09 - Rumor has it

433 30 3
                                    

"Katherine Wilow tidak punya waktu minggu ini, jadi aku akan mengajukannya lagi minggu depan, Bos. Jadwalmu kosong Jumat malam, kalau kau setuju, akan kuajukan padanya."

Ini aneh, terlalu formal untuk sebuah rencana kencan. Namun, Ashley tidak bisa melawan karena bosnya memang pria yang sangat terstruktur. Semuanya harus terjadwal dan Ashley pusing ketika hal-hal mendesak berdampak pada pergeseran jadwal. Sekretarisnya bahkan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dominick lebih senang mencari Ashley ketimbang sekretarisnya. Ashley akan kesulitan karena ketika ingin meminta tolong, si sekretaris dapat menolak dengan dalih bahwa dia tidak mendapat instruksi langsung dari Dominick.

Minggu ini sangat padat, tidak mungkin baginya untuk menyisipkan satu agenda kencan lagi. Bahkan ada dua acara amal yang harus dihadiri dan berada jauh dari kantor. Ashley merasa sangat beruntung karena wanita yang ditaksir Dominick adalah Kate. Dengan begitu, dia bisa mengaturnya tanpa merasa segan.

Hari ini saja Ashley baru selesai mendampingi Dominick menghadiri rapat bulanan di dua kantor cabang. Bahkan masih ada satu agenda lagi, yaitu mendatangi proyek pembangunan hotel di dekat pelabuhan. Pria itu tidak puas hanya dengan menjadi perusahaan penyedia jasa pembuatan aplikasi, tetapi juga mulai merambah bisnis perhotelan. Ashley sampai berpikir Dominick hanya kebingungan bagaimana cara menghabiskan uangnya yang sangat banyak hingga ide itu muncul begitu saja. Ashley sudah merasa lelah meski baru memikirkan seberapa jauh jarak kantor cabang dengan pelabuhan. Satu jam ke depan akan dihabiskan di perjalanan.

"Katherine Willow orang yang sibuk?" Cara Dominick bertanya terdengar seperti merendahkan orang lain dan tanpa pria itu sadari, Ashley yang berjalan di belakangnya menatap kepalanya dengan mata memicing.

Ashley menekan tombol elevator dulu baru menjawab, "Dia mungkin punya jadwal untuk agenda-agenda tertentu. Acara keluarga, pertemuan dengan teman, melakukan hobinya, atau berkencan, misalnya." Dia menjawab asal-asalan. Pria itu tidak akan tahu kalau Ashley yang mengatur agar mereka tidak bertemu minggu ini.

"Dia punya pasangan?"

"Aku tidak tahu, Bos, itu hanya perkiraan. Kau bisa bertanya padanya nanti saat bertemu."

Pintu elevator terbuka, seperti biasa Ashley akan mempersilakan Dominick untuk keluar lebih dulu. Namun, saat dia hendak menyusul keluar, Dominick mengulurkan tangan ke sisi pintu elevator. Pria itu tidak hanya membuat pintu elevator tetap terbuka, tetapi juga tidak membiarkan Ashley lewat.

"Kau harus cari tahu soal itu. Jangan sampai aku berkencan dengan seseorang yang sudah memiliki pasangan, itu menjijikkan."

Sorot mata Dominick kosong saat mengatakannya. Ashley langsung sadar kalau pria itu pasti teringat akan pengalaman pernikahannya yang lalu. Diselingkuhi oleh istrinya sendiri padahal dia tidak punya kekurangan apa pun. Mantan istrinya merupakan salah satu contoh dari wanita yang tidak bersyukur. Alasannya berselingkuh pun tidak bisa dimaklumi. Sebelum menikah, Dominick memang pria yang supersibuk. Mantan istrinya harus mengerti dan bukan malah menjadikan itu sebagai alasan untuk bisa berpaling.

Memikirkan tentang itu membuat Ashley tidak sadar kalau pintu elevator tertutup. Dia mungkin akan dibawa naik ke lantai atas lagi seandainya Dominick tidak menekan tombol dari luar. Ashley menggigit bibir bawahnya begitu menyadari bahwa itu adalah sebuah kesalahan.

"Kau membuatku menekan tombol elevator hari ini, Harper."

Ashley segera keluar dari elevator itu sebelum pintunya tertutup lagi. Selagi berjalan, dia juga mencari-cari keberadaan tisu antiseptik di dalam tasnya. Dominick benci menyentuh hal-hal yang pernah disentuh oleh banyak orang dan Ashley harus selalu menyiapkan satu pak tisu antiseptik untuk pria itu membersihkan tangannya.

Dare or JomloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang