"Lo gay?"
Rendi menatap Keyra dengan raut wajah kesal. "Sumpah, Sen. Lo orang ke 131 yang ngatain gue gay."
"Jadi lo emang gay?"
"KAGA LAH, BEGE."
"Woi Ren, Sen. Giliran lo pada!"
Kedua lelaki itu kompak menoleh ke Mahesa.
"Iye, bentar," ujar Rendi seraya beranjak dari duduknya begitu pula dengan Keyra.
"Buruan, tinggal lo bedua nih yang belum."
"Sabar elah, baru juga bediri."
"Hafal kan?" tanya Keyra.
"Aman," Rendi kemudian memanggil Bian, lelaki yang dipanggil oleh temannya itu segera memutar sebuah video landscape di hp nya. Isi video itu berisi kata-kata yang harus di ucapkannya dalam bahasa inggris.
Semua yang ada di ruangan itu langsung heboh, tak terpikirkan cara itu sama sekali. Kenapa harus susah-susah ngehafal kalo bisa baca? Toh, bukannya para presenter berita juga baca ya?
"Pinter juga lo."
"Ga adil, gue mau take ulang, video gue ancur tadi."
"Siapa sangka."
"The rill kerja cerdas."
Berbagai komentar dari teman-temannya itu sukses membuat Rendi bangga dengan dirinya sendiri.
"Udah, dah. Gue mau rekaman, kaga jadi-jadi ntar."
Mahesa pun mulai merekam keduanya setelah memberi aba-aba untuk mulai. Rendi yang dibantu oleh teks nya dan juga Keyra yang sudah sangat hafal dengan bagiannya itu membuat mereka tampak seperti Gevan dan Bian part 2.
Seusai kegiatan rekaman, kini Gilang dan Gani sedang bermain playstation 3. Kenapa bisa ada playstation 3 disana? Yah awalnya Keyra sendiri juga tidak tau kenapa ada benda itu di rumahnya. Lalu beberapa menit kemudian ia mendapat pesan dari Rangga yang mengatakan bahwa ia menitipkan mainannya di rumah Keyra tadi pagi.
"Gue kalah lagi!"
"Dah gue bilang kan? Ini mah gempil buat gue," ujar Gilang dengan bangga.
"Woi gantian, lo dah main sejam dari tadi!" seru Kelvan.
"Mana ada sejam?" Gilang melihat layar hp nya. "Baru 10 menit, satu game lagi."
Gilang kemudian memilih opsi 'Play Again' pada game itu dan kembali bermain dengan Gani.
Keduanya cukup serius walau itu hanya sebuah game, dan kompak heboh begitu salah satu memenangkan game nya.
Keyra sendiri cukup terkejut melihat sosok Gilang yang seperti ini, padahal saat di sekolah lelaki itu sangat sangat cool dimatanya. Ia juga tak menyangka rumah yang ia tinggali sendiri selama 1 minggu lebih itu bisa seramai ini hanya karena mereka yang hanya berjumlah 7 orang.
Hal itu membuatnya lega karena tampaknya hidup dengan begini tidak semenakutkan yang ia kira.
***
Tak terasa waktu terus berlalu. Sudah sekitar hampir 1 bulan Keyra terjebak di wujud lelakinya itu. Ia mulai khawatir bagaimana nasibnya sebagai dirinya di kelas XI-A IPA yang hampir sebulan tidak masuk sama sekali.
"Sen, lo dipanggil Pak Tono ke ruang guru."
Lelaki itu mengangguk lalu berjalan keluar dari kelas menuju ke ruang guru.
Saat di koridor ia tak sengaja menabrak seseorang karena sibuk melamun dan tidak memerhatikan jalan.
"Eh, sorry. Lo gapapa?" tanya Keyra seraya membantu cewek yang ia tabrak untuk berdiri.
"Gue gapap– loh, Arsen kan? 11-A IPS?"
"Ya..," Keyra mencoba mengenali siapa cewek di depannya itu. "Caca?"
"Wah, lo inget nama gue?"
"Tiap hari aja lo ke kelas gue, ya ingetlah."
Caca hanya terkekeh mendengar itu. "Mau ke ruang guru juga?"
"Ya, di panggil Pak Tono."
"Pak Tono kan guru olahraga, kenapa ya?"
Keyra memasukkan tangannya ke saku celananya lalu melanjutkan jalannya diikuti dengan Caca disampingnya. "Hm, paling gara-gara gue kurang bener pas pelajaran olahraga?"
"Oh, kalo aku sih dipanggil sama Bu Ari. Katanya ini soal ekskul cheerleaders."
"Ikut cheerleaders?"
Sebenarnya ia, sebagai Keyra Anastasya Aliffia, tentunya sudah tau tentang hal itu yang menjadi rahasia umum di SMA Garuda Muda. Tapi sebagai Arsenio Evander yang seorang murid baru disana, akan aneh jika ia tau kan?
"Iya, dan tiap ada apa-apa di tim pasti aku yang di panggil sama Bu Ari, nyebelin kan? Tapi yaa, kayaknya aku emang yang paling bisa diandelin deh di tim, yang lainnya ga ada yang sekompeten aku."
Sebenarnya ia merasa agak jengkel dengan gaya bicara Caca yang sangat sok itu, namun sebisa mungkin tak ia tunjukkan.
"Eh, bentar–" ucap Keyra ketika menyadari sesuatu. "Lo.. sejak kapan ngomong pake 'aku'?"
Keyra menatap Caca yang hanya tersenyum padanya. Karena dulu sudah terbiasa dengan orang-orang yang berbicara dengannya menggunakan aku-kamu, ia jadi tak sadar jika gadis di sampingnya ini mengubah gaya bicaranya saat bersama dengannya.
"Hehe, ga boleh?"
"Boleh aja, cuma.. agak aneh."
"Aneh gimana?" Ujar Caca, tak henti-hentinya tersenyum pada Keyra.
"Ya aneh aja, secara kita kan.. ah, lupain. Udah sampe, gue ke Pak Tono dulu ya."
"Oke!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Life [On Going]
Ficção AdolescenteBercerita tentang seorang gadis yang bisa berubah menjadi laki laki saat masih kecil. Setelah umurnya menginjak 12 tahun kejadian itupun sudah tidak pernah terulang lagi. Namun saat dia berada di SMA tepatnya 5 tahun setelahnya, ketika dia berumur 1...