gentar. Ia malah semakin gemas lalu memberi sebuah kecupan pada kening Jisoo.

"Cuci mukamu dulu, pretty," ucap Seokjin. "Lalu kita sarapan bersama."

***

Sejak tadi, di dalam mobil tangan Jisoo tak pernah melepaskan genggamannya pada tangan kanan Seokjin. Bahkan pandangannya tak sedetik pun beralih pada wajah tampan Kim Seokjin.

Seokjin pun terkekeh saat menyadari bahwa Jisoo sejak tadi menatap ke arahnya. "Pretty, kenapa kau sejak tadi menatapku? Aku ini Kim Seokjin. Benar-benar Kim Seokjin."

"Aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini," lalu Jisoo mengusap pipi kanan Seokjin. "Aku hanya takut jika apa yang kulihat di depanku ini hanya bayangan saja."

Seokjin menghentikan laju mobilnya ketika lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Lalu ia menggenggam kedua tangan Jisoo dan mengecupnya. "Yang kau lihat saat ini bukan hanya bayangan. Aku ini nyata," Seokjin lalu membawa tangan Jisoo agar menyentuh dada sebelah kirinya. "Kau bisa merasakannya sendiri detak jantungku, kan?"

Jisoo pun mengangguk dengan senyum lebar pada bibirnya. Sedangkan Seokjin kembali melajukan mobilnya ketika lampu berubah menjadi hijau.

Kemana saja kau selama ini?

Kenapa kau menghilang begitu saja tanpa memberi kabar?

DON'T LEAVE ME (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang