Final 1.25 : Dimensi Kegelapan

10 2 0
                                    

Mungkin itu seperti efek yang ditimbulkan ketika seseorang berada di dekatnya. Sejenak aku memang merasa merinding, tapi seorang pertapa biasanya takkan ikut campur terlalu lebih, dan jika itu terjadi pertapa lain akan menghentikannya, jadi untuk sekarang aku bisa sedikit lebih santai.

Sepita beberapa saat, yang sebelumnya berada di kejauhan berbicara dengan Kazuki kemudian mendekat ke samping Arga.

"Arga, sudah waktunya." Sepita mengingatkan soal keberangkatan di jalur kanan.

"Kalau begitu, kami pergi dulu," ucap Arga.

Setelahnya Arga, Sepita, dan Kazuki pergi juga dengan kendaraan yang sama dengan tim sebelumnya, kedua tim sudah cukup kompeten, aku harap mereka baik-baik saja.

Sebelum berangkat aku kemudian menghubungi Mayu melalui alat komunikasi. Ia terlihat sibuk dengan urusan pemindahan penduduk, "Oh ... Celia, ada apa?"

"Tolong jangan panggil namaku dengan itu ketika aku menggunakan tubuh laki-laki."

"Maaf-maaf, jadi kalian belum berangkat?"

"Mereka sudah, hanya aku yang menunggu untuk penyesuaian waktunya."

"Begitu ya, jadi ada apa kau menghubungiku?"

Setelah semua ini, ia masih bisa berbicara santai, untunglah ucapan dari Runie tidak membuat mentalnya memburuk.

"Kau tahu soal keluargaku dan Wurina bukan?"

"Oh ... Gadis itu, tentu saja aku hafal semua tentang asal-usulmu karena aku telah menyelediki semuanya tanpa sepengetahuanmu." Mayu mengatakannya begitu sangat gamblang. Dia benar-benar tidak ada sopan-santun sama sekali, tapi setidaknya ia mengatakannya.

"Aku ingin kau menjaga mereka dan jangan macam-macam."

"Tentu saja aku takkan macam-macam, jika aku melakukan itu, aku akan membuang investasi yang telah kubangun selama ini."

Aku langsung menutup panggilan dengan dengan menekan tombol merah di layar. Tingkahnya masih sama saja, dengan menganggap setiap orang sebagai investasi di masa depan. Itu ada benarnya, tapi berbicara secara terang-terangan itu jelas menggangguku.

"Kau terlihat sangat kesal Master," ucap Irisa yang ada di sampingku sembari melengkungkan bibirnya ke atas.

"Aku ingin tanya padamu, apa kau tidak kembali ke tubuhku dan tidur saja seperti biasanya?" Irisa agak berbeda kali ini, meski ia peri api yang rambutnya berwarna merah kini sedikit demi sedikit ada kombinasi warna hijau, dan aku yakin itu karena kekuatannya meningkat seiring waktu.

"Hei! Jangan mengalihkan pembicaraan, padahal kita ini sangat dekat sekali bukan? Tapi baiklah, akan kujawab aku baru mengetahui akhir-akhir ini sepertinya tubuhku berkembang lebih cepat dari yang kukira. Tapi, kesampingkan soal itu, bagaimana kalau kita berangkat sekarang?"

"Ya, aku sudah mempersiapkannya."

Aku mengeluarkan selancar mekanik terbang berbentuk hitam, lalu saat ku menyalakannya tercipta layar hologram dan perlindungan di sisi kiri dan kanan. Dua drone terbang lainnya untuk memantau titik buta. 

"Master, kau mengeluarkan benda yang lebih canggih dari dua tim di depan kita, bukankah itu cukup tidak adil?" ucap Irisa.

"Tentu saja ini adil, lagipula jumlah tim mereka tiga dan stok alat semacam ini sangat terbatas."

"Ya sepertinya dunia benar-benar adil, memberikanmu kemampuan hebat namun juga diberikan penderitaan dalam hidupnya," ucap Irisa tanpa ragu. Sepertinya sifat mengesalkannya itu masih saja ada, kalau dia bukan peri penjaga, aku sudah memukulnya sekarang.

"Ayo berangkat," ucapku sembari menyalakan mesin, aku sudah tak mau mencari keributan lagi.

"Hei, dingin sekali sikapmu, setidaknya lakukan protes atau apalah."

Tanpa berucap sepatah katapun, aku kemudian menjalankan mesin kemudian melaju, Irisa langsung memegang kedua pundakku dan kami pun pergi dari tepi dataran petualang ini.

Kalau ia tidak melayang dan terikat padaku, mungkin saja aku bisa meninggalkannya.

Dulu aku pernah mencoba skill untuk mengekangnya, tapi ternyata sistem kontrak antara Master dan perinya lebih kuat.

Bahkan lebih kuat dari akad pernikahan, jadi kami berdua harus benar-benar saling menerima dan hanya bisa protes dan berdebat melalui ucapan saja.

***

Sudah 10 menit perjalanan, kendaraan ini berjalan sekitar 120km/jam. Dalam keadaan normal kami akan sampai dalam waktu 3 jam ke menara, tapi kami harus mengikuti petunjuk Runie agar kami tak tenggelam ke dalam aliran waktu yang lebih cepat atau aliran tanpa konsep.

Tak hanya itu, ada banyak anomali tak terjelaskan jika semakin dekat dengan wilayah menara, itu disebabkan menara memiliki perlindungan tersendiri agar prosesnya tidak terganggu.

Sesaat kemudian aku menemukan tanda aurora kecil yang menyala di depan kami, kemudian kami berhenti, aku kembali meyimpan kendaraanku dalam administrator penyimpanan.

"Ini pasti, tanda yang dibuat oleh Runie."

Aku menyentuhnya sesaat, sensasinya seperti samar serasa dingin seperti air. Aurora ini mirip dengan portal dimensi. Dengan mengambil napas panjang, aku kemudian mulai meyakinkan diriku, "Ayo masuk Irisa."

Tak berapa lama kemudian tubuhku masuk seluruhnya.

Keadaan sekitar menjadi gelap dan aku tak dapat melihat apapun. Tekanan sekitar seperti ketika aku menenggelamkan tubuh ketika berenang, tubuhku serasa terisi oleh air namun aku masih bisa bernapas.

Saat aku menggerakkan tanganku, muncul seperti cahaya. Terlihat materi ini seperti air dan udara, ini juga akan menyala ketika bergesekan dengan tubuhku.

"Master, aku akan kembali ke tubuhmu saja, disini menakutkan," ucap Irisa yang sebelumnya memegang pundakku lalu kemudian kembali masuk ke dalam tubuhku.

"Hei, jangan tinggalkan aku sendirian."

"Jangan khawatir aku akan mengawasimu dari dalam sini, dan semoga berhasil."

Dasar pengecut, tapi baiklah aku akan mencoba menganalisanya terlebih dahulu. Setidaknya aku tidak takut dengan tempat gelap, bahkan tempat gelap adalah temanku sejak kecil.

Aku lebih suka tidur di tempat gelap, bahkan aku lebih sering menyendiri di perbukitan sembari melihat bintang di langit untuk mencari inspirasi.

Aku juga sering menjadikan gelap sebagai temanku ketika dalam keadaan kesendirian, dan kegagalan dalam usahaku. Jadi tempat model begini, tidaklah terlalu menakutkan.

Pertama-tama, aku akan mulai melakukan mencoba menggunakan skill penglihatan malam.

"Baiklah -Aggh!!"

Saat aku mencobanya, semuanya menjadi putih membuat mataku serasa sakit, bodohnya aku, dengan cepat aku langsung menonaktifkannya.

Seharusnya aku tahu kalau penglihatan malam hanya berfungsi pada kegelapan yang biasa sesuai deskripsi skill yang kuberikan.

Kegelapan disini, bukan kegelapan biasa. Aku ingin mencobanya secara instan, namun sepertinya cara ini gagal.

"Baiklah, apa boleh buat, aku akan mencoba menganalisa tempat ini dengan gesekan."

Cara ampuh paling tepat adalah menggunakan drone kipas karena baling-balingnya menggesek tempat sekitar.

Jadi mari kita-- Gagal!

Peralatan elektronikku tidak berfungsi, materinya sepertinya menonaktifkan fungsi elektronik seperti halnya ketika aku mencoba menyalakannya di dalam air.

Tapi ini sedikit berbeda, bahkan alat-alat ini tidak menimbulkan konsleting atau apapun. Itu artinya medan elektromagnetik pun seperti ditiadakan di tempat ini.

Ini memusingkan, meski Runie berkata ia memberikan jalur termudah untuk sampai ke menara, tapi aku sudah memprediksi perkataannya, bahwa kemudahan baginya, belum tentu itu adalah kemudahan bagi kami.

*****

RE : BUILD (Skyline)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang