Hujan sudah reda dari hari lalu. Waktu 'pun sudah berganti bersama kabut awan tipis yang menemani.
Heeseung belum bertemu yang lain. Hanya Jungwon dan Niki yang ia temui. Sekarang juga Niki tidak terlihat. Saat Heeseung bertanya kepada Jungwon, lelaki yang lebih muda itu mengatakan bahwa ia juga tidak tahu. Setelahnya, Jungwon kembali menghilang dan Heeseung hanya bertemu Niki lagi.
'Aku rindu Savines' Heeseung mencoret-coret kertas di depannya dengan bolpoin yang ia genggam.
Menulis kata Savines berulang kali hingga kertas itu penuh oleh tulisan yang sama.
Tadi malam, Heeseung berusaha untuk mencari petunjuk lagi. Tapi semua itu gagal. Bagai sebuah Internet, jika tidak ada koneksi, pasti Heeseung tidak akan menemukan apapun.
Paling tidak satu petunjuk akan membuatnya bisa melihat bayang-bayang semua pertanyaan yang ada pada benaknya. Terkadang satu petunjuk juga tidak tentu berhasil.
"DI MANA AKU HARUS MENCARINYA??!!" Geram Heeseung. Ia melipat-lipat kertas di depannya asal dan melemparnya ke sembarang arah.
Saat bulatan kertas itu menghantam lemari kecil, sebuah buku terjatuh membuat pandangan Heeseung teralihkan. Ia berdecak dan mengambil buku tersebut.
Membawa buku itu ke meja yang ia tempati dan membolak-balikan buku tersebut. Heeseung mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak merasa meletakkan buku tersebut apa lagi memilikinya.
Atau jangan-jangan ini petunjuk?!
Heeseung segera membuka buku di genggamannya. Di sampulnya sama sekali tidak ada ukiran huruf. Maka buku itu membuat Heeseung semakin penasaran.
Saat sudah di buka, hanya ada etika-etika kerajaan yang tertulis di sana. Beberapa tentang Werewolf, Vampire, Zombie, dan Iblis.
Tapi tunggu...
Heeseung seperti pernah melihatnya. Tapi di mana???
.
.
.
.
.Di kedai. Di sana, terdapat dua orang yang tengah duduk berhadapan. Yang lebih muda menatap yang tua dengan datar dan dingin walau di dalam benak, ia sangat jengkel. Sedangkan yang lebih tua menatap tanpa arti ke arah depan dan tetap diam tanpa berkata apapun.
"Apa yang ingin anda katakan?" Yang lebih muda memulai percakapan.
"Kau...
.... Savines?"
Yang lebih muda masih menatap datar lawan bicara hingga akhirnya ia memalingkan pandangan. "Apa untungnya jika Anda tahu Saya Savines?"
"Untungnya?... Aku menemukan putraku"
Deg!
'Siapa?' batinnya yang tengah di landa kebingungan.
"Bukankah anda sudah pernah bertemu dengan kami saat itu?"
"Hm? Saat itu? Kapan?"
Yang lebih muda terdiam. Memikirkan apa yang tengah terjadi sekarang membuatnya bingung. "Anda tidak ingat?"
Pria itu menggeleng.
.
.
.
.
."HELOO CHRIST!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐢𝐬𝐭𝐞𝐫𝐲 | 𝐄𝐍𝐇𝐘𝐏𝐄𝐍
Mystery / ThrillerIni bukan sebuah perjalanan cinta, bukan kisah para remaja sekolah, ataupun sekumpulan orang yang hidupnya baik-baik saja. Tapi ini adalah sebuah perjalanan hidup yang tak mudah. Ini kisah tujuh pemuda yang sedang mencari arah, arah dimana mereka h...