12 - Her Nice Appearance

401 39 3
                                    

"Ada alasan kenapa kau mendampingiku dengan riasan kali ini?"

Ashley yang sedang membaca sebuah buku tentang bisnis lantas berhenti. Suara Dominick memecah keheningan setelah empat puluh menit perjalanan ditempuh dalam diam. Akan tetapi, dari sekian banyak hal yang bisa dibicarakan, kenapa harus penampilannya?

Kemarin gaun panjang berwarna hijau tua, hari ini cocktail dress selutut berlengan panjang dengan bagian rok jenis A-line. Kerahnya lebar dan memperlihatkan sampai setengah bahunya. Dia memilih sendiri gaunnya hari ini karena Jeremy sedang repot dan tidak bisa ditunggu. Setelan hari ini jauh lebih sederhana dan membuatnya lebih leluasa dalam bergerak. Gaya rambutnya juga sama seperti kemarin, diikat satu tinggi dan dihiasi jepit berbentuk bunga berwarna perak di sisi kiri.

"Tidak ada alasan. Hanya ingin." Ashley pikir tidak perlu menceritakan lebih banyak tentang alasannya pada Dominick. Itu bukan sesuatu yang pantas untuk diketahui.

Hari ini Ashley pergi mendampingi Dominick lagi ke acara perilisan buku seorang penulis terkenal. Bukunya adalah yang sedang dibaca Ashley saat ini. Dominick mendapat undangannya karena saat si penulis menulis bukunya, dia memuat biografi Dominick sebagai salah satu contoh pebisnis sukses yang perlu ditiru jejaknya. Namun, Dominick tidak pernah mau membaca apa yang tertulis di sana berhubung dirinya bukan perintis, melainkan meneruskan apa yang sudah dibangun oleh sang ayah. Itu sebabnya Ashley diminta untuk membacanya.

"Kau tidak risi dengan tatapan orang-orang?"

Kali ini Ashley menutup buku dan beralih memandang Dominick yang sedang memeriksa sesuatu di iPad-nya. Keduanya duduk bersebelahan di bangku belakang dengan Taylor yang mengemudi.

"Orang-orang memperhatikanmu, bukan aku." Ashley saja mempertanyakan siapa dirinya sampai mampu menarik perhatian orang-orang. Paling-paling orang yang pernah melihatnya sebelumnya saja yang terkejut akan perbedaan penampilannya, tetapi hanya sebatas itu. Mereka tidak akan tahan menatapnya lama-lama. "Orang-orang mengenalmu sebagai pengusaha yang tampan dan itu memanjakan mata mereka."

Ashley kembali membuka buku di pangkuannya dan berpura-pura kembali membacanya ketika Dominick menatapnya. Kepala pria itu bahkan bertumpu pada tangan yang sikunya bersandar pada bingkai jendela mobil. Pose itu membuat Dominick menyerong ke arah Ashley, seakan-akan sengaja ingin menatap lama-lama.

"Memanjakan mata? Apa aku terlihat seperti itu di matamu, Harper?"

Bola mata Ashley bergulir ke arah Dominick dan menemukan pria itu sedang menyeringai tipis meski tatapannya masih tertuju pada iPad.

Ashley tidak tahu kenapa Dominick berbasa-basi seperti itu, sungguh bukan karakternya. Terkadang kepercayaan dirinya bisa sangat tinggi, tetapi tidak untuk sesuatu yang berurusan dengan fisik atau penampilan. Akan tetapi, apa dia memang harus menjawab yang satu itu? Pria itu bahkan pernah mendapati dirinya kehilangan fokus karena mengagumi ketampanannya.

"Iya, di mataku juga." Dia menjawab sekenanya.

"Tapi pria-pria akan seperti predator ketika melihat wanita cantik."

Wanita cantik?

Wajah Ashley terasa panas ketika kata-kata itu keluar dari mulut Dominick. Bukankah itu berarti dia sukses terlihat lebih menarik dari biasanya? Pria itu jarang sekali melontarkan pujian, apalagi untuknya. Dia juga tidak ingin buru-buru menganggap itu sebagai pujian untuknya, mengingat kata-kata tersebut bisa saja bersifat umum. Namun, Ashley tidak bisa tidak merasa malu mengingat sebelum mengatakan itu, Dominick sedang membicarakan tentang perubahan penampilannya.

"Wanita cantik selalu menarik perhatian. Terkadang aku yang juga wanita pun bisa terpesona."

Dominick berdecak ringan. "Tetap saja tatapan lapar mereka itu menyebalkan."

Dare or JomloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang