UTRAKSA 8

330 27 1
                                    

Kini semua murid berjalan keluar gedung sekolah karena jam sudah menujukkan waktu pulang bel pun terdengar di penjuru lorong kelas. Raksa berjalan memasuki mobil hitam yang terparkir di depan gedung sekolah tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia hanya diam.

"Kau tidak menyapa abang mu, Raksa?"

"Raksa lelah Bang, tolong Raksa ingin tidur," balas Raksa menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata.

Mahesa menjalankan mobilnya dan tidak ada pembicaraan di antara kedua. Raksa hanya memejamkan matanya ia tidak tidur ia malas berbicara dengan kedua abangnya.

"Ku dengar kau bolos, Raksa?"

"Abang tau semuanya tentang Raksa, jadi nggak heran kalo abang akan bahas itu," balas Raksa dengan masih posisi sama. Ia bisa habis ketika tidak menjawab pertanyaannya abang nya.

"Kelakuan tidak berubah," ucap Mahesa datar.

Raksa tak menimpali ucapan Mahesa. Jujur ia capek mempunyai dua abang tapi sifatnya sama saja, pengatur. Ia sudah SMA masih saja di perlakuan kayak anak kecil, akan sampai kapan?

Ia selalu bingung kenapa kedua abangnya sangat pengatur, sungguh ia capek dengan kelakuan mereka. Menjadi penurut lebih baik.

"Apa kau tidak minta maaf," desis Mahesa.

Raksa menghela napas dan menatap Mahesa lalu membalas perkataan sang abang, "Raksa akan minta maaf, kalo bang Hesa balikin ponsel Raksa."

"Tidak."

"Bang ayolah, untuk apa abang sita ponsel Raksa? Raksa butuh itu semua tugas ada disitu," keluh Raksa kesal.

"Abang bisa memberitahu mu tentang semua tugas mu," balas Mahesa dengan tenang.

"Kenapa sih ribet banget, tinggal kasih aja, muak gue," ujar Raksa yang sudah kepalang kesal dengan Mahesa.

Mahesa menatap Raksa tajam, "Beraninya kau!"

"Terserah bang."

Raksa menghempaskan tubuhnya di kasur miliknya, setelah sampai di rumah ia langsung keluar dari mobil tanpa menghiraukan abangnya yang menatap marah ke arahnya. Merasa berat pada kedua matanya ia memutuskan untuk tidur.

•••

Di perkiraan sekolah kedua sahabat ini ternyata belum pulang, salah satu nya yaitu siapa lagi kalau bukan Nathan yang berceloteh ingin menemui sahabatnya, Raksa, tapi Juna melarangnya karena tadi ia melihat wajah Raksa yang kesal pasti Raksa memiliki masalah dan memutuskan untuk tidak langsung menanyakan.

"Ayo Jun, kita ke rumah Raksa pasti tuh anak ada masalah," ajak Nathan pada Juna.

"Nggak Than," balas Juna.

"Kenapa sih? Jahat lo sahabat ada masalah malah kagak mau bantu," ujar Nathan kesal.

Juna menatap Nathan tak suka dan membalas perkataannya, "Lo dibilangin jangan ngeyel, masalah Raksa ada sama abangnya."

"Emang iya? Lo tau dari mana," balas Nathan menatap Juna sinis.

"Nathan anjing! Diem, terserah lo mau percaya nggak." Juna meninggalkan Nathan yang sudah sangat kesal, memutuskan untuk pulang ke rumah.

"Lho Jun? Tunggu! Tadi katanya mau pulang bareng." Nathan berteriak memanggil sahabatnya dan berlari menghampiri.

Plak!

"Sakit sat!" Nathan mengelus dahi nya yang tiba-tiba di jitak oleh Juna.

"Bacot."

"Eh tumben yak, abang gue nggak cariin biasanya kalo udah jam pulang gini pasti dia chat gue," ujar Nathan curhat.

UTRAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang