UTRAKSA 10

323 34 1
                                    

Mobil memasuki perkarangan rumah besar kediaman Haeron, Raksa keluar dari mobil lalu berjalan memasuki rumah. Raksa bisa melihat para pengawal berjejer di depan pintu besar utama, sepertinya ia mengetahui apa yang terjadi.

Baru saja memasuki pintu utama Raksa bisa melihat Jekama, abang kedua sedang menatap nya tajam sontak Raksa menghentikan langkah.

"Dari mana kau?" Suara dingin menyapa gendang telinga Raksa.

"Jalan-jalan malam," jawab Raksa berusaha tenang untuk meminimalisir rasa takutnya.

"Kau tau aturan?" tanya Kama datar.

"Bang, Raksa cuma keluar sebentar buktinya Raksa balik," jelas Raksa pada Kama.

Tap tap.

Derap langkah dengan tegas menggema, menyapa pendengaran Kama, Raksa serta para pengawal yang berada di sana. Pengawal dengan sigap menundukkan kepala menyadari bahwa Tuan nya datang.

"Sudah cukup kau bermain Raksa? Kau tahu aturan yang ku buat dan kau terus melanggarnya," ujar Mahesa tegas melayangkan tatapan tajam kepada sang adik.

"Raksa bosan di rumah, jadi Raksa keluar untuk cari angin," ujar Raksa menjelaskan, bahkan Raksa sampai memalingkan wajahnya enggan bertatapan dengan Mahesa.

"Angin malam sangat bahaya, peraturan tetap peraturan Raksa. Kau melanggar peraturan jadi bersiaplah untuk hukuman mu..."

"...dan kau mulai berani bersikap ya Raksa, lihat!"

Mahesa mengambil tab yang disodorkan oleh pengawalnya dan memperlihatkan video Raksa yang mengambil ponsel miliknya di kamar Kama secara diam-diam pandangan itu tak luput dari Raksa yang melihat rekaman video CCTV.

Raksa terkejut, ia bahkan tidak mengetahui kalau ada CCTV di sudut sana yang mengarahkan langsung ke depan pintu kamar Kama. Setelah ini ia akan di hukum habis-habisan oleh sang Abang.

"Raksa bisa jelasin, kenapa Raksa ngambil ponsel Raksa," ujar Raksa.

Mahesa terkekeh di sampingnya Kama hanya terdiam seraya menatap Raksa datar. "Tanpa kau jelaskan abang sudah tahu maksud mu."

Raksa menatap Mahesa dengan melas agar abang pertamanya luluh dan mulai berkata kembali, "Bang Hesa boleh sita motor Raksa tapi tolong jangan ponsel. Raksa butuh ponsel."

"Kau tidak ingat perkataan ku kemarin?"

"Raksa ingat, tapi Raksa mohon balikin ponsel Raksa, Bang," balas Raksa lirih.

Kama menatap Mahesa, sangat jelas Mahesa mengetahui. Mahesa menatap kedua adiknya tajam lalu berkata sebelum meninggalkan mereka.

"Jalani hukuman mu besok Raksa, sekarang kau urus dia." Setelah mengatakan itu kepada kedua adiknya Mahesa pun pergi.

Setegas apapun Mahesa pada Raksa, ada kala nya ia tidak bisa melihat sang adik ketika memohon dengan begitu lirih. Mahesa sangat menyayangi Raksa begitu juga dengan Kama hanya mereka yang membuat Mahesa merasa memiliki keluarga.

Selepas Mahesa pergi Raksa menatap Kama dengan kesal, perasaan sangat kesal sekarang.

"Kok abang nggak kasih tau Raksa kalo ada CCTV di situ?" ujar Raksa dengan nada kesal.

"Tidak penting," balas Kama, lalu pergi ke ruang keluarga.

Kama menduduki dirinya di sofa melihat Raksa yang ternyata mengikutinya ke ruang keluarga. Lalu mengangkat satu alisnya melihat Raksa yang begitu menatap dirinya dengan kesal. Terlihat jelas dari ekspresi sang adik.

"Bang Kama nyebelin, pasti abang yang ngadu ke Bang Hesa kan? Kok abang jahat banget sih nggak bisa jaga rahasia, Raksa marah sama abang!" ujar Raksa pada Kama lalu pergi begitu saja tanpa memikirkan sopan santun nya, ia bahkan lupa bahwa Abang keduanya itu menyeramkan ketika marah.

UTRAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang