Part 7

2.2K 229 32
                                    

Happy Reading!

Meylisa menghela napas lalu menutup laptopnya. Ia sudah duduk di sana selama tiga puluh menit tapi sama sekali belum menemukan ide apapun untuk menyelesaikan tugas pak Andra. Mungkin karena waktu pengumpulannya masih lama jadi otaknya secara otomatis merasa santai.

"Padahal kan tanpa tugas ini juga pasti tidak akan masalah mengerjakan skripsi, ya asal jangan pak Andra saja yang jadi pembimbingnya."gumam Meylisa lalu meregangkan tubuhnya yang terasa kaku lalu berdiri. Lebih baik ia ke dapur dan membuat susu hangat.

Sedang di tempat lain, terlihat seorang pria sedang duduk di meja kerjanya ditemani laptop yang menyala dan segelas kopi.

Tok tok

"Siapa?"tanya Andra saat pintu kamarnya diketuk.

"Ini bunda."

Andra menyudahi fokusnya pada laptop lalu berdiri untuk membuka pintu. Kebiasannya memang selalu mengunci pintu saat ada di kamar.

Ctak ceklek

"Bunda mau ngomong sama kamu."ucap Sasmita lalu melangkah memasuki kamar putra tunggalnya itu.

"Bunda mau ngomong apa?"tanya Andra bingung.

Sasmita hanya diam lalu menatap sekeliling kamar putranya."Bukankah kamar ini cukup luas untuk ditempati sendirian?"

"Itu pernyataan atau pertanyaan?"tanya Andra bingung.

"Apalagi nanti kalau kita pindah rumah. Kamar kamu akan lebih besar."

"Bunda mau bahas apa sebenarnya?"

"Kamu nggak kepikiran untuk cari istri?"tanya Sasmita hati-hati.

Andra mengernyit."Cari istri? Andra kan sudah punya."

Sasmita berdecak."Emang Meylisa nya mau?"

"Ya harus mau."sahut Andra cepat.

Sasmita menghela napas."Bunda lamar Meylisa nya sekarang, boleh? Nikah nya nggak papa nanti. Kita lamar saja dulu biar bunda punya calon mantu yang bisa diajak jalan-jalan."

"Mana bisa begitu, bun. Yang ada Meylisa nya malah takut. Lagipula Andra kan sekarang sedang berusaha mendekati Meylisa, jadi biarkan saja berjalan apa adanya."

Sasmita mendengus."Mendekati apanya? Bunda lihat yang ada Meylisa malah males sama kamu."

Andra melotot."Kok males? Andra kan nggak ngapa-ngapain."

"Iya in aja."ucap Sasmita lalu segera meninggalkan kamar putranya itu.

Andra hanya menghela napas dan lanjut bekerja.

Pagi harinya, Andra berpakaian dengan rapi dan bahkan menyemprot parfum lebih banyak dari biasanya. Hari ini dia ada jadwal mengajar di kelas Meylisa, tentu saja penampilannya harus sempurna.

"Uhuk."Sasmita menatap tajam putranya yang baru saja memasuki ruang makan.

"Pagi."sapa Andra pada kedua orang tuanya.

"Ini kamu mau kerja atau bunuh orang?"sindir Sasmita. Lagipula putranya itu dosen bukan penjual parfum, lalu kenapa harus sewangi ini.

Andra hanya tersenyum saja lalu mengambil piring dan mengisinya.

"Hari ini bunda mau ketemu sama tante Hasti. Mau bahas kamu sama Meylisa."beritahu Sasmita membuat Andra melotot.

"Bunda jangan macam-macam. Untuk urusan Meylisa biar Andra yang atur."

"Mau atur sampai kapan? Kuliah hampir selesai tapi kamu bahkan belum pernah kencan sekalipun sama Meylisa."

"Andra tidak mungkin kencan dengan Meylisa, bun. Lagipula niat Andra kan memang menunggu Meylisa selesai kuliah baru langsung lamar."

"Duh lama. Apa nggak bisa sat set sat set?"ucap Sasmita kesal.

"Tidak bisa, bun."

Sasmita menatap suaminya."Menurut papa bagaimana? Baiknya kita lamar Meylisa sekarang atau tunggu siput bergerak?"

Andra mendelus.

"Andra benar, mah. Lagipula Meylisa masih kuliah. Biarkan ia menikmati hidup dulu. Kalau menikah kan nanti tidak bisa jalan-jalan, nongkrong atau mungkin kencan dengan beberapa pria."

Andra melotot."Maksud papa apa?"

Sasmita mengangguk."Papa benar juga. Lagipula Meylisa kan cantik. Mama sih nggak percaya kalau tidak ada yang naksir. Atau mungkin Meylisa sudah punya pacar tapi ditutupi."

"Bunda bicara apa sih?"tegur Andra kesal.

"Bicara kenyataan. Meylisa kan cantik, makanya kamu naksir. Kalau kamu sendiri suka ya bisa saja orang lain juga."

Andra mengepalkan jari-jarinya."Meylisa belum punya pacar, bun."

"Belum bukan berarti tidak ada yang naksir."

"Meylisa juga tidak mau pacaran, ia mau fokus kuliah."

"Sok tahu."cibir Sasmita membuat Andra menghela napas gusar.

"Sudahlah. Kita jangan ikut campur lagi. Biar Andra yang urus."sela Arifin.

Sasmita mengangguk."Nanti kalau Meylisa dilamar sama yang lain, kita ketawain saja, pah."

Andra langsung berdiri tanpa menghabiskan sarapannya. Padahal tadi suasana hatinya sedang bagus tapi sekarang malah muram.

Bersambung

Prekuel : Oh_ My Lecture (New) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang