UTRAKSA 14

252 29 1
                                    

Di restoran, Raksa duduk tenang seraya menyantap makanan yang telah di pesan oleh Mahesa. Tunggu! Mahesa?

Flashback on.

Raksa yang melihat Kama di parkiran pun menghampiri.

"Bang Kama, kenapa ada disini?" tanya Raksa.

"Ikut Abang," ujar Kama datar lalu melangkah pergi.

Sebenarnya Raksa tidak ingin mengikuti sang Abang tapi kalau ia tidak menuruti perintah Kama ia akan terkena marah, akan lebih baik ia mengikuti arah Kama berjalan.

Raksa kembali dikejutkan dengan mobil berhenti di depan mereka, ia mengenali mobil tersebut. Itu mobil Mahesa.

"Masuklah," ujar Kama seraya membuka pintu depan mobil.

Raksa masih berdiam diri seolah tidak ingin masuk ke dalam mobil, yang masih ia pikirkan kenapa ada Kama dan kenapa Mahesa seolah menjemputnya?

Kama membuka kaca mobil dan terlihat Mahesa yang sedang duduk di kursi pengemudi.

"Naiklah Raksa, cepat."

"Ck! Kenapa sih!" gerutu Raksa sedikit kesal dan lalu memasuki mobil.

Mahesa pun menjalankan mobil, semuanya hening. Bahkan Raksa tidak mempertanyakan kenapa Mahesa dan Kama mendatanginya. Raksa ingin memainkan ponselnya tidak berani ia masih sayang dengan ponsel, tidak boleh di sita kembali.

Flashback Off

"Kenapa kalian ke tempat turnamen ku? Ada masalah? Kenapa aku lihat Bang Kama diparkiran dan Bang Hesa tiba-tiba datang? Kalian aneh," ujar Raksa yang sudah menyelesaikan makannya.

Mahesa menatap sang adik tajam dan berkata, "Sebut nama mu dan bicaralah dengan sopan."

Raksa menggeram kesal batinnya, ia hanya bertanya dan apakah pertanyaan yang ia ajukan ada unsur ketidaksopanan? Begitulah Mahesa selalu menjunjung tinggi perkataan yang sopan. Sedari kecil, Raksa selalu menyebutkan namanya ketika ia bicara dengan kedua kakaknya, bukankah terlalu seperti anak kecil menyebutkan dirinya dengan nama.

"Kenapa Bang Hesa dan Bang Kama ke tempat turnamen Raksa? Kayaknya Raksa nggak ngasih tau Abang deh tempat Raksa turnamen," ujar Raksa dengan sopan.

"Kama yang memberikan tahu Abang, Raksa," ujar Mahesa menjawab.

"Emang Bang Kama tau darimana?"

"Orang," ujar Kama singkat.

Raksa mendengus kesal dan kembali fokus pada makanannya. Mau bicara sepanjang apapun dengan kedua abangnya pasti akan di jawab singkat. Malas.

"Selamat atas kemenangannya mu Raksa," ujar Mahesa kembali.

Raksa tersenyum tipis dan membalas, "Terima kasih atas ucapannya Bang."

Seusai makan mereka kembali ke mobil dan pulang, pikir Raksa. Ternyata setelah ia melihat jalan sepertinya ini bukan ke arah rumah.

"Kita mau kemana Bang? Kayaknya ini bukan jalan ke rumah," ujar Raksa kepada Mahesa.

"Rumah Oma," jawab Mahesa.

Raksa sontak terkejut dan membalas, "Rumah Oma? Kenapa Bang Hesa nggak bilang kalo mau ke rumah Oma! Bang putar balik aja jangan ke rumah Oma, Raksa nggak mau!"

"Hanya berkunjung, Oma kangen dengan mu," balas Mahesa tenang.

"Ayolah Bang plis, Raksa nggak mau ke rumah Oma. Kalo Abang mau ke rumah Oma ya silahkan aja tapi nggak usah ngajak Raksa juga, Abang nggak liat apa Raksa aja belum ganti baju masih pake baju basket, turunin!" ujar Raksa dengan merengek. Tantrum.

UTRAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang