1

5.7K 320 3
                                    

Xiao Zhan menyesali hidupnya. Dia terlalu berambisi dan terlalu memamerkan otaknya yang cerdas tapi minus kepekaan. Sampai orang kepercayaannya menghianatinya.

Di kurung sebagai kelinci percobaan yang sialnya itu adalah satu alat yang ia ciptakan sendiri.

Kedua orang tuanya mati karena membantunya melarikan diri. Sahabat terbaiknya ikut dijadikan kelinci percobaan dan mati di depan matanya.

Kekasihnya?

Zhan tersenyum miris. Ia bahkan tidak berani mengakui perasaannya pada pujaan hatinya.

Dalam keheningan, Zhan mengingat kembali semua yang pernah ia lalui.

Jika Tuhan berbaik hati. Ia ingin menjalani hidup sederhana. Mungkin menjadi orang bodoh lebih baik. Dan menyatakan perasaannya dengan lantang kepada pujaan hatinya.

Zhan tersenyum meski semua itu khayalan.

Xiao Zhan yang sudah tidak berguna lagi dilempar hidup-hidup ke tengah laut.

-----

Uhukk.... Uhukk....argh...

Xiao Zhan menghirup udara rakus. Tenggorokannya terasa panas.

"Zhanzhan.... Tidak apa, tarik nafas pelan-pelan."

Xiao Zhan yang punggungnya diusap pelan, perlahan kekhawatirannya mulai reda. Begitu mendongak ke atas, kedua matanya membulat penuh kejutan. Hidungnya terasa panas dan matanya mulai berkabut.

"Hei.... Zhanzhan kenapa nangis?"

Xiao Zhan makin kejer nangisnya.

"Lan Zhan.... Kamu apakan anak kesayanganku?!" teriakan seorang Wei Wuxian terdengar mengancam. Berlari mendekati keduanya.

Xiao Zhan menoleh dan mendapati Wei Wuxian menghampiri dengan spatula di tangannya.

Tangis Xiao Zhan semakin menjadi.

"Zhanzhan sayang...." Wei Wuxian memeluk Xiao Zhan.

"Mama.... Papa...hwaaaa...."

Lan Wangji dan Wei Wuxian dibuat kebingungan.

Xiao Zhan tertidur setelah tangisan panjang yang menyesakkan.

"Lan Zhan apa yang terjadi? Kenapa Zhanzhan menangis seperti kesakitan?"

Lan Wangji merangkul pundak Wei Wuxian, mencium pelipisnya. "Xiao Zhan terjatuh dan sepertinya kakinya kram." Lan Wangji menghela nafas, beruntung ia melihatnya. Anak semata wayangnya hampir mati.

----

Xiao Zhan yang terbangun di kamarnya. Mengerjap bodoh menatap langit-langit kamarnya. Keningnya berkerut seolah memikirkan beban berat, tak lama senyum di bibirnya merekah dan tawa bodohnya memenuhi kamar.

Hidupnya kembali ke usianya yang masih 17 tahun. Dimana semua tragedi belum terjadi. Tuhan berbaik hati memberinya satu kesempatan.

"Xiao Zhan.... Mari menjadi orang bodoh.... Hahahaaaa...."

Kapten (Yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang