3

17 1 0
                                    

3. Harapan



Back on|



Pukul 6 : 15 menit. Waktu normal sarapan pagi dengan santai keluarganya. Di kepalai oleh sosok yang tengah menyesap pelan secangkir coklat panas racikan mamanya.

“Undangan buat anak-anak kantor udah papa sebar?”

Sang kepala keluarga tampak bergeming untuk sesaat. “Sakti yang urus.”

Sesaat mama memicing, sebelum pasrah menyahut. “Okaay!” Lalu melirik putranya yang sibuk dengan ponsel. “Mama jadi handle acara pembukaan kafe baru abang?”

Kenn mendongak menatap mamanya yang tersenyum cantik, dia balas melempari senyuman lembut. “Udah Kenn bilang gak usah ma.”

“Gak usah apa?” Tuntut mama ikut duduk di meja makan.

“Gak usah pake ada acara pembukaan.”

“Harus dong!” mama kembali beranjak mengintruksikan mba Ratna asistennya untuk membawakan sup.

Pria tampan itu mengangguk pasrah di sela kunyahannya. “Biar Kenn yang handle!”

Mama tersenyum kecil sebagai tanggapan, lalu raut keibuannya berubah heran tak mendapati putrinya turun. “Sheey kok belum turun yaaa.”

Tidak ada yang merespon.

Mata tegas kepala keluarga dipaksa terangkat lurus saat menegak sedikit air putih dalam gelas tinggi, bersamaan Mama mendapati, melempari ekspresi tak senang.

“Papa tuh, banyakin minum air putih! Mama selalu bilangin Sakti sediain air putih ketimbang kopi di kantor, itu di kerjain gak?”

“Hhm, jadi itu alasan kenapa Sakti berani tolak waktu Papa minta kopi.” Papa mengangguk sesaat, paham mengapa sekretarisnya itu tertalu berani menolak pada apa yang dimintanya.





Dari suara cengkrama santai mereka di meja makan, Sheey berpikir ini terlalu lama dari hari-hari biasanya. dalam keadaan pasokan oksigen yang terasa menipis gadis itu tampak memaksakan diri untuk tetap bertahan diposisinya.

Di balik dinding sekat ruang santai dan dapur, dia bersandar tenang dengan ekspresi lurus. Menguatkan diri untuk bertahan sebentar lagi, karna Sheey tidak ingin melihat mereka menghindari, selayaknya menjadi virus yang dijauhi.

15 menit...

Mendengar langkah kaki, mata sayu yang tadi terpejam itu terbuka, disusul tegakkan badan saat seseorang melewati tanpa meliriknya. Bukan karna tidak menyadari. Faktanya, keberadaan seseorang disekitar kita akan lebih terasa jika benar-benar menganggapnya ada.

“Sheey....”

Gadis itu menoleh, mendapati Mama dengan tubuh lemas menatapnya sendu. Seperti biasa, tanpa ekspresi lain selain datar Sheey mulai mengadu. “Maaf, Sheey telat bangun.”

Asal ada alasan, semua akan berjalan lancar.


****




Sheey bisa keluar rumah dengan tenang setelah mendapati dua kendaraan roda empat milik Papa dan kakaknya keluar menyisir jalan beraspal hitam di pagi hari.

Sesaat mendongak memasangkan earphone dikedua telinga. sekarang bagiannya untuk beranjak menyusuri jalanan sempit seperti gang-gang perumahan, melewati setiap rumah saat berjalan santai ditrotoar, dan sampai tepat waktu dihalte biss.

Seperti saat ini.

Sebelumnya, Sheey ingin menceritakan sosok suami mamanya itu, menceritakan mereka pada diri sendiri menjadi suatu kesenangan untuknya. Namanya Pak Raja Pangestu, orang-orang mungkin mengenalnya karna seorang pengusaha sukses. Kata mama, pak Raja ini seorang direktur perusahaan Jasa. Berkesinambung di dunia perhotelan dan restoran tampak menjadi sejarah dalam kesuksesannya.

It's Me (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang