• 07

50 3 1
                                    

    Hujan turun ditengah-tengah kota, perempuan dengan jaket kulit hitam melapisi tubuhnya itu hanya bisa memandang nanar pada jalanan. Ana, yang berteduh di halte hanya bisa menghela nafas. HP miliknya mati total karna kehabisan baterai, sementara itu dia harus segera menjemput sang adik.

"Nasib, kalo gak punya mobil gini deh," Keluh Ana,

Sebuah mobil hitam berhenti di depan halte, Ana sudah bisa menebak itu mobil Edgar, mantan pacar. "Ck, kenapa harus dia sih? Kenapa gak, Kak Raga aja coba?" Dumel Ana dengan pelan.

Benar saja, sosok Edgar keluar dari mobil mengenakan payung. "Rel, ayok balik, hujan makin deras. Kamu mau jemput Arya, kan?" Ucap Edgar,

"Iya, tapi gak perlu, Gar. Aku, tunggu Dika selesai rapat aja, kamu balik aja duluan." Tolak Ana, masih menatap sinis pada Edgar.

"Dika masih lama di dalam, kamu yakin?" Tanya Edgar,

"Yakin, seratus persen yakin. kamu pulang gih," Jawab Ana dengan malas, lantas Edgar mengeluarkan HP miliknya dari kantong celana. "Kamu pake buat nunggu Dika, ntar aku jemput Arya, oke?" Ujarnya dan menaruh handphone itu di dekat Ana.

"Terus, kamu pake apa?" Tanya Ana,

"Ipad, aku juga mau fokus kerjain laporan," Jawab Edgar, Ana pun menyalakan ponsel tersebut terlihat wallpaper nya masih sama. Itu foto Ana dengan Edgar sewaktu masih SMA, bahkan password HP-nya pun masih sama, tanggal jadian mereka.

"Aku pergi, nanti kalo Dika masih lama? Telpon aja nomorku yang kedua, nanti aku jemput." Setelah mengatakan itu, Edgar kemudian berjalan masuk ke dalam mobil.

Ana pun kembali menekuk kakinya dan membuka galeri, ternyata isinya pun masih sama. Selain foto Ana, terdapat foto Edgar dengan teman-temannya. Ana pun melihat salah satu foto, dimana Raga merangkul pinggang perempuan yang disebelah nya.

"Ini mantannya? Mirip gue banget?" Ucap Ana, dan memperbesar foto itu. Yang membedakan mereka, hanya model rambut dan warna bola mata.

Selebihnya, screenshot-an game, Ana hafal betul kalau Edgar sesuka itu sama game. Tak lama, Ana menoleh begitu mendengar suara motor yang mau melewati halte. Itu Raga, bahkan rela melewati hujan untuk balik pulang.

"Gila itu orang, hujan gini malah terobos aja," dumel Ana,

"ANA!!!" Panggil Dika, kemudian datang menghampiri Ana. "Dik, Kak Raga kenapa main terobos aja?" Tanya Ana, sementara Dika membantu Ana memakai jas hujan.

"Ya suka-suka dia lah, kenapa lo yang pusing?"

"Bukan gitu, tapi dia gampang sakit, gue gak mau dia sakit." Jawab Ana,

"Jadi, pulang gak nih?" Tanya Dika, Ana masih diam di tempat. "Gue pergi dulu, lo bisa jemput Arya gak?" Tanya Ana, padahal Edgar sudah pasti menjemput Arya.

"Lo mau kemana?" Tanya Dika, namun tidak digubris Ana yang sudah menaiki motornya dengan cepat.

Raga yang baru sampai rumah, langsung saja menghangatkan tubuhnya yang mengigil. Raga paling tidak bisa bermain hujan, karna akan pilek dan demam. Sejak kecil, Raga cuman bisa melihat anak-anak seumurannya bermain bola di tengah hujan sementara dia hanya diam di dalam kamar.

"Kak?"

Raga bisa mengenal suara itu, dia menoleh dan mendapati Ana yang baru datang dengan rambut basah. "Lo, ngapain?" Tanya Raga dengan bibir bergetar.

"Diem, gue tetap harus kerja disini sesuai amanah dari Om Jaya." Ana pun berjalan ke dapur, dan menaruh tas nya di kursi. Dirinya bergegas memakai apron dan menjepit rambutnya.

Ana mengeluarkan semua bahan-bahan yang dibutuhkan, "Lo, mau masak apa?" Tanya Raga yang kini duduk di kursi, masih dengan rambut basahnya juga.

"Sup ayam," Jawab Ana, Raga merasa tidak asing begitu melihat sebuah HP di atas kursi dekat tas Ana, lalu dia mengambil dan menyalakan nya. Terlihat, lockscreen foto Ana dengan Edgar yang memakai baju SMA tengah menatap satu sama lain.

RAGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang