First Exam

56 8 0
                                    

Suara benda yang di lemparkan begitu saja di hadapan aisyah, membuat aisyah membulatkan matanya. Tubuh aisyah pun melemas dan ambruk seketika itu, bahkan tangan aisyah kini rasanya sudah tidak sanggup untuk sekedar mengangkat tangan pun.

"Ini kan yang kamu minta aisyah, maka abang akan turuti kemauan kamu"ucapnya yang emosinya sudah membara.

"Hiks, hiks, hiks, maksud abang apa?"Tanyanya dengan terbata bata karena tangisannya.

"Kamu mau kami turuti kemauan kamu untuk memakai gamis dan cadar itu kan? Ahh keinginan kamu terlalu tinggi aisyah! Kami tidak akan menuruti keinginan kamu itu sampai kapanpun, dan kamu tadi tetap memilih untuk memakai bajunya kan? Kamu sekarang tidak mau menuruti semua perkataan kami, maka sekarang abang putuskan sekali lagi dan ini pilihan terakhir aisyah. Tinggalkan pakaian itu dan turuti perkataan kedua orang tua kita!"tegasnya yang masih sedikit memberi solusi.

Sedangkan pikiran aisyah kembali di buat ragu. Akan tetapi hatinya seketika itu teringat dengan perkataan sang gadis bercadar, dan ia kemudian menghembuskan nafas kasarnya dan terdiam tanpa mengeluarkan satu kata pun.

"Ayo jawab aisyah! Abang gak punya waktu buat ngurusin hidup kamu, pilihan ada di tangan kamu sekarang!"bentaknya.

Aisyah kembali diam, sedangkan sang ayah dan bunda di buat geram dengan diamnya aisyah. Sang ayah pun yang sedari tadi bersikap tenang, sekarang terlihat emosi.  Dimana tangannya terkepal kuat, nafas yang sudah tidak beraturan, serta mata yang berubah menjadi merah. Tidak ada kelembutan dalam keadaan sekarang hanya ada emosi dan amarah yang menguasai mereka.

"Aisyah jawab pertanyaan abang kamu cepat!"bentak sang ayah.

Aisyah masih enggan untuk berbicara dan mereka kembali di bakar emosi yang membara karena aisyah tidak menjawab pertanyaannya. Sehingga sang bunda pun menghampiri sang anak yang terduduk dengan badan yang sedikit lemas itu.

Bunda aisyah mengangkat dagu putrinya dan aisyah pun menatap manik mata indah milik sang bunda, tidak terasa buliran air mulai menetes membasahi pipinya. Sang bunda yang melihat sang putri menangis pun menangkup kedua pipi aisyah dan menghapus jejak air matanya.

"Aisyah bicara lah, bunda mohon jawab pertanyaan kami"ucapnya yang terdengar lembut.

"Hiks, hiks, bunda"tangisnya.

"Ayo nak, jawablah pertanyaan kami"ucapnya kembali yang masih terlihat tenang.

"Hiks, hiks, aisyah mohon sama bunda untuk kali ini saja turuti keinginan terakhir aisyah. Aisyah mohon sama bunda dan kalian juga"tuturnya di sela sela tangisannya.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi cantik aisyah. Dan sang bunda yang mendengar permintaan aisyah pun di buat emosi kembali.

Bunda aisyah menatap putrinya dengan sangat tajam, aisyah yang mendapatkan tatapan itu pun menundukan kepalanya. Sang bunda mengepalkan tangannya dan tidak terima dengan permintaan itu. Sedangkan sang abang dan ayah pun tidak jauh berbeda dengan keadaannya.

Prok
prok
prok

Suara tepukan tangan sang abang mengalihkan pandangan mereka dan beralih menatapnya.

"Hebat kamu ya, mulai berani kamu sekarang. Abang masih berbaik hati memberimu kesempatan memilih kembali, tapi kamu masih tetap kekeh dengan keinginan kamu itu. Gak habis pikir abang sama kamu, dan kamu harap kami menuruti itu aisyah, tidak mungkin. Kami tidak akan menuruti permintaan kamu sampai kapanpun itu!"ucapnya tegas sambil mengelilingi tubuh aisyah.

"Karena kamu memilih untuk melanjutkan memakai pakaian itu. Maka dari itu kamu pergi dari rumah ini dan kami tidak menerima kesempatan itu lagi!"tambah sang ayah.

Aisyah terkejut dengan ucapan sang ayah dan membisu di tempatnya. Ia menggelengkan kepalanya tanda ia tidak percaya keluarganya tega mengusirnya hanya karna keinginan aisyah yang menurutnya tidak seberapa itu. Butiran air mata kembali mengalir membasahi pipinya, ntahlah kondisi aisyah sekarang ini bagaimana.

"Kenapa aisyah, kamu terkejut dengan tindakan kami? Kamu tidak percaya kami bisa mengusir kamu? Haha kamu pikir kami akan tetap menuruti keinginan kamu dan ini semua hanya prank. Jangan harap aisyah"geram sang ayah.

"Hiks, hiks, hiks. Bunda"panggil aisyah kepada sang bunda yang sedari tadi hanya diam. Aisyah pun bangkit dari duduknya dan menghampiri sang bunda yang tengah emosi, aisyah mengenggam kedua tangan sang bunda dan menatapnya penuh harap. Sang bunda yang melihat sang putri mengenggam kedua tangannya pun segera menepis tangan itu dengan kasar.

"Apa aisyah! Kamu harap bunda menuruti keinginan kamu dan berbaik hati. Itu tidak mungkin aisyah, bunda kecewa dan marah aisyah. Apa selama ini kasih sayang yang kami berikan ke kamu kurang? Ahh tapi jika memang itu sudah keinginan dan keputusan kamu. Kami bisa apa"ujar sang bunda yang menahan gemuruh amarah yang ingin ia keluarkan.

"Hiks, hiks, bundaa"tangis aisyah meraung raung.

Sang bunda yang melihat aisyah menangis sejadi jadinya tidak memperdulikan hal itu. Ia berjalan dan mengambil koper yang tadi di lemparkan sang abang dan melemparnya kembali ke hadapan aisyah yang masih berdiri dengan kondisi yang cukup lemah dan air mata yang terus mengalir.

Brak

Koper di lemparkan begitu saja di hadapannya.

"Pergi dari sini kamu aisyah! Bunda kecewa karena kamu tidak menuruti perkataan kami. Aisyah yang dulu berbeda dengan sekarang.
Aisyah yang dulu selalu menurut dengan kami,  tetapi sekarang lihatlah sendiri dirimu seperti apa"ucapnya yang terus berjalan tanpa menghiraukan aisyah.

"Bundaa"panggil aisyah kembali ketika sang bunda mulai berjalan meninggalkannya.

Sang bunda tidak menghiraukan panggilan aisyah dan segera menaiki tangga. Ketika hendak melangkahkan kakinya di tangga terakhir, sang bunda pun menghentikan langkahnya dan menatap aisyah.

"Pergi kamu dari sini! Dan ingat kamu bukan bagian dari keluarga ini lagi!"ujar kembali sang bunda yang kembali berjalan menuju ke dalam kamar.

Deg

Aisyah membulatkan matanya. Hatinya seperti di tindih batu batu yang sangat tajam, air mata mengalir dengan deras kembali. Kemudian aisyah melihat ke arah sang abang dan ayahnya yang masih berada di bawah. Melihat aisyah melihat ke arah mereka berdua, mereka pun saling tatap dan kemudian meninggalkan aisyah seorang diri di ruang tamu.

Aisyah kembali terduduk lemas dan menangis dengan sejadinya jadinya. Sekarang tidak ada satu pun dari mereka yang kembali menghampiri dirinya.

Setelah menumpahkan tangisannya dengan lumayan lama, aisyah pun menenangkan kembali hatinya. Setelah tenang, ia lantas berdiri dan mengambil koper yang tadi di lemparkan sang abang dan sang bunda. Ia pun mulai berjalan meninggalkan kediaman rumah tanpa pamit terlebih dahulu. Karena takut akan memperburuk suasana kembali. Satpam yang melihat aisyah meninggalkan rumah dengan membawa koper dan mata yang sembab hanya bisa terheran heran, apa yang tengah terjadi dengan keluarga tuannya itu"gumamnya.

Aisyah hanya bisa menghela nafas kasarnya dan mulai meninggalkan rumah dengan mengendarai sepeda motornya. Sedangkan mobil ia simpan rapih di bagasi tanpa mau membawanya.

Ujian Aisyah[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang