Tiga rumah 01

38 23 108
                                    

❝Terkadang hal-hal menarik dan menakjubkan terjadi ketika kita berani mengambil resiko❞ ~ Jenna Lauziya

22:13
-Tentang tiga kepala-

Drapetomania akan mengunakan alur maju mundur. Karena ini dominan menceritakan persahabatan, jadi bisa saja tiba-tiba menceritakan masa SMP maupun SMA.

Baca dengan teliti dan happy reading wanbuuu🤗

🏠 🏠 🏠


Sabtu sore adalah jadwal senam, bagi para ibu-ibu atau perempuan di kompleks Cemara. Seperti yang terjadi hari ini, suara dangdut DJ remix dari pengeras suara di depan rumah ibu RT. Beradu dengan suara kerasnya tangisan beberapa anak kecil. Walau demikian, ibu-ibu yang membawa anaknya dan ikut senam itu tidak memperdulikan tangisan anaknya, sebab mereka tau hal yang membuat anak mereka menangis.

Nayara yang berada di barisan belakang, menoleh singkat pada Elnara di sampingnya.

"Sehari aja, temen lo ngga bikin anak orang nangis. Kayaknya bakalan demam dia malamnya," ucap Nayara sembari mengamati Jenna yang tengah tertawa kesenangan melihat anak kecil itu menangis, setelah berhasil dia jahili.

"Gue bahkan lebih heran, ibu-ibu disini masi saja mau menitipkan anak mereka ke Jenna. Padahal mereka tau, anak kecil mana yang tidak menangis jika bermain dengan Jenna," tutur Elnara dengan nada bingung.

Nayara menggeleng pelan melihat tingkah laku ajaib temannya. Ia dan Elnara semenjak datang kesini memang langsung mengikuti agenda kegiatan ibu-ibu di sini. Berbeda dengan Jenna yang terang-terangan bilang tidak suka senam. Nyatanya memang benar, selama mereka satu sekolah menengah pertama pun. Jenna tidak pernah menunjukkan minat pada bidang olahraga saat pelajaran senam dan lari.

Sahabat mereka yang tingginya paling pendek itu, walau selalu ikut memakai pakaian olahraga saat hari Sabtu sore. Tetapi, hanya menjadi orang yang mengawasi anak-anak kecil. Walaupun begitu, tubuh Jenna yang malah lebih gila dari pada ketiganya sebab, walau tidak suka senam. Jenna menyukai olahraga yang membentuk tubuh, seperti squat jump atau sit up setiap harinya. Terbukti dengan perut Jenna yang sixpack sendiri.

Musik sudah berganti untuk yang keempat kalinya, tapi para ibu-ibu tidak menunjukkan tanda kelelahan, malah mereka semakin semangat menggerakkan badan. Nayara angkat tangan, dia mundur dari barisan dan bergabung dengan Jenna. Meninggalkan Elnara yang memiliki energi berlebihan.

"Cici," panggil Nayara pada anak perempuan berumur satu tahun setengah, yang duduk anteng di samping Jenna sembari memakan es krim.

Anak itu membalas panggilan dengan senyum manis. Terlihat air mata yang masi mengenang di pelupuk matanya. Jenna selalu membuat anak-anak menangis, tapi anehnya anak-anak itu akan berhenti menangis saat melihat Jenna tertawa terpingkal. Mungkin itu juga yang menjadi alasan ibu-ibu masi mau menitipkan anak mereka pada Jenna.

Musik berhenti, para ibu-ibu duduk lesehan di tanah dengan peluh mengalir deras. Ibu Jua, selaku RT kompleks Cemara mendekati ketiga remaja itu.

"Stok makanan udah habis belum?" tanya Ibu Jua. Wanita bertubuh berisi namun terlihat segar itu ikut duduk di samping Elnara.

Nayara yang bertugas di dapur mulai mengingat-ingat. "Masi ada beberapa sih, bu kayaknya."

Ibu Jua menoleh ke para ibu-ibu yang lain. "Nanti seperti biasa, besok ibu mau lihat stok makanan kalian di dapur dulu, baru nyetok lagi."

"Kita ucapan makasih banyak, tapi apakah tidak apa-apa? Kita bisa membeli makanan sendiri, kok. Ibu ngga perlu khawatir. Kita nggak enak selalu merepotkan warga seini," ujar Elnara setelah menghabiskan satu botol air minum.

DrapetomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang