Part 9

104 3 0
                                    

Diki menghampiri Agil yang masih berdiri di tengah parkiran, sambil menatap ke arah sebuah mobil yang sudah berlalu pergi sedari tadi, Diki mengamati raut wajah Agil yang seakan seperti sedih, sedih karna di tinggal seorang kekasih.

Diki memang penasaran, karna melihat Agil menyapa bahkan memperlakukan seorang gadis seistimewa itu, seakan-akan itu adalah kekasihnya sendiri, walau ya Diki juga tidak mau terlalu ikut campur urusan pribadi orang lain.

Namun sangat di sayangkan juga, kejadian setelah itu justru membuat suasana di sekitar sini menjadi heboh, pasalnya Agil yang seorang tukang parkir di tuduh sebagai pencuri, itu juga yang akhirnya membuat Diki tergerak untuk menghampiri Agil.

Diki langsung menepuk pundak Agil dan membuatnya terkejut seketika.

"Lo kenal sama cewek tadi?" tanya Diki penasaran.

"Iya bang," jawab Agil singkat.

"Pacar lo ya?"

"Eh! B-bukan bang bukan."

"Yakin? Tapi gue lihat, lo kayak yang suka sama tug cewek. Atau dedeman lo ya?"

"E-engga bang engga. D-dia cuma kakak teman gue bang."

"Jadi lo demen sama kakak nya temen lo gitu?"

"Eh! E-engga bang, gu-gue gak demen kok sumpah."

"Hmm. Gitu ya?"

"I-iya."

"Kalau gitu gue balik sana dulu, lo jangan ngelamun aja dimari."

"Iya bang."

Agil memang tidak salah menjawab pertanyaan Diki, Agil memang tidak menyukai atau mencintai Zilia saat ini, dirinya hanya merasa bertanggung jawab atas semua yang ada pada diri Zilia, dari mulai Zilia sendiri sampai janin yang ada dalam kandungannya, sebab itu adalah darah dagingnya sendiri.

Maka dari itu, saat dirinya melihat Zilia tadi, Agil merasa harus mendekatinya, apa lagi saat melihat Zilia muntah, jiwanya langsung meronta, Agil merasa itu karna janin dalam kandungannya, maka dari itu Zilia mual dan muntah.

Agil juga merasa kalau pertemuan itu bukan hanya sekedar pertemuan biasa, mungkin itu adalah takdir mereka, untuk pertama kalinya mereka bertemu setelah pernikahan waktu itu, sayangnya pertemuan mereka itu terkesan sangat buruk, karna kedua teman Zilia justru menuduhnya sebagai pencuri.

Namun bukan Agil namanya kalau itu saja sudah membuatnya jatuh, setelah ini Agil tentu akan terus mengejar Zilia, apa lagi dirinya sudah tau kalau Zilia sudah keluar rumah dan beraktivitas seperti biasa, itu adalah kesempatan bagus baginya.

Tiiinnnn!

Suara kelakson mobil yang sangat panjang membuat Agil tersentak, pasalnya dirinya masih melamun di tempat tadi dan belum beranjak sedikitpun, kejadian itu sampai-sampai membuat orang di dalam mobil tadi keluar karna kesal.

"Woy! Sialan lo kang parkir," teriak orang itu murka.

Agil langsung menoleh dengan rasa bersalah. "Ah, maaf-maaf! Saya yang sa---"

"Lah! Elo rupanya. Jadi kang parkir lo?"

Agil mengetahui suara siapa itu, saat Agil mendongak dan melihat, ternyata orang itu adalah dalang di balik semua kemalangannya saat ini, itu adalah Doni yang sekarang jadi pacar dari mantannya, Regina.

Tentu ada rasa amarah di dalam hatinya, apa lagi saat melihat Doni di depan matanya, ingin rasanya menonjok wajah pemuda itu saat ini, namun Agil masih bisa bersabar, karna dirinya tidak mau menambah masalah yang akan merugikannya.

"Haha... Apa kabar lo bro? Dah lama jadi kang parkir disini?" tanyanya sok kenal.

"Cih. Bukan urusan lo sialan," balas Agil ngegas.

"Wih! Ngegas juga lo kang parkir! Dasar miskin," hina Doni.

Agil ingin sekali meninju wajah bajingan di depannya sekuat tenaga, namun belum juga niatannya terlaksana, suara pintu mobil terdengar, Agil tentu saja menoleh dan langsung mendapati sosok wanita ular penghancur hidupnya.

"Sayang! Lihat siapa yang kita temui disini," ucap Doni kepada Regina yang langsung masuk kedalam pelukannya.

Regina menatap jijik ke arah Agil. "Cih! Pantas saja hari ini rasanya sial banget, rupanya ketemu sama si pembawa sial."

"Hust! Jangan bilang seperti itu sayang! Nanti dia ngamuk."

"Biarin aja sih. Kenapa juga kamu belain dia?"

"Engga-engga. Jangan salah paham dulu sayang. Maksud aku tuh... Udah miskin, pembawa sial, pemerkosa lagi. Hahaha..."

Mendengar itu kedua bola mata Agil membulat sempuna, amarah tentu saja sudah tidak terbendung, semakin geram dan menatap nyalang ke arah Doni, kata-katanya itu sudah sangat membuat Agil meradang.

Tanpa sadar, Agil langsung menarik kerah baju Doni dan mencengkramnya kuat, itu juga membuat Regina terkejut.

"Maksud lo apa hah? Lo ngajakin ribut?" murka Agil.

"Oi oi oi! Sabar mamen! Lo kayak bocah gini mainnya!" Doni masih tenang-tenang aja.

"Bacot. Lo ngomong apa tadi hah? Lo bilang gue apa sialan?"

"Emangnya omongan gue salah? Gue bener kan! Lo itu, miskin, pembawa sial, dan juga pemerkosa anak o---"

"Bangsat!"

Bukk!

Agil langsung memukul wajah Doni telat sebelum kalimat yang ingin di ucapkan nya selesai, tentu saja Agil tidak bisa menahan amarahnya lagi, karna ulah Doni yang membuatnya seperti itu, dan sialnya lagi, dia juga tau tentang kasusnya yang sudah memperkosa anak orang.

Agil memukul wajah Doni sekali dan langsung membuat hidungnya berdarah.

"Sialan lo! Nyari mati hah!" Doni langsung mengusap darah di hidungnya.

"Cuih!"

Keributan terjadi di antara mereka dan membuat suasana di parkiran menjadi tegang, banyak orang yang langsung memperkatikan mereka berdua, namun belum ada yang berani melerai karna takut, bahkan Regina pun hanya bisa menjerit ketakutan.

"Woy, berhenti! Apa-apaan ini?"

Diki langsung datang dan menghentikan perkelahian mereka berdua, Diki yang memang punya badan lebih besar langsung melerai Agil dan Doni, itu juga di bantu beberapa pedagang sekitar yang baru berani melerai saat Diki bertindak.

Agil dan Doni, masing-masing dari mereka di tahan oleh seorang pedagang, dan Diki berada di antara mereka berdua, menatap heran le arah Agil dan juga Doni.

"Kenapa kalian berantem? Ada apa ini?" tanya Diki penasaran, lalu menoleh ke arah Agil. "Ada apa Gil? Kenapa lo berantem sama dia?"

"Engga apa-apa bang. Dia cuma ngehina saya," jawab Agil.

"Haha... Ngehina apaan? Itu emang faktanya. Lo emang miskin, pembawa sial, sekaligus kriminal, lo udah merkosa anak o---"

"Bangsat lo!"

Keributan terjadi lagi, Agil benar-benar di buat meradang oleh Doni, beberapa kali Agil dan Doni saling memukul satu sama lain dan harus di lerai oleh yang lain, keributan itu sudah sangat mengganggu aktivitas pengunjung yang datang kesana.

"Cukup Gil! Malu noh di lihat orang banyak," kata Diki menenangkan Agil, setelah itu menoleh ke arah Doni.
"Lo lagi, mending lo pergi deh dari sini, lo ganggu pengunjung lain."

"Cih! Lepasin gue," bentak Doni, dan kedua tangannya akhirnya di lepaskan.

"Ayo sayang! Kita pergi dari sini," kata Doni kepada Regina.

Keduanya langsung beranjak dan masuk ke dalam mobil, Regina masuk lebi mh dulu sementara itu Doni belakangan, dia menatap ke arah Agil sambil mengacungkan jari tengahnya.

"Mati lo lain kali," ancam Doni, masuk ke dalam mobil dan berlalu pergi.

Situasi pun kembali seperti biasa, hari ini sungguh menjengkelkan bagi Agil, dan Diki pun paham, maka dari itu, Diki langsung menyuruh Agil pulang lebih cepat dari biasanya, takut kalau orang tadi balik sambil membawa orang-orangnya.

* * *

...TO BE CONTINUE...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WITHOUT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang