bab 17 (kabar sedih)

97 36 27
                                    

Disclaimer: semua yang ada di sini hanya fiksi belaka dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata!!!

Berberapa hari berlalu,kurang dua hari lagi mas Jefano pulang ke rumah,aku sudah menunggu nya tidak sabar akan bertemu dengannya

Di sore hari yang sedang gerimis ini aku sedang membuat kopi untuk bapakku, setelah selesai membuat kopi aku mengantarnya ke bapakku,saat aku berjalan tiba tiba ibuku menghampiri ku sambil membawa koran dengan terburu-buru

"Ndhis ndhis" ucap ibu sambil terburu-buru

"Ada apa Bu?"

"Coba baca surat ini" ucap ibu sambil memberikan ku surat

"Tolong bacakan bu,aku sedang membawa kopi"

"Sebuah peristiwa terjadi, menimpa seorang pria, terjadi kontak senjata antara pria itu dan sang pelaku, di duga itu semua terjadi karena pria tersebut hendak menyelamatkan seorang wanita, setelah kejadian itu, sang wanita (korban) lari dan bercerita kepada warga tentang apa yang terjadi, namun sayangnya sampai saat ini jasad dari sang pria belum di temukan" ucap ibu

"di duga korban tersebut bernama Jefano Van dick, dugaan tersebut muncul karena di temukannya berberapa barang peninggalan jefano yang sepertinya terjatuh yaitu dompet yang berisi foto seorang perempuan yang di duga adalah sang kekasih, kartu tanda identitas dan foto dari Jefano Van Dick sendiri" sambung ibuku dengan nada sedih

"Pyarr" secangkir kopi yang di bawa oleh Gendhis jatuh dan pecah begitu saya,dan Gendhis pun terduduk lemas

"MAS JEFANO"teriak Gendhis

"Sabar nduk"tenang ibu

"Hikss hikss,Bu ini beneran kan gak mimpi bilang ini mimpi Bu"ucap Gendhis tersengal senggal tidak terima

"Nduk,yang sabar ya"ucap bapak yang baru saja datang

"Pak,ini semua cuman bohongan kan,ini gak beneran kan,jawab Gendhis pak"

"Ini semua beneran nduk,huftt,mau bagaimana lagi nduk ini semua sudah takdir tuhan"Hela nafas berat sang bapak

"Hiks hiks,mas kenapa harus kayak gini jalan ceritanya mas"tangisku sambil menunduk dan menggelengkan kepalaku

                                 ***

Gendhis datang kerumah keluarga Jefano di sana sudah ramai para pria yang sepertinya teman mas Jefano

"Gendhis ~" lirih mama mas Jefano saat aku masuk kedalam rumah,dan aku langsung memeluk mama Jefano

"Maa,ini semua cuman bohongan kan, Gendhis nggak mau ma"

"Nak ini semua beneran,kita harus menerima kenyataan ini"ucap papa mas Jefano

Semua keluarga dari mas Jefano datang ke rumah mereka merasa sedih dan kehilangan, apalagi jasad mas Jefano belum ketemu

"Ndhis,ikut mas dulu yok"bisik mas Bhadrika yang tiba-tiba berada di sampingku

Aku pun mengikuti mas Bintara  keluar dan berhenti di pekarangan rumah mas Jefano

"Tubuh Jefano sampai sekarang belum bisa ketemu,kamu mau ikut mas apa nggak buat ikut nyari jasad Jefano siapa tahu bisa lebih cepat ketemu"

"Boleh mas?"

"Boleh,kalau kamu mau ayo pulang siap siap kita berangkat bareng berberapa orang lain"

"Yasudah ayo mas"

Aku pun pamit kepada orang tua mas Jefano dan mereka pun berkata

"Iya nak,kami di sini menunggu"ucap papa Jefano

Kisah gendhis || Jenrina (Jeno Karina) || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang