Setelah menempuh perjalanan hampir 7 jam, akhirnya Gus Fatih sampai ke kediaman pondok pesantren. Keluarga sudah menyambutnya di rumah dan bisik bisik mulai terdengar. Karena memang sekarang tugas para santriwati untuk kerja bakti, ada yang di rumah ndalem membantu memasak, ada yang membersihkan rumah dan lain sebagainya.
"Eh, itu teh adiknya gus fathi ya"ucap sella ketika melihat mereka di depan rumah.
"Siapa?"Tanya aisyah.
"Itu loh dia tuh adiknya Gus Fathi. Namanya memang hampir sama, cuma beda sedikit aja. Wajah mereka pun sama, sama sama ganteng. Tapi wajahnya dingin"ucap sarah cengengesan yang menampakkan deretan gigi putihnya.
"Masny kamu kenal kan sama adiknya gus Fathi?"Tanya teman sebelahnya.
Masny hanya menganggukan kepala, dan mereka berdua memang saling kenal. Cuma hanya sebatas guru dan murid saja, itu pun dulu. Ntah sekarang apakah gus fatih masih mengenali dirinya.
"Kok aku baru liat ya. Terus itu yang bercadar perempuan berdua siapa?"Tanya aisyah kembali.
"Itu tuh bunda fatimah bundanya gus fathi. Terus yang masih muda itu ning putri adiknya juga, gus fathi punya dua adik"jawab sella.
"Jadi itu keluarganya semua?"Tanya teman sebelah kirinya yang sedang menyapu.
"Iya ana juga sempat heran, kenapa Gus Fatih baru datang lagi ke pesantren. Dulu padahal sering banget di sini, cuma emang beberapa tahun ini dia jarang ke pesantren. Katanya sih ada tugas dakwah dan perusahaan yang di itali lagi sibuk sibuknya"ucap curhat sella.
"Kalo ning putri itu baru lulus kemarin. Ning putri hafidzah lulusan terbaik di kota Tarim, katanya mau ngajar di sini juga. Kalo Gus Fatih gatau ya, soalnya kan mereka bertiga memang punya tugas masing masing. Dan Gus Fathi juga perusahaannya lagi maju di amerika."tambah sella dengan penuh kagum ke keluarga ndalem ini.
"Jadi mereka berdua tuh punya perusahaan gitu?"Tanya temannya lagi.
"Iya mereka berdua punya perusahaan. Sebenarnya tiga perusahaan sih sama Gus Bagas ayahnya Gus fathi. Kalo perusahaan di Jakarta CEO nya Gus bagas, kalo yang di Amerika CEO nya Gus fathi, dan kalo yang di Itali CEO nya Gus fatih"jawab sella yang memang sudah mengetahui tentang keluarga ini.
"Maasyallah, sukses di bidang agama sukses juga lagi di bidang perusahaan"ucap teman teman sella yang kagum, sedangkan aisyah dan masny hanya menyimak saja.
"iya bener maasyallah banget"tambah sarah.
Sella dan teman temannya menganggukan kepala dan mereka kembali mengerjakan tugas kerja baktinya di halaman depan rumah. Sedangkan masny dan aisyah di suruh masuk ke dapur untuk membantu menyiapkan makanan.
"Alhamdulilah kamu sampai dengan selamat nak"ujar kiyai .
"Iya bi, abi sama umi gimana kabarnya?"Tanyanya setelah menyalami tangan mereka semua.
"Alhamdulilah abi sama umi sehat nak"ujar mereka berdua.
Gus fatih mengucapkan syukur dan setelah itu mereka masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Di sana hanya ada tujuh orang di antaranya kiyai dan bu nyai, orang tua gus fathi dan ketiga anaknya.
"Abang gimana kabarnya?"Tanya Gus fatih kepada sang abang.
"Baik"jawabnya singkat.
Mereka pun lantas berbincang-bincang di ruang tamu, dan tidak butuh waktu lama mereka pergi ke meja makan untuk makan siang.
Aisyah dan masny meletakkan semua jenis makanan ke meja dan tak lupa juga cemilan serta buah buahan, semuanya sudah mereka siapkan.
"Terima kasih ya nak, sudah membantu memasak"ujar bu nyai ketika mereka sudah duduk.
"Nggih mi sama sama, sudah tugas kita berdua juga"jawab masny dan aisyah yang menundukkan kepalanya tanda hormat/takzim kepada sang kiyai dan bu nyai.
Sedangkan mereka hanya mendengarkan perkataan sang umi. Gus fathi dan Gus fatih hanya diam tanpa melihat ke arah manapun selain ke arah ponsel yang sedang mengecek kerjaan mereka.
"Ikutlah makan dengan kami nak"ujar kiyai.
"Terima kasih kiyai, tapi tidak perlu. Kami akan makan bersama dengan yang lain saja nanti"ujar masny sopan.
"Yasudah kalo begitu"
"kiyai, bu nyai, ning, gus. Kami berdua pamit pergi dulu, mari"ujar aisyah dan masny yang menundukan kepala dan berpamitan kepada mereka semua.
Mereka menganggukan kepala dan segera makan. Di dalam meja makan suasana hening, karena memang kiyai selalu mengajarkan kalo sedang berada di meja makan itu sebaiknya diam.
15 menit kemudian, mereka semua sudah selesai dengan makan siang. Dan mereka kembali berbincang bincang di ruang tamu.
"Oh iya mi, putri baru liat tadi itu siapa yang di sebelah teh masny?"Tanyanya.
"Dia namanya aisyah nak, dia memang santriawati baru di sini dan baru beberapa hari di pesantren. Kenapa?"Tanya sang umi.
"Tidak apa apa mi, cantik ya orangnya"ujar putri yang memang kagum pertama kalinya dengan kecantikan aisyah, walaupun baru melihat sekali saja. Sedangkan sang umi tersenyum menganggukan kepalanya.
"Oh iya nak, aisyah juga dari jakarta apa kalian kenal?"Tanya sang umi kepada anak dan menantunya.
"Kalo fatim gak kenal mi"ujar bunda fatim.
"Iya benar mi, bagas juga gak kenal karena wajahnya tertutup cadar"ujar gus bagas.
"Begitu ya, yasudah jakarta kan luas mungkin memang kalian gak kenal"ujar sang umi kembali dan gus bagas serta istri mengiyakan perkataan sang umi.
"Kamu tinggal lah di sini nak, bareng adik dan abangmu"ucap kiyai kepada cucu keduanya.
"Fatih akan sementara di sini bi, perusahaan fatih belum bisa di tinggal lama karena lagi sibuk sibuknya bi"jawabnya.
"Kamu ini, kan bisa suruh orang kepercayaan kamu buat handle dulu perusahaannya. Kaya abangmu"ujar sang umi.
"Iya mi, tapi sekarang memang belum bisa. Karena fatih belum percaya sepenuhnya dengan karyawan fatih siapapun itu"ucapnya.
"Yasudah tidak apa apa, yang penting sering seringlah ke pesantren"ucap kiyai.
"Nggih bi."
Fatih sebenarnya bisa saja tinggal di pesantren, cuma memang perusahaannya tidak bisa di tinggal terlalu lama. Mau kasih kepercayaan ke sekretarisnya, belum bisa. Jadi ia harus turun tangan sendiri ke perusahaan untuk sekarang. Gus fathi atau sang abang memang tidak seperti adiknya, dia akan datang ke perusahaan jika keadaan yang menyuruhnya untuk pergi ke sana. Dan kalo memang ada hal yang sangat penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujian Aisyah[End]
Ficção Adolescente📌 FOLLOW SEBELUM BACA📌 Ketika hati ingin hijrah, tetapi keluarga malah menentang. Bagaimana rasanya? Perjalanan hijrah yang Aisyah lewati, banyak melalui rintangan dan ujian. Akankah Aisyah mampu untuk melewati ujiannya? Lantas bagaimana kelanjut...