1

915 42 1
                                    

Happy birthday to my Jisoo
and welcome to my new story!

°°°

Vanya menarik nafas dalam-dalam sebab sejak lima belas menit yang lalu dirinya duduk sendirian di sebuah bangku taman. Dua hari berada di tengah kota ini, belum ada titik terang sedikitpun yang ia dapatkan tentang Sangga. Jujur saja melelahkan, tapi mengingat bagaimana anak itu yang sering ketakutan membuatnya tidak mau berhenti begitu saja. Sangga harus pulang bersamanya.

Sebentar lagi malam akan menyapa, tapi ia bertekad akan tetap mencari sampai jam delapan. Jika masih belum ketemu, besok akan di lanjutkan lagi.

Saat tengah asik menatap sekitar, ponselnya tiba-tiba berdering, Sera.


"Halo ibu?"

"Sedang apa, nak?"

"Sedang makan. Ibu sudah makan?"

"Sudah. Ibu pikir kau sedang masih mencari Sangga"

"Jam begini? Ayolah ibu, ini sudah hampir malam, besok aku akan mencarinya lagi" Candanya. Vanya menghela pelan, diam-diam meminta maaf karena berbohong.

Terdengar Sera tertawa kecil "Iya ibu tahu. Ibu bicara hanya untuk memastikan jika kau sedang tidak diluar sekarang"

"Memangnya kenapa?"

"Tidak apa-apa, hanya khawatir saja kau tidak menjaga kesehatan karena ibu tahu kau pasti akan terus mencarinya tanpa kenal lelah."

"Tidak ibu, aku beristirahat juga disini"

Sera mengangguk meski Vanya tidak melihatnya "Istirahatlah malam ini dengan nyaman. Kau bisa mencarinya besok lagi"

"Iya ibu juga, kalau begitu sudah dulu yah, aku akan tidur"

"Iya. Selamat malam sayang"

Sambungan terputus, Vanya mengedarkan pandangan. Diliriknya jam kecil di pergelangan tangan, sudah hampir pukul delapan dia memutuskan pulang saja. Besok akan berusaha lagi. Lagi pula wajahnya sudah sangat lusuh sekarang, sampai-sampai beberapa orang menatapnya aneh bahkan terkesan jijik.

Jarak kost dengan taman bisa di bilang lumayan dekat. Tapi meski begitu, dirinya harus tetap waspada  karena jalanan agak sunyi.

"Padahal baru jam setengah delapan tapi kenapa satu orang pun tidak ada yang lewat di jalan ini?" Vanya memeluk tasnya erat sambil mempercepat langkah. Sesekali menoleh ke belakang, karena jujur saja dirinya adalah seorang penakut.

Hingga saat gerbang tempat tinggalnya sudah terlihat, matanya  terbelalak karena sebuah sapu tangan membekap hidung dan mulutnya tiba-tiba. Tangannya di cengkeram erat lalu tubuhnya di dorong paksa masuk ke dalam mobil bersama dua orang laki-laki yang kini bersamanya. Sempat ia memberontak, namun ternyata kegelapan terlalu cepat menyapa membuat tubuh kecilnya dengan mudah di bawah entah kemana.

°°°

Mata Vanya masih menutup takut, saat ini tubuhnya sedang di ikat kuat di atas sebuah kursi, seolah orang yang menculiknya ini ingin menghancurkan tubuhnya sekarang.

"Lepaskan aku" lirih suaranya terdengar begitu menyenangkan di telinga seorang wanita yang sejak tadi memperhatikan.

"Apa salahku?"

Wanita itu terkekeh mendengar pertanyaannya lalu bangkit mendekat. Mengelus rambutnya pelan namun terkesan main-main.

"Advanya Sera. Perempuan miskin sumber masalah dalam keluarga ku ternyata masih bisa bicara ya. Kau tak takut?"

Surreptitious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang