BAB 8.

30 24 22
                                    

"M-mama.."

Begitu jarak mereka sudah dekat, Mara segera memeluk anaknya itu. "Keyra.. mama minta maaf.."

"Maksud.. mama apa?"

"Ayo kita masuk dulu, mama jelasin di dalam" ucap Mara menuntun anaknya itu memasuki rumah disusul dengan Ghea dan Rangga di belakang mereka.

***

"Kamu masih inget kejadian waktu kamu kecil dulu? Itu.. terjadi lagi. Mama udah tau ini bakal terjadi lagi, mama minta maaf engga ngasih tau kamu, sayang"

"Maksud mama.."

Mara mengangguk. "Sayangnya mama gatau berapa lama kamu begini. Sama seperti dulu, nanti kamu akan kembali seperti semula lalu begini lagi. Selama ini mama nyoba nyari tau solusi buat ini, tapi nihil"

"Lalu.. sekarang Keyra gimana tante? Maksudku kayak sekolahnya gitu, bukannya itu bakal jadi masalah?" Tanya Rangga.

"Untuk jaga-jaga, tante udah nyiapin rencana. Tapi ini tentunya butuh persetujuan dari Keyra dulu"

"Memang.. apa rencananya, ma?"

"Sementara kamu akan nyamar, sayang. Kamu masih harus sekolah dan untuk itu, kamu akan kembali ke sekolah sebagai murid baru"

"Murid baru, berarti!" Ghea mulai paham rencana dari Mara.

"Tepat, kita buat identitas baru buat kamu. Gimana, ra?"

Semua menatap ke arah Keyra, menunggu jawaban yang akan dikatakan oleh gadis itu.

"Aku.." Keyra bingung, apa yang harus ia pilih? Setuju atau tidak? Identitas baru? Bagaimana jika ia ketahuan? Berbagai hal berterbangan di pikiran Keyra hingga akhirnya ia memutuskan.

"Aku setuju"

***

 Keyra, Mara, dan juga Rangga kini berada di sebuah rumah kosong namun terlihat bersih dan rapi seakan ada yang tinggal disana. Rencana Mara adalah untuk memasukkan Keyra di dalam keluarga salah satu saudara jauhnya. Ia sebelumnya juga sudah membicarakan hal ini dengan mereka.

"Mulai sekarang, sementara kamu tinggal disini" ujar Mara.

"Sendirian?"

"Ya, kamu ga takut kan, ra? Eh maksud mama, Arsen"

Sesuai rencana mereka membuat identitas baru bagi Keyra dan namanya kini adalah..

"Arsenio Evander. Keren juga, ra" timpal Rangga. "Kayak namanya ultramen"

"Mama! Rangga ngejek"

"Ssstt udah, udah. Gimana kalo kita keliling rumahnya dulu? Habis itu kita belanja baju laki-laki buat kamu"

"Aku gabisa tetep pake baju aku aja, ma?"

"Ra, inget sekarang kan kamu laki ya pake baju laki lah ra. Masa mau pake rok?"

"IH, KAN BAJU KU GA CUMA ROK DO-"

Rangga menutupi mulut Keyra dengan tangannya. "Diem, ra. Geli tau denger kamu ngomong gitu pake suara laki"

"Astaga, ribut terus kalian? Ayo belanja sebelum sore" ujar Mara menengahi.

***

"Sen, sini coba liat baju yang ini. Suka ga?"

"Aduh, ma. Aku masih belum biasa dipanggil Arsen"

"Sutt, nanti juga biasa sendiri. Ini gimana bajunya?"

"Terserah mama aja deh, lagian kita kan udah beli banyak banget. Belum lagi sama yang dipilihin Rangga tadi"

"Oh iya Rangga. Kamu mau baju juga?"

Rangga yang namanya dipanggil itupun menoleh. "Engga usah, tan. Baju Rangga masih banyak"

"Ya sudah, kayaknya emang udah cukup. Ayo kita bayar di kasir"

Rangga dan Keyra pun berjalan mengikuti Mara menuju kasir. Begitu sampai, Mara segera mengeluarkan kartu kreditnya untuk membayar belanjaan mereka.

Sang kasir yang hendak menerima kartu itu malah salah fokus kepada Keyra yang sibuk mengobrol dengan Rangga.

"Belanja sama anaknya, bu?"

Mara menoleh pada yang dimaksud oleh kasir itu. "Iya, katanya bajunya udah pada ga muat semua, jadi beli baru deh"

Kasir itu tersenyum ramah. "Anaknya ganteng, bu. Udah punya gandengan apa belum? Kalo belum bisa atuh sama saya"

"Haha mbaknya bisa saja"

***

"Akhirnya balik juga. Oh iya ma, liburku ini kan cuma dua minggu dan setelah kepake 4 hari kemaren buat kemah sama Ghea jadi sisa 10 hari lagi sebelum masuk semester baru. Buat masuk nanti itu udah mama siapin apa bel-"

"Udah, tenang aja. Semua udah mama urus. Sekarang kamu mandi deh, sen. Lalu cobain baju baju ini sana"

Keyra mendengus kesal. "Ma, bisa ga kalo pas gini manggil aku Keyra aja. Aku bingung"

"Ga bisa, udah sana cepetan mandi"

"Iya, iya ini aku mandi" ucap Keyra lalu berjalan menuju kamar mandi.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan berhenti. "M-ma? Aku mandinya gimana..?"

"Mandi ya tinggal mandi dong sayang, udah 17 tahun masa gabisa mandi sendiri?"

"Mamaa, bukan ituu"

Rangga yang tak bisa menahan tawa pun akhirnya bersuara.

"Hahaha.. gini tan, Rangga kasih tau" ia pun membisikkan sesuatu pada tantenya itu.

 Mara menepuk jidatnya. "Astaga, mama lupa. Gimana ya? Mau mama mandiin aja?"

Muka Keyra sontak memerah.

"Lah, terus gimana? Masa iya kamu ga mandi? Bau dong"

"Hmmp.. y-ya mau gimana lagi, Keyra bakal coba.."

"Kok Keyra?"

"Aah, maksudnya Arsen!" serunya lalu kembali mempercepat langkahnya ke kamar mandi.



















Another Life [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang