Part 6

44 3 0
                                    

Perdebatan hebat terjadi di dalam keluarga mereka. Dimas, Reni dan juga Aldo memperdebatkan soal pernikahan Zilia dan Agil, pasalnya mereka semua tidak mau bahkan tidak sudi untuk menikahkan Zilia, tapi di lihat situasi saat ini, mereka harus memikirkan solusinya.

Solusi yang harus di putuskan secepat mungkin, karna kalau di tunda terlalu lama akan semakin berdampak buruk, perut Zilia akan semakin terlihat, dan itu akan menimbulkan pemikiran negatif dari orang lain.

Setelah kedatangan Agil waktu itu, selama beberapa hari setelahnya, keluarga mereka sibuk memikirkan solusi yang terbaik, walau mereka tidak sudi mengakui apa yang di katakan oleh Agil waktu itu, tapi mereka mau tidak mau harus mengakui kalau perkataan itu benar.

Ini sudah seminggu lebih, dan mereka pada akhirnya memutuskan untuk menyetujui pernikahan Zilia dan Agil, itu pun melalui persetujuan Zilia sendiri, walau masih terguncang  tapi Zilia sudah dewasa, pemahaman akan situasinya sendiri membuatnya mau tidak mau harus setuju.

Zilia tidak banyak bicara, hanya mengangguk sebagai tanda persetujuan atas pernikahan itu, namun tentu saja keluarganya tidak mau rugi sama sekali, dengan berbagai persyaratan dan permintaan yang di ajukan, Agil terpaksa menerima walau kondisinya serba kekurangan.

Pihak keluarga Zilia meminta semua biaya di tanggung oleh Agil sendiri, walau tertutup tapi semuanya itu juga perlu biaya, Agil terpaksa mencari pinjaman guna membiayai pernikahannya itu, Agil tidak bisa menolak semua permintaan itu karna dirinya memang harus bertanggung jawab atas Zilia.

Pernikahan mereka di laksanakan di akhir bulan dan hanya di hadiri beberapa orang saja, dari pihak Zilia hanya kedua orang tuanya dan Aldo, sementara Agil yang seorang yatim piatu meminta tokoh di dekat rumahnya untuk menjadi saksi, itu adalah ketua rt setempat bernama Agus yang sangat baik kepada Agil.

Hanya beberapa orang saja, dan seorang penghulu yang akan menikahkan mereka berdua, acara itu sangat tertutup bahkan bisa di bilang tanpa sepengetahuan orang luar termasuk tetangga dekat rumah.

"Bagaimana? Apa bisa kita mulai?" tanya sang penghulu sambil mengedarkan kedua matanya.

Sebuah meja ada di tengah-tengah mereka, sang penghulu menatap ke arah kedua orang di hadapannya, itu Zilia yang memakai kebaya putih dan Agil yang mengenakan stelan jas hitamnya, di sekitar mereka adalah orang yang di sebutkan tadi, dan dua orang saksi termasuk dari pihak Agil.

Tentu salah satu saksi itu di bawa oleh penghulu tersebut, itu atas permintaan Dimas, ayah Zilia yang tidak ingin orang di sekitar mereka tau, jadi Dimas meminta sang penghulu untuk membawa seseorang sebagai saksi lagi.

"Apa bisa kita mulai?" tanya sang penghulu lagi.

"Bisa." Akhirnya ada jawaban juga.

"Baiklah kalau begitu, saya akan memulai pernikahan antara sodara Agil munawar dengan sodari Zilia arnesta..." bla bla bla.

Sang penghulu memulai dengan kata-kata pembuka dan di lanjutkan dengan beberapa nasihat untuk Agil dan juga Zilia, sang penghulu berbicara panjang lebar mengenai pernikahan, beliau juga menjelaskan apa-apa saja termasuk hukum yang mengatur pernikahan.

Dan setelah berbicara panjang lebar, akhirnya acara utama di laksanakan, sang penghulu menjabat tangan Agil dan memulai dengan ijab.

"Saya terima nikahnya, Zilia arnesta binti Dimas saputra dengan mas kawin tersebut, di bayar tunai." Itu jawaban yang di ucapkan Agil dengan sangat lancar.

"SAH."

Dengan sangat enggan, keluarga dari Zilia mengucap satu kalimat itu, mereka juga tidak mengeluarkan suara, hanya suara pelan seperti gumaman, namun itu juga sudah cukup, Zilia dan Agil kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri.

Tidak ada kebahagiaan sama sekali, hanya ada secuil senyuman, senyuman sinis yang di layangkan ke arah Agil, itu adalah sebuah kesalahan dalam keluarga mereka, pernikahan itu adalah sebuah kesalahan besar.

Agil tau semua itu, namun dirinya mencoba mengacuhkan, yang jelas dirinya sudah bertanggung jawab atas perbuatannya, namun meski begitu, Agil juga tidak akan tinggal diam, dirinya akan mencoba untuk mendapatkan hati keluarga Zilia, walau itu sangat mustahil.

Sang penghulu membereskan berkas-berkas pernikahan Agil dan Zilia, setelah memberikan buku nikah kepada mereka, sang penghulu bergegas pamit undur diri, sang penghulu ada urusan lain jadi tidak bisa berlama-lama lagi disini, justru itulah yang di inginkan oleh keluarga Zilia, sang penghulu cepat-cepat pergi dari rumah mereka.

Tidak lama berselang, Agus datang menghampiri Agil yang sendirian karna di tinggal mempelai perempuan yang memilih kembali ke pangkuan ibunya.

"Nak, Agil! Bapak pamit undur diri dulu, ada keperluan lain," ucap Agus tiba-tiba kepada Agil.

Agil mengangguk paham. "Iya pak. Terima kasih sudah menjadi wali untuk saya!"

"Sama-sama. Saya tidak tau apa yang terjadi di antara kalian, tapi semoga pernikahan kalian langgeng."

"Amin."

"Ya sudah. Kalau begitu saya permisi dulu! Mari nak Agil!"

"Iya. Hati-hati pak!"

Setelah kepergian sang penghulu, lalu selanjutnya giliran Agus, ketua rt dari tempat dimana Agil tinggal, beliau pamit lalu meninggalkan Agil sendirian bersama satu keluarga yang tidak ramah.

Agus menyadari hal itu dari raut wajah serta mimik wajah mereka, mereka tidak ramah kepada Agil, bisa di bilang mereka cukup membenci dengan keberadaan Agil, Agus tidak tau apa yang terjadi tapi itu harus di selesaikan oleh mereka.

Rumah sudah mulai sepi, raut wajah semuanya kembali seperti semula, Dimas dan Aldo tidak menunggu lebih lama lagi, keduanya langsung menghampiri Agil.

"Keluar kamu dari rumah saya! Saya tidak sudi punya menantu seperti kamu. Cepat keluar!" teriak Dimas sang tuan rumah yang langsung menggelegar.

Agil yang baru saja menikah itu menatap heran ke arah sang mertua dengan kedua alis saling bertautan, menghela napas sambil sedikit menyunggingkan ujung bibirnya.

"Baru juga nikah, kenapa langsung di usir?" tanya Agil penasaran.

"Heh Gil! Lo pura-pura bego apa bego beneran? Lo gak tau diri, udah bagus kita idzinin lo tanggung jawab. Nih ya, kalau kita mau, lo udah membusuk di penjara karna kejahatan lo itu," semprot Aldo.

"Saya tau saya salah, tapi ya engga gitu juga dong. Setidaknya idzinkan saya bermalam disini hari ini agar tidak ada omongan buruk nantinya."

"Tidak. Justru dengan adanya kamu disini, akan menimbulkan omongan buruk dari para tetangga, lagian rumah saya tertutup untuk kamu sampai kapanpun, saya menikahkan anak saya dengan kamu karna terpaksa, kalau saja anak saya tidak mengandung anak kamu, sudah saya sered kamu ke kantor polisi karna perbuatan kamu itu."

"Huh! Memangnya om punya pilihan lain selain menikahkan kami!"

"Justru karna saya tidak punya pilihan lain makanya saya terpaksa menikahkan anak saya dengan bajingan seperti kamu, saya sangat tidak sudi dengan kenyataan itu."

"Saya tau saya salah om, maafin saya! Saya memang brengsek, tapi saya bertanggung jawab atas perbuatan saya itu, saya tidak lari, saya berjanji akan bertanggung jawab atas diri kak Zilia."

"Baiklah. Kalau benar kamu bertanggung jawab, maka segera angkat kaki dari rumah saya, cukup status kamu saja sebagai suami anak saya, kamu tidak di perlukan di rumah ini, kamu hanya akan menjadi aib bagi keluarga kami."

Agil di sered keluar dari dalam rumah.

* * *

...TO BE CONTINUE...

WITHOUT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang