Final 1.11 : Hempasan Gelombang Menara

10 1 0
                                    

Setelah beberapa lama kemudian, aku dan Millurie keluar dari penghalang area ini lalu mengamati posisi kami, aku menggunakan skill pemetaan untuk melihat kemana kami berada dengan menapakkan tanganku ke tanah.

"Bagaimana, kau sudah menemukan area mereka semua?" tanya Millurie saat aku sedang membaca seluruh area.

"Ya, nampaknya kita terpisah cukup jauh."

Wajah Millurie terlihat heran sembari ia melihat sekitar ia lalu bertanya padaku, "Bagaimana bisa tempat ini terpisah, apa yang sebenarnya terjadi? Aku tak merasakan suatu energi apapun ketika kota Denaria terpisah sejauh ini."

Aku hanya sedikit terkekeh, "Sebenarnya kalau untuk area petualang yang terpisah ini, kurasa ulah Runie."

"Runie? Petualang yang dibicarakan baru-baru ini," tanyanya.

"Ya, apa mereka tak memberitahumu kalau Runie akan memindahkan kota seketika ketika keadaan mulai tak terkendali?"

"Aku hanya diberikan instruksi untuk mengamankan kota," jawab Millurie yang nampak wajahnya terlihat sedikit kecewa.

Sepertinya dia sendiri juga tak tahu kalau Runie adalah seorang pertapa, identitas Runie memang masih cukup misterius di kalangan orang lain.

Aku kemudian segera mengeluarkan sebuah alat transportasi terbang dari dalam menu. Mirip seperti motor, namun tak memiliki roda, sebab ini motor terbang dan juga tak memiliki tempat duduk karena ini memang dibuat agar pengendara bisa tetap berdiri siap siaga.

"Naiklah," ucapku padanya.

"Seperti rumornya, kau banyak mengeluarkan benda-benda seperti ini di dalam kekuatanmu, apa ini aman?" tanyanya.

"Ya, tentu saja."

Ia kemudian naik di papan motor ini, lalu aku segera melaju. Kami meninggalkan area kota para Elf.

Sepanjang mata memandang, area Elf dipindahkan oleh Runie di wilayah hutan, namun hutannya bukanlah hutan monster, jadi mereka kurasa tetap aman di sini.

Jika melihatnya dari atas, cara pemindahannya benar-benar rapi, seperti menyatu alami dengan permukaan sebelumnya. Hal semacam ini kurasa hanya Runie yang bisa melakukannya.

Di arah langit pemandangan sedikit menakutkan, ada cahaya yang berjalan seperti halnya air yang mengalir membawa bintang semakin dekat, meski seharusnya sekarang adalah malam hari, namun keadaannya agak terang. suasananya indah namun juga mencekam.

"Hei, bisakah kita terbang lebih rendah?" ucap Millurie. Ia mencengkeram bahuku, sepertinya ia cukup takut ketika berada di ketinggian.

"Baiklah."

Aku mengendarai kendaraan ini sekitar 70 km per jam dan menggunakan skill perpindahan dimensi yang menghemat jarak 10 km tiap 5 menit, jadi kami akan sampai disana kurang dari setengah jam. Yang kami tuju pertama kali adalah area kota para Elba.

**

"Ternyata dunia cepat sekali berubah, kupikir dulu aku petualang yang kuat, namun ternyata masih banyak orang-orang menyeramkan di dunia ini," gumamnya.

"Sekarang, aku mengerti bagaimana menjadi orang-orang lemah," lanjutnya.

Aku bisa memahami hal itu, kejadian akhir-akhir ini, hampir membuat kami semua tak berkutik.

"Setidaknya, kita masih bisa berusaha bukan?" tanggapku.

Aku baru tahu Millurie memiliki sisi yang cukup lemah dari dirinya, sepertinya ia cukup takut dengan banyak hal yang telah berubah yang tak sanggup ia ikuti. Memang akhir-akhir ini para petualang di beberapa rank di atas B sedikit mengeluh soal kondisi dunia. Tapi, kurasa itu wajar mengingat keadaan sulit seperti ini, tapi tak kusangka petualang rank S seperti Millurie juga mengalami hal yang sama.

RE : BUILD (Skyline)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang