BAB 11.

36 22 26
                                    

"Gawat, gawat, gawat."

Keyra kini sedang berhenti di persimpangan dua jalan, yang dimana bila ia belok kanan maka akan membawanya ke toilet perempuan dan belok kiri adalah toilet lelaki.

Jadi, yang tadi bukan hanya alasan semata untuk pergi dari situasi itu melainkan ia memang benar-benar butuh ke toilet. Akan tetapi, disinilah masalah yang sebenarnya.

Beberapa menit yang lalu ia sudah mengirimkan pesan ke Rangga untuk menemuinya. Namun sampai sekarang ia belum menemukan keberadaan sepupunya itu.

"Duarr!" Seseorang menepuk pundak Keyra yang alhasil membuat lelaki itu sangat terkejut. "Ngapain disini? Katanya kebelet?"

Keyra menoleh ke asal suara itu dan mendapati Rangga tak lupa dengan senyum tengilnya.

"Emang belum jelas?" Keyra sedikit emosi karena saat ini perutnya sudah sangat mulas.

"Hm," Rangga memasang pose berpikir. "Logikanya sih paling bener sekarang ke toilet cowok, Ra."

"Tapi, Ga. Gimana caranya?? Gue gabisa!"

"Hah? Ya tinggal jalan ke sono masa ga bisa?"

"Bukan, Ga. Maksud gue tuh.."

Untungnya otak Rangga bisa langsung konek dengan apa yang dimaksud oleh Keyra.

"Mau gimana lagi, Ra. Kalo lo ke toilet cewe yang ada lo malah dikira cabul."

Keyra paham dengan perkataan Rangga, untuk saat ini itu adalah satu-satunya pilihan—kecuali kalau mau pulang ke rumah.

"Eh, terus nanti pas.. anu nya gimana??"

"Anu?" Rangga kembali tidak konek. "Oh! Gampang aja sih, itu nanti tinggal dipeg-"

"OKE, OKE STOP. GUE PAHAM," potong Keyra. Lelaki itu kemudian berbalik dan berjalan ke arah kelasnya.

"Loh, Ra? Ga jadi?"

"Kebeletnya dah ilang, dan sekarang gue Arsen, AR-SEN. Gimana ntar kalo ada yang nanya napa lo manggil gue 'ra'?"

"Gampang aja, tinggal bilang kalo 'ra' itu singkatan dari 'ra-bies'. Mereka pasti percaya."

"Dasar anak setan!" Keyra memukul kepala Rangga. "Gue balik ke kelas dulu, sampein salam gue buat Ghea ya."

"Yoi."

***

"Woi, Sen! Abis dari mana lo?" Panggil Rendi begitu melihat sosok Keyra berjalan mendekat.

"Toilet, napa?"

"Si Caca tadi minta nomer lo ke gue, katanya tadi ga lo kasih."

"Emang, terus?"

"Gue suruh tuh cewek minta sendiri ke lo."

"Udah gitu aja?" Rendi mengangguk.

Keyra yang hendak masuk kedalam kelas kembali terhenti begitu Gilang memanggilnya. "Lo udah masuk grup belum?"

Jantungnya berdegup begitu ia mendengar suara dari orang yang disukainya itu, apalagi saat ini lelaki itu mengajaknya berbicara.

"Grup apa?"

"Sini nomer lo, biar gue masukin grup," pinta Gilang seraya menyodongkan hp miliknya ke arah Keyra.

Dengan perasaan tak karuan ia menerima hp itu kemudian mengetikkan nomornya. "Oke sip, dah gue masukin ke grup."

"Btw, bro. Lo tinggal dimana?" tanya Gevan-salah satu anak XI-A IPS.

Another Life [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang