"Huueeekkkk... Huueeekkkk..."
"Zilia!"
Deg!
Jantung Zilia serasa mau copot kala mendengar suara itu, suara yang sangat familiar di telinganya, lekas Zilia mendongak dan langsung melihat sosok Agil disana, sosok yang sangat ia benci saat ini.
Zilia terdiam, mematung sambil memelototi sosok Agil yang berdiri sambil melihat ke arahnya, amarah penuh kebencian langsung terpancar dari kedua mata Zilia.
Ya, pemuda itu adalah penyebab dari serangkaian nasib buruk yang menimpanya selama ini, ingin sekali Zilia melampiaskan amarahnya saat ini, namun ia masih tertahan, ada rasa takut yang masih melekat di benaknya, itu sebuah trauma.
"Zilia! Kamu kenapa?" tanya Agil yang merasa hawatir.
Zilia menggigit bibir bawahnya, sedikit menahan amarah serta rasa traumanya, pertanyaan dari Agil itu tidak di hiraukan, selain karna memang enggan membalas, perut Zilia juga sedang tidak baik-baik saja.
"Huueeekkkk... Huueeekkkk..."
Lagi-lagi Zilia muntah dari balik jendela, hanya cairan bening yang terus menerus ia keluarkan, mungkin ini efek dari kehamilannya yang masih di trimester pertama, itu sangat membuatnya tidak nyaman.
"Kamu sakit?" tanya Agil lagi. "Sebentar, aku ambil minum buat kamu, Zi."
Agil pun berlalu pergi.
Sialan. Zilia semakin merasa kesal saat ini, Agil tidak ada sopan santun sama sekali padanya, mentang-mentang status mereka sudah berbeda, Agil sudah merasa lebih hebat, itu yang di pikirkan oleh Zilia.
Tidak lama, Agil balik lagi sambil membawa satu botol air minum di tangan, setelah itu, lekas mengulurkan tangan, memberi botol tersebut kepada Zilia.
"Nih! Kamu m---"
"Woy!"
Sebuah teriakan langsung memotong perkataan Agil, itu Adila dan Meta, teman Zilia yang baru saja keluar seusai membeli beberapa barang, mereka langsung salah paham saat melihat kebaikan yang ingin Agil lakukan kepada Zilia.
Baru juga ingin memberi kesan baik di depan sang istri, sudah ada gangguan yang datang, Agil tidak tau siapa mereka, namun dirinya sudah bisa menebak kalau mereka itu adalah teman-teman Zilia, apa lagi saat mereka berjalan ke arah mobil tempat dimana Zilia berada, Agil sangat yakin.
"Ngapain lo di dekat mobil gue? Lo mau nyuri?" semprot Adila kesal.
"Wah, gak bener lo ya!" sambung Meta ikut kesal.
Agil langsung gelagapan. "E-eh! S-saya bukan pencuri kok. S-saya cuma bantu---"
"Halah, ngeles aja lo bisanya. Mana ada maling yang ngaku, kalau ada penjara penuh," serobot Meta.
"Saya beneran sumpah, saya bukan pencuri."
"Cih. Kalau bukan maling, apa lagi coba? Dari tampang lo aja udah jelas kalau lo maling."
"Saya gak serendah itu. Walau tampang saya begini, saya paling anti mencuri barang orang lain."
"Bisa aja lo ngelesnya."
"Berani sumpah. Kalau gak percaya, lihat aja CCTV disana."
"Cih. Awas aja lo kalau ketahuan lo maling, gue jeblosin lo ke penjara ampe mampus."
"Saya gak takut, silahkan kalau saya memang terbukti mencuri barang kalian. Niat saya baik kok, cuma mau ngasih minum sama Zilia, dia muntah-muntah dari tadi."
Sontak perdebatan di antara mereka terhenti tatkala mendengar itu, lalu Adila dan Meta beralih menatap ke arah Zilia yang masih dalam posisi seperti tadi, menyembulkan kepalanya, dan sisa muntahan yang masih ada disana, jelas terlihat.
Adila dan Meta sontak di buat terdiam, tidak berkutik lagi, tuduhan mereka ternyata salah, namun karna gengsi, mereka berdua akhirnya mengacuhkan Agil dan beralih ke arah Zilia.
"Eh, Zi! Lo kenapa?" tanya Adila hawatir.
"Lo sakit? Kita ke rumah sakit aja ya, Zi!" sambung Meta.
Zilia menggeleng pelan. "Gue gak apa-apa, gue cuma masuk angin doang."
"Serius lo? Kita hawatir nih! Kita le rumah sakit aja ok!"
"Gak usah. Anterin aja gue balik, gue mau istirahat."
Kekukuhan Zilia akhirnya membuat Adila dan Meta menyerah, tidak memaksa lebih keras lagi, mereka langsung masuk ke dalam mobil dengan posisi Meta yang di belakang menemani Zilia.
Tanpa merasa berdosa sedikitpun, Adila langsung mengeluarkan mobil dari dalam parkiran, walau di bantu oleh Agil keluar, tapi Adila langsung tancap gas dan meninggalkan Agil tanpa memberi uang parkir sama sekali.
Adila sempat menengok sosok Agil dari balik sepionnya, melihat Agil disana geleng-geleng kepala, walau Adila merasa tidak enak hati sudah menuduh Agil yang tidak-tidak, tapi gengsinya lebih besar, jadi Adila menganggap kalau kejadian tadi, sama sekali tidak ada.
Di jok belakang, Meta menemani Zilia yang masih sedikit lemah, Meta memberi minum sambil memijit-mijit punggung Zilia, hal itu di lakukan cukup lama, Adila juga sesekali menengok lewat kaca spion di dalam mobil.
"Lo kenapa sih, Zi? Lo sakit?" tanya Adila dari balik kemudi.
"Gue gak tau. Mungkin masuk angin doang, semalem gue belajar ampe larut," balas Zilia memberi alibi.
"Yakin lo? Perasaan tadi gak kenapa-napa deh, kenapa mendadak gitu?" tanya Adila lagi.
"Nah bener tuh. Kenapa mendadak gitu? Kayak yang lagi bunting aja," sambung Meta.
"Uhuk-uhuk."
Tentu saja Zilia langsung tersedak sendiri, alasan yang di berikannya tidak cukup meyakinkan, makanya mereka sangat curiga. Sial, Zilia terkena damagge yang sangat telak, perkataan Meta tadi sangat menusuk, Zilia harus mencari alasan lagi.
"Haha... Sialan lo Met! Lo pikir gue cewek apaan? Buntang-bunting, lo pikir gue kucing, heh!" Zilia menguat-nguatkan dirinya untuk mengomel agar tidak di curigai.
"Ah elah! Berisik Zi! Kuping gue sakit nih denger suara lo," dumel Meta.
"Rasain. Sukur-sukur gendang telinga lo pecah sekalian."
"Sialan lo Zi. Gue sumpahin lo bunting beneran."
"Lo aja sono yang bunting. Gosah ngajak-ngajak gue."
"Idih, amit-amit."
"Hahahaha..."
Pada akhirnya mereka tertawa bersama-sama setelah perdebatan singkat barusan, Adila yang sedang menyetir geleng-geleng kepala, kedua sahabatnya itu memang kocak, suka berantem sendiri dan tertawa sendiri, Adila cukup bahagia mempunyai sahabat seperti mereka berdua.
Namun, Adila masih kepikiran dengan sosok Agil, walau sekilas tapi Adila mendengar Agil menyebut nama Zilia dengan entengnya, banyak pertanyaan mengenai hubungan di antara mereka berdua, dan mungkin inilah saat yang tepat untuk bertanya tentang sosok Agil.
"Eh, Zi! By the way, lo kenal sama tukang parkir yang tadi? Gue denger, dia manggil nama lo enteng gitu!" tanya Adila melirik dari kaca spion.
"Engga. Gue gak kenal sama dia," jawab Zilia enteng.
"Masa sih? Kok dia manggil nama lo gitu aja, kayak yang udah kenal gitu!"
"Ya gak tau. Mungkin dia temen adik gue kali yang sempat main ke rumah."
"Lah! Katanya lo gak kenal?"
"Emang gue gak kenal elah. Lo berdua tau sendiri kalau gue cakep parah, ya mungkin tuh orang caper kali sama gue, haha."
"Ck. Mulai kumat deh sifat narsisnya."
"Gak narsis, gak asik bro."
"Dasar gila."
"Haha..."
* * *
...TO BE CONTINUE...
KAMU SEDANG MEMBACA
WITHOUT LOVE
Teen Fiction(HIATUS DULU) Agil hanya seorang pemuda biasa, pemuda yang berasal dari keluarga miskin, sejak meninggalnya kedua orang tua, Agil hidup sebatang kara dan harus mencukupi dirinya sendiri. Beranjak dewasa Agil merasakan cinta dan mulai berpacaran, tap...