BAB 9.

29 23 15
                                    

Keesokan paginya, Keyra terbangun karena suara alarm yang memenuhi kamar tidurnya.

"Hmmh.. bentar, masih ngantuk.."

Lelaki itu mematikan alarmnya dan hendak melanjutkan tidurnya hingga kini suara dering hp kembali membangunkannya.

"Siapa.. sih?"

Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, ia mengangkat telefon itu.

"Sen, udah bangun kan? Jangan tidur lagi mentang-mentang ini hari libur! Kalo udah bangun, mandi. Nanti Ghea bakal kesana, mama udah kasih tau tempat kamu"

"Iya.. ma"

"Anak ini, cepet bangun!! Jangan molor mulu! Udah mama mau masak, kemaren mama udah masukin makanan di kulkas kamu, tinggal di angetin lagi lalu bisa buat sarapan. Mama matiin ya?"

"Heem ma"

Begitu telfonnya mati, Keyra segera meletakkan hp nya kembali. Ia sedang mengumpulkan sisa sisa nyawanya dan juga niat untuk mandi.

"Mandi lagi.. ga bisa apa mandi sebulan sekali? Hoamm"

Lelaki itu beranjak dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Rasa ngantuknya langsung menghilang ketika ia harus melepaskan bajunya untuk mandi. Dengan penuh kengerian ia melepasnya lalu merem. Ia tak bisa melihat 'sesuatu' yang ada di tubuhnya itu.

Akhirnya kegiatan mandinya pun selesai dan ia segera mengenakan handuknya. Ia membuka lemari pakaiannya dan mengambil kaos berwarna putih dan juga celana abu-abu lalu mengenakannya.

"Hah.. aku harus mulai biasa, kan aku gatau sampe kapan ini begini"

Ia mengambil sebuah sisir lalu mulai menyisir rambutnya. Sore kemarin setelah ia mencoba beberapa baju yang dibelinya, Mara dan Rangga memutuskan untuk pulang sehingga ia harus tinggal sendiri malam itu.

"Kata mama, Ghea bakal kesini, mana? Ga dateng-dateng dari tadi"

Baru saja ia membicarakan sahabatnya itu, seseorang mengetuk pintu rumahnya. Ia pun berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Ghea?"

"Haii, aku dateng nih. Kamu sendiri di rumah?"

"Iya, mama sama Rangga pulang kemaren. Ayo masuk"

Ghea kemudian masuk ke rumah itu dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. "Ra, sumpah. Aku masih belum biasa sama wujud kamu yang kayak gini, rasanya kayak ngobrol sama orang lain, tau"

"Haha, aku juga belum biasa apalagi.. kalo soal mandinya"

Ghea terdiam sebentar. "Ah iya juga, mandi. Itu masalah utama sih.. tapi, kamu bisa kan?"

"Kalo ditanya bisa apa engga nya sih, ya bisa aja. Cuma ya.. gitu deh"

"Ada kendala ga?"

Keyra menghela napas. "Ga usah ditanya, ghe. Mama aja sampe kaget kemaren sore gara-gara aku teriak pas mandi"

Ghea tertawa.

"Kok malah diketawain sih.."

"Haha, maaf maaf. Abis lucu sih"

Keyra menyedekapkan tangannya.

"Jadi, ada apa kesini?"

Ghea kemudian menghentikan tawanya dan mengeluarkan sebuah buku dari tas kecil yang dibawanya sedari tadi.

"Waktunya belajar!"

"Belajar? Buat apa? Aku udah pinter kali"

"Bukan belajar yang itu" gadis itu membuka bukunya dan menunjukkannya pada lelaki yang duduk di sampingnya itu.

"Cara jalan, cara ngeliat, cara bicara, cara makan.. sebanyak ini buat apa?"

Ghea menggeleng. "Buat kamu lah, ra. Eh, nama kamu sekarang siapa?"

"Arsen, Arsenio Evander"

"Wuih, kerennya. Jadi gitu, ar. Ini semua bakal aku ajarin buat kamu, kan kamu lagi nyamar. Ga mungkin kan laki-laki tapi tingkahnya cewek banget? Bisa-bisa nanti ada yang curiga sama kamu, atau parahnya mereka mikir kamu itu.."

"Bencong?" potong Keyra.

Ghea mengangguk.

"Kita mulai dari cara jalan. Ar, coba kamu jalan dari sana kesini"

Keyra menuruti perkataan Ghea, ia berdiri kemudian berjalan kesana kemari.

"Bagus, jalan kamu udah mirip-mirip lah sama cowo. Nanti berguru sama Rangga ya kalo mau lebih mirip lagi" ucap Ghea seraya memberi tanda centang disamping tulisan 'Cara jalan'.

"Sekarang coba liat ke aku, ar"

Keyra mendekat ke Ghea lalu menatap kedua mata gadis itu. Sedangkan Ghea yang ditatap oleh lelaki itu tak kuasa menahan dirinya yang malah salah tingkah. Walau tau lelaki itu adalah Keyra, sahabatnya, tetap saja.

"Ghe, kamu gapapa?" ucap lelaki itu panik.

Ghea mengusap wajahnya lalu menarik napas dalam-dalam. "Gapapa, ar. Coba kamu kalo ngeliat itu lebih kasi kesan bodo amat, bisa ga? Takutnya nanti siapapun yang kamu liat malah langsung tepar di jalan"

"Apa maksud?" Tanyanya tak paham dengan perkataan Ghea.

"Maksud dia tuh, coba tatapan matamu itu lebih ke gak suka atau cuek gitu, ra" jawab Rangga yang tiba-tiba saja sudah berada di dalam rumah itu.

"Lah?! Kok bisa masuk?!?!"

"Bisa lah. Tante Mara ngasih kunci cadangan ke aku, jadi tadi bisa langsung masuk"

"KOK GA KETUK PINTU DULU"

"Sorry, sorry. Lain kali aku bakal ketuk dulu, sekarang coba lanjutin pelajarannya tadi"

"Jadi, aku ngeliatnya harus gimana?"

"Cara ngeliatmu, kalo kayak yang dibilang sama Ghea, berati liat ya liat doang alias cuek aja. Kasih kesan kayak kamu ga tertarik gitu. Nih aku contohin ya" Jelas Rangga kemudian memasang tampang cuek yang berbeda 180 derajat dari beberapa detik yang lalu.

Keyra pun mencoba menirukan ekspresi wajah yang dibuat oleh Rangga dan berhasil dalam sekali coba.

"Wah.. kalo gini kesannya udah bukan Keyra lagi.. Ar, kita harus jarang ketemu deh, takutnya nanti aku malah suka ke kamu" celetuk Ghea.

"Apaan si, ghe. Aku merinding dengernya"

"Untuk seterusnya pertahanin ekspresi kayak gitu ya, ar. Sekarang kita ubah cara bicara kamu. Pertama-tama, ubah dari aku-kamu ke gue-lo"

"Gue.. lo?"

"Iya, tuh cocok loh sama suaramu, ar. Sekarang biasain aja ngomong gitu, biar ada keren-kerennya gitu"

"Terus, nanti kalo aku-"

"Hem?!"

"Maksudnya, gue ngomong sama lo. Apa harus pake lo-gue juga?"

"Iyaa. Tapi kalo menurut prediksi ku, mending kalo di sekolah kita ga sering-sering ngobrol deh, ar. Atau kalo perlu kita pura-pura ga kenal aja"

"Ghea bener, ra. Tapi tenang aja, kita masih bisa ngobrol deh kan sama-sama cowok"

"Yah, oke deh. Aku- eh, gue nurut aja"

Ghea menepuk pundak sahabatnya itu, ia memberinya semangat.

"Ar, inget Gilang?"

"Gue cuma ganti penampilan, ghe. Bukan ganti ingatan"

"Saran aku ya, ar. Kamu coba tiru cara bicara dia. Coba masuk jurusan IPS, ar. Siapa tau nanti kamu sekelas sama Gilang!"

Keyra berpikir sebentar kemudian ia mengangguk tanda setuju.

"Good! Sekarang kita lanjutin yang lainnya. Ga, bantuin ya"

Another Life [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang