Aisyah masuk ke dapur yang sudah ada beberapa santriawati serta umi nyai di sana. Aisyah menghampiri mereka dan ikut bergabung.
"Assalamualaikum umi"salam aisyah ketika sampai di dapur
"Waalaikumsalam, loh kenapa sudah ke dapur nak? Istirahat saja. Biar umi yang antarkan makanannya ke kamar, pasti kamu masih cape"ujar umi nyai.
"Tidak umi, aisyah ingin bantu ya masak ya. Bolehkan umi?"Tanya aisyah.
"Yasudah, tapi bantu yang ringan ringan saja ya"ujar umi nyai yang pasrah memberitahu aisyah karena memang aisyah ini tipikal keras kepala.
"Iya mi."
Aisyah dan mereka semua yang ada di dapur mulai berkutat untuk memasak sarapan pagi ini. Sekitar 20 menit, akhirnya makanan pagi ini selesai dan di lanjut aisyah memanggil gus fathi.
Ceklek
"Mas mau sarapan di sini atau di ruang tamu?"Tanya aisyah yang melihat gus fathi sedang memakai baju.
"Di ruang tamu saja dek, kita bareng sama yang lain"jawabnya.
"Ada yang bisa adek bantu?"Tanya aisyah yang masih berusaha agar tenang dan tidak canggung.
"Tolong keringin rambut mas"titahnya dan gus fathi pun duduk di salah satu bangku yang ada di kamar.
Aisyah melangkah mendekat dan segera mengeringkan rambut serta menata rambut gus fathi. Jantung keduanya berdebar debar dan tidak ada obrolan yang mereka ucapkan selama beberapa menit, sehingga suara ketukan membuyarkan mereka.
Tok
Tok
Tok
"Abang makan dulu"teriak sang adik di depan sana.
Ya, yang memanggil mereka adalah ning putri. Ning putri itu akan kalem dan pendiam jika di luar rumah, sedangkan kalau di depan keluarga, maka dia akan terus berbicara seperti burung beo seperti perkataan gus fathi.
"Aisshh, si burung beo itu kebiasaan"ujar gus fathi yang kesal karena mendengar teriakan sang adik.
"Mas gak boleh gitu ah, sudah selesai ni. Ayo makan"jawab aisyah yang sudah mengeringkan rambut sang suami.
"Hmm makasih dek"ujarnya, dan aisyah menganggukan kepala.
Mereka berdua mendekat ke arah pintu dan membukanya.
Ceklek
"Aishh dasar pengantin baru, di tungguin makan lama bener. Ngga tau apa kalau semua orang sudah lapar, gara gara nungguin kalian. Eh kalian malah lagi...."cecarnya yang terputus gara gara mulutnya sudah di bekap oleh tangan sang abang.
"Udah ngomongnya?"ujar gus fathi yang menatap ning putri dengan tajam.
Ning putri yang di tatap seperti itu hanya diam, tidak bisa berkutik. Gus fathi yang melihat sang adik hanya diam segera melepaskan tangannya, dan pergi sambil mengandeng tangan aisyah.
"Sudah ayo, jangan dengerkan burung beo lagi bicara"ujarnya yang melangkah pergi meninggalkan ning putri sendiri.
"Aish, mentang mentang sudah punya istri. Adeknya malah di tinggalin"ujar kesal ning putri yang melangkah pergi ke ruang makan sambil menghentakkan hentakkan kakinya.
Sesampainya di ruang tamu, mereka semua sudah berkumpul di tempat duduk masing masing. Dan ketika ning putri sampai di tempat duduknya, ia menatap sang abang sambil menampilkan aura permusuhan.
"Kamu kenapa sayang?"Tanya sang bunda kepada anak bungsunya.
"Tidak apa apa bunda, putri hanya kesal ke kulkas berjalan"ujarnya yang sambil terus menatap ke arah sang abang, sedangkan sang abang sabodo teuing(bodo amat) tidak memperdulikannya.
"Kulkas berjalan emangnya ada nak?"Tanya umi nyai.
Ketika hendak menjawab pertanyaan sang nenek, ning putri sudah keduluan sang kakek.
"Sudah sudah, lebih baik kita makan"titah sang abi dan mereka pun menganggukan kepalanya serta memulai sarapan pagi hari ini.
Setelah selesai sarapan. mereka kembali ke tugas masing masing. Gus fatih dan ning putri siap siap untuk mengajar. Sedangkan aisyah bersama gus fathi sedang di dalam kamar membicarakan tentang pindah rumah nanti.
"Mas adek masuk kelas boleh? Sekalian mau bertemu dengan masny dan yang lain"ujar aisyah.
"Boleh, soal pindah nanti biar mas bicarakan sama yang lain. Kamu masuk kelas aja, karena beberapa bulan lagi kamu akan wisuda. Takut ketinggalan pelajaran"jawabnya.
"Yasudah mas, adek siap siap dulu"kata aisyah yang segera bersiap siap untuk masuk kelas.
Setelah bersiap siap selama beberapa menit, aisyah pun sudah rapih dengan gamis hitam beserta cadarnya. Ia segera berpamitan kepada gus fathi selaku sang suami.
Aisyah serasa masih mimpi, karena sekarang kemana mana ia harus ijin terlebih dahulu.
"Mas adek pamit"ujarnya yang menyalami tangan sang suami dengan takzim.
"Setelah selesai kelas, langsung pulang. Jangan pergi kemana mana"tegasnya.
"Iya mas, asalamualaikum."
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
Setelah berpamitan, aisyah pergi bersama dengan ning putri. Mereka berdua telah janjian untuk pergi ke kelas bersama.
"Sudah teh pamitannya"ujar ning putri yang tersenyum ketika melihat aisyah sudah keluar.
"Sudah, maaf ya kalau lama. Yaudah yuk kita berangkat"jawabnya dan ning putri pun menganggukan kepala.
Di perjalanan mereka tidak lepas dengan obrolan random, yang di lontarkan oleh ning putri. Sekali kali mereka tertawa bersama, sehingga tidak terasa mereka pun sudah sampai di depan kelas.
#Walaupun di antara mereka belum ada cinta, tapi kewajiban tetap mereka kerjakan ya gak?Siapa nih yang gak sabar nungguin part mereka buat nyatain cintanya? Terus kapan malam pertamanya? Wkwk. Insyallah nanti akan kita bahas di part"selanjutnya ya, jadi stay tune terus guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujian Aisyah[End]
Ficção Adolescente📌 FOLLOW SEBELUM BACA📌 Ketika hati ingin hijrah, tetapi keluarga malah menentang. Bagaimana rasanya? Perjalanan hijrah yang Aisyah lewati, banyak melalui rintangan dan ujian. Akankah Aisyah mampu untuk melewati ujiannya? Lantas bagaimana kelanjut...