• 05

58 1 0
                                    

           Ketika kamu menghadapi tantangan dunia, apa yang kamu lakukan selain mengeluh? Bukankah, hanya mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Menghadapinya dengan cara mengeluh, itu bukan cara yang tepat.

Sebagai manusia yang biasa, kita memang sering mengeluh akan tiap masalah yang ada. Tapi perlu kamu ingat, kamu dilahirkan di dunia ini berarti Tuhan percaya sama kamu, Tuhan pun yakin kamu bisa melalui semua tantangan yang ada. Sekalipun, nyawa mu yang menjadi taruhannya.

Cukup yakinkan dirimu kalau kamu bisa melewati rintangan hidup ini.

•••

Tengah malam tepat jam 1, Ana terbangun dari tidurnya karna mendengar rintihan Sang Ayah dari sebelah kamar. Buru-buru Ana keluar dan membuka pintu kamar, melihat Sang Ayah yang berkeringat bahkan wajah nya sangat pucat.

"Nak, ayok siap-siap kita ke rumah sakit. Ayah, makin parah, Nak." Ucap Shafa yang memasukkan beberapa pakaian ke dalam tas, untuk dibawa ke rumah sakit.

"Bu, kita kesana naik apa?? Taksi jam segini nggak ada, pasti!" Ucap Ana dengan panik lalu mencari pesanan taksi malam-malam gini. Dan tidak ada sama sekali, Ana pun bergegas keluar rumah untuk meminta bantuan Dika.

"Dikaa!!!" Panggil Ana dengan menggedor-gedor jendela kamar Dika, untungnya jendela kamar Dika tepat di halaman depan jadi Ana enak memanggil nya.

Dika membuka jendela kamar nya dengan mata yang mengantuk, "Kenapa, Na? Lo, kurang kerjaan banget bangunin gue jam segini??" Dumel Dika yang masih ngantuk berat.

"Dik, bisa anter Ayah gue ke rumah sakit?? Plis, sakit nya makin parah..." Ucap Ana dengan suara bergetar, ia mencoba untuk tidak menangis saat itu. Dika yang tadi mengantuk, langsung kaget "Astaga! Gue pake jaket dulu, lo jangan nangis." Jawab nya lalu dengan gerakan cepat Dika mengambil jaket dan kunci mobil.

Setelah mobil siap, mereka bergegas ke Rumah Sakit. Ana terus berdoa selama perjalanan, begitu sampai dengan cepat para perawat mengambil alih.

"Dika, Ibu minta tolong yaa bilang ke mamah mu titip bentar Arya." Ucap Shafa yang mengingat Putra nya itu di rumah, "Iya Bu, gak usah sungkan sama Dika." Jawab Dika, sejak kecil Dika terbiasa memanggil Shafa dengan panggilan Ibu.

"Sebenarnya Om Karan, sakit apa?" Tanya Dika, belum sempat menjawab, Dokter keluar dari ruang tempat Karan dirawat.

"Maaf, apa bisa, saya bicara dengan keluarga pasien?" Tanya Dokter,

"Bisa Dok, silahkan." Dika mempersilahkan Shafa dan Ana untuk mengikuti Dokter tersebut, Ibu dan Anak itu masuk ke dalam ruang kerja Dokter perempuan itu.

"Mohon maaf, sebelumnya, apa Pak Karan rajin cek gula darah dan tekanan darah nya? Pak Karan sering merokok?" Tanya Dokter,

Ana dan Shafa saling melempar tatapan satu sama lain, "Maaf Dok, Ayah saya memang jarang cek gula darah dan tekanan darahnya. Beliau memang perokok, tapi belakangan ini beliau lagi menghindari rokok." Ucap Ana,

"Sudah berapa lama menghindar?" Tanya Dokter,

"Hampir seminggu, Dok..."

"Jadi gini, setelah dilihat dari gejala keringat dingin, mual, tekanan darah yang tinggi dan gula darah nya juga, Pak Karan di diagnosis terkena penyakit jantung koroner. Irama denyut jantung yang tidak stabil (aritmia), bahkan bisa menyebabkan henti jantung (sudden cardiac arrest) yang bila tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian..."

RAGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang