CH 12 : The End

39 5 0
                                    

"You will never be able to beat me if you still think of yourself as my little brother."

-

Rin terpaku pada satu arah, matanya tidak berkedip sekalipun hembusan angin terasa menyayat kulit. Alunan pernyataan yang tidak pernah ia bayangkan keluar dari Sae adalah satu pertanda. Dan dirinya menyesal, tidak sekalipun ia ingin akhir yang seperti ini ada di antara mereka.

"kakak-"

Suara tubuh yang menabrak tanah terdengar memekak di telinga. Darah yang menggenang di hadapannya saat ini adalah milik saudara kandungnya. Tubuh yang terkoyak bermandikan darah itu adalah saudara kandungnya. Siapa yang hidupnya telah berakhir adalah kakak yang selama ini ada di sisinya.

Riuh ramai orang – orang disekitar yang panik sama sekali tidak mempengaruhi. Saat ini yang ada dalam pikirannya hanyalah apa yang sedang terjadi di sini?

Kenapa semuanya berakhir seperti ini?

Kematian yang begitu tragis di hadapannya sudah cukup untuk merobek perasaan. Dalam emosi yang campur aduk Rin sama sekali tidak bisa menerima apa yang sebenarnya telah terjadi. Bahkan ketika tubuhnya berusaha dijauhkan dari mayat sang kakak, ia tidak ingin bergerak dari sana.

Memberontak dan menepis semua tangan yang menghadang, Rin berusaha meraih kakaknya. Ia ingin menyentuh Sae, ia ingin memastikan bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk yang akan hilang di esok hari.

Rin tidak ingin kehilangan Sae, apapun alasannya. Rin tidak pernah membayangkan masa depan tanpa kakaknya ada disana. Meskipun kebenciannya besar karena rasa iri luar biasa, ia tidak pernah berfikir untuk kehilangan Sae di Tengah perjuangannya ini.

Mereka belum membangun kehidupan yang mereka inginkan, lalu mengapa Tuhan membiarkan Sae untuk pergi begitu saja?

Satu – satunya suara yang mendominasi disana hanyalah teriakan parau Rin yang mempertanyakan bagaimana kakaknya yang begitu sempurna, kakaknya yang begitu hebat, bisa terbaring di tanah setelah menjatuhkan diri dari atas sana.

Ia bertanya, kehidupan seperti apa yang diharapkan Sae pada Rin setelah semua ini terjadi?

Meskipun Sae tidak lagi bisa menjawabnya, meskipun Sae tidak lagi bisa memarahinya, meski Sae tidak akan pernah lagi memberinya tatapan lembut seorang kakak. Rin tidak pernah berhenti untuk bertanya.

Mengapa Sae memilih untuk mengakhiri semuanya seperti ini?

Membayangkan hari esok tanpa sang kakak adalah satu hal yang tidak pernah Rin inginkan. Satu hal yang tidak ingin ia rasakan. Dan pada akhirnya hari itu datang.

Hari Dimana nama Itoshi Sae perlahan akan pudar dan hanya akan meninggalkan kenangan. Hari Dimana nama Itoshi Rin akan menjadi satu – satunya di dunia ini.

Ini adalah akhir dari awal, prolog kehidupan yang Sae persembahkan untuk sang adik tercinta. Adik yang selalu menjadi alasannya untuk terus mendapatkan posisi pertama. Adik yang selalu dan selalu akan disayanginya selamanya.

-

"Rin, bagaimana hari ini? Apakah ada kesulitan di pembelajaran hari ini ?"

Suara lembut itu menyapa ketika ruangan bernuansa putih itu terbuka. Bau familiar yang semerbak tercium, membawa air mata Kembali menggenang di ujung mata sang bungsu. Hari – hari begitu menyedihkan ketika ia harus segera menerima kenyataan bahwa kakaknya tidak lagi ada di sampingnya.

Dan ketika Rin tersadar, bahwa dewasa membawanya menjauhi sang kakak yang dulu sangat dikaguminya. Ia tertawa pelan. Inikah buah yang ia petik dari segala perbuatannya?

Only You Can Beat Me [Brotherhood]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang