Part 3

3.7K 288 106
                                    

Happy Reading!

"Nama lo di atas noh!"tunjuk Tasya membuat Meylisa mengacak rambutnya. Perasaan namanya selalu di atas untuk mengulang tugas dan daftar mahasiswa/i dengan nilai pas-pasan.

"Mana tugasnya banyak banget."keluh Meylisa lalu duduk di kursi. Bahkan bakso yang beberapa menit lalu ia pesan, tak lagi nampak menggugah selera.

"Hooh. Mana gue ada acara keluarga lagi. Kapan coba ngerjainnya."ucap Tasya ikut mengeluh.

"Acara apaan?"tanya Meylisa kepo.

"Itu akiqah ponakan gue."sahut Tasya lemah.

Meylisa menghela napas."Gimana sih caranya bikin pak Andra jadi dosen yang normal?"gumam Meylisa pelan.

Tasya melotot."Pak Andra nggak normal. Lo tahu dari mana?"tanya Tasya antusias.

"Hah. Apaan?"tanya Meylisa bingung.

"Itu tadi lo bilang kapan pak Andra bisa normal. Artinya pak Andra selama ini nggak normal."ucap Tasya membuat Meylisa memukul jidatnya.

"Maksud gue normal sebagai dosen. Kaya dosen Harja kan baik. Royal banget sama nilai. Tugas juga nggak seberapa."ucap Meylisa membuat Tasya mengangguk. Tapi sayangnya dosen sebaik itu cuma pernah sekali ngajar di kelas mereka. Itupun waktu semester awal.

"Ya itulah hidup. Kadang susah, kadang sedih kadang melarat." ucap Tasya sendu.

"Kadang susah kadang senang kali."gerutu Meylisa.

"Ya kita kan susah mulu." sahut Tasya membuat Meylisa akhirnya diam.

Malam harinya, Meylisa bergegas mengambil laptop dan bersiap mengerjakan tugas yang diberikan pak Andra tadi siang.

"Sabar Mey. Bentar lagi skripsi abis itu wisuda. Setelah itu lo bakal bisa hidup dengan tenang."gumam Meylisa menyemangati dirinya sendiri. Dan sepertinya itu manjur karena ia bisa dengan cepat menyelesaikan tugas pertama.

Begitu masuk ketugas kedua. Tiba-tiba saja satu pemikiran merasuki otak Meylisa.

Bagaimana kalau pak Andra yang jadi dosen pembimbing skripsi nya nanti?

"Duh kalau kejadian bisa gila gue."gumam Meylisa lalu mengelus dadanya. Kok tiba-tiba ia gugup ya?

"Tapi nggak mungkin. Dari semua dosen, masa iya gue bisa sial banget. Apa gue minta mama bawa ke orang pinter ya? Kali aja ada penangkal sial."ucap Meylisa lalu segera beranjak dari meja belajarnya. Ia akan bicara dengan mamanya.

Meylisa melangkah menuju kamar orang tuanya lalu langsung membuka pintu.

Ceklek

"Ya ampun, Mey. Kamu mau bikin mama jantungan."Omel Hasti. Ia dan suaminya sudah siap tidur.

"Ada apa, sayang?"tanya Faisal perhatian.

Meylisa langsung saja berlari dan menaiki tempat tidur orang tuanya. Ia sengaja mengisi tempat di tengah.

"Kenapa belum tidur?"tanya Faisal lembut.

"Nggak ngantuk, pah. Tadi Mey juga lagi ngerjain tugas kuliah."sahut Meylisa.

"Lalu kenapa ke sini?"tanya Hasti penasaran.

Meylisa langsung ingat tujuannya datang ke kamar orang tuanya.

"Itu, mama sama papa ada kenalan orang pinter nggak?"tanya Meylisa membuat Hasti dan Faisal saling pandang.

"Orang pinter?"

"Iya. Yang bisa bantuin Meylisa."

Hasti mengangguk."Ada. Kamu tahu tante Sasmita kan?"

Meylisa mengangguk. Tentu saja ia kenal. Tapi apa hubungannya tante Sasmita sama orang pinter yang Meylisa cari.

"Nah itu, suami tante Sasmita terkenal sangat pintar. Putra mereka juga."ucap Hasti membuat Meylisa menepuk jidatnya.

"Bukan pinter yang seperti itu, mah."ucap Meylisa kesal.

"Terus pinter yang bagaimana?"tanya Faisal.

"Ya yang bisa nangkal sial. Sejenis ngusir sial lah. Ada nggak? Terserah deh, Meylisa mau dimandiin tujuh jenis air dan bunga. Yang penting sialnya Mey bisa hilang."ucap Meylisa membuat Hasti menoyor kepala putrinya itu.

"Nggak ada. Sudah sana balik ke kamar. Mama sama papa mau tidur."ucap Hasti membuat Meylisa mencibir.

"Tidur atau tidoooor?"tanya Meylisa menggoda.

"Tidur, Mey. Sudah sana! Ganggu aja."usir Hasti membuat Meylisa segera beranjak turun dari kasur setelah mengecup pipi kedua orang tuanya bergantian.

Setelah pintu ditutup. Faisal segera menatap istrinya.

"Nggak kerasa ya, mah. Sekarang Meylisa sudah besar."ucap Faisal.

Hasti mengangguk."Anak kita sudah cocok jadi istri."

"Kita juga sudah cocok jadi kakek dan nenek."

Hasti hanya tertawa. "Mama belum kepikiran lagi. Kalau nanti Meylisa nikah."

"Semoga suaminya nanti bisa bersabar."ucap Faisal.

"Aamiin.

-Bersambung-

Prekuel : Oh_ My Lecture (New) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang