"Jadi, saya harap di sini tidak ada lagi santriwan ataupun santriwati yang menjalin hubungan dengan yang bukan mahramnya. Baik dengan para santri di sini ataupun di luar sana. Paham?" tanya Kyai Ghufran.
"Paham Pak Kyai!" jawab mereka semua dengan serentak.
Tak lama setelah itu, tiba-tiba seorang santriwan datang menghampiri lelaki tadi yang tak sengaja menabrak Aca.
"Gus Fahsan," panggilnya yang membuat lelaki itu memalingkan tubuhnya ke belakang, tepat di mana santriwan itu berada.
"Iya kenapa?" tanya lelaki itu yang ternyata bernama Fahsan.
"Ada santriwati yang masuk area santriwan Gus. Terus juga malah manjat batang mangga, kaya lagi nyari sesuatu gitu Gus." adu santriwan itu, membuat Fahsan mengernyitkan dahinya bingung.
Perasaan selama ini dia tidak pernah mendapat kabar kalau ada santriwati yang berani memasuki area santriwan, tapi sekarang kenapa malah dia mendengarnya.
"Ada apa San?" tanya Kyai Ghufran mengalihkan perhatian Fahsan.
"Ada santriwati yang masuk ke wilayah santriwan Abi," jawab Fahsan seadanya.
"Ha? Kok bisa?" tanya Kyai Ghufran heran dan Fahsan hanya mengedikkan bahunya tidak tahu.
"Ya sudah, coba kamu chek dulu. Biar Abi aja yang nerusin kegiatan selanjutnya."
"Baik Abi." Fahsan pun langsung pergi bersama dengan santriwan itu.
Santriwan itu adalah petugas keamanan pondok yang memang dijadwalkan untuk hari ini. Makanya, dia tidak mengikuti kegiatan rutin setelah Ashar seperti yang lainnya.
"Di mana dia?" tanya Fahsan ketika sampai di tempat yang dimaksud santriwan tadi.
"Di atas Gus," tunjuk santriwan itu pada gadis yang tengah sibuk memakan buah mangga di atas batangnya.
"Em ... masam banget! Siapa sih yang nanam mangga masam banget kaya gini?" ucap Aca yang langsung melempar buah mangga bekas gigitannya itu secara asalan.
Bugh!
"Astaghfirullah!"
Buah mangga itu malah jatuh mengenai kepala Fahsan yang tepat sekali berada di bawah pohon itu.
Santriwan yang bersamanya tadi, hanya bisa meringis melihat gusnya yang dilempar dengan buah mangga yang sudah dibuka kulitnya itu dan bahkan sudah digigit.
Fahsan yang mendapatkan perlakuan Aca yang tidak terpuji itu hanya bisa memejamkan matanya seraya menahan amarahnya sendiri.
"Lakesya! Turun!" bentak Fahsan tiba-tiba. Santriwan itupun bahkan sampai terkejut mendengarnya. Habislah kalau Gus Fahsan sudah sampai membentak seperti ini, batin santriwan itu.
"Kaya ada yang nyebut nama gue? Tapi siapa?" monolog Aca yang masih sibuk duduk di batang mangga itu sambil mengedarkan pandangannya.
"Astaghfirullah, ini udah masuk waktunya Ashar. Yaa Allah, Aca kelupaan!" ucapnya di saat tak sengaja melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan jam empat lewat.
"Lakesya, saya bilang turun!" teriak Fahsan lagi, hingga membuat Aca terlonjak kaget. Hampir saja gadis itu akan terjun bebas, tapi untung saja dia sudah dulu berpegangan dengan batang pohon itu.
Dengan kesal, Aca pun mencari sumber suara itu dan malah menemukan lelaki yang sudah membuatnya sangat kesal di hari ini dan sebelumnya.
"Berani juga nyalinya. Gue kira dia bakalan takut dengan ancaman gue." ucap Aca sambil tersenyum meremehkan Fahsan yang berada di bawahnya.
Tanpa pikir panjang, Aca pun turun dari pohon itu dengan sekali lompat. Dia yakin lompatannya tidak akan pernah salah, makanya dia memilih melompat saja, daripada harus menuruni pohon yang sangat kotor menurutnya. Padahal, bajunya sudah kotor karena bertengger di atas pohon itu.
Namun, sayangnya Aca salah kali ini. Kakinya malah tersangkut pada ujung gamis yang dia kenakan dan ...
"Aw!" ucapnya yang sudah mendaratkan kaki, namun badannya malah jatuh ke dalam pelukan Fahsan, yang membuat lelaki itu beristighfar. Sedangkan santriwan yang masih ada di sana, malah membulatkan matanya.
"Sungguh berani gadis ini," pujinya di dalam hati.
"Ih, ngapain pegang-pegang sih?" ucap Aca yang tanpa dosa sama sekali. Dan lagi-lagi itu hanya bisa membuat Fahsan beristighfar berulang kali.
"Ngapain kamu masuk kawasan santriwan?" tanya Fahsan yang tak mengubrisi ucapan Aca sebelumnya.
"Suka suka gue lah. Lo kok ngatur sih?" ucap Aca tak terima ditanyai seperti itu. Bagaimana pun, Aca ini adalah menantu di sini kan? Artinya Aca bisa bebas dong di sini. Mau ke mana pun dia pergi, Aca juga punya hak dong. Kalau enggak, ngapain dia di suruh tinggal di sini?
Sekali lagi, Fahsan memejamkan matanya, seraya beristighfar di dalam hatinya. Aca benar-benar membuat Fahsan tidak habis pikir dengan kekonyolan gadis itu.
"Ikut saya sekarang juga!" ucap Fahsan dengan tegas tanpa ingin dibantah. Hal itu malah membuat Aca terkejut.
"Terima kasih sudah memberitahu dan kembali ke tugasmu!" ucapnya kepada santriwan yang masih setia berada di sana. Namun, karena mendengar ucapan Fahsan seperti itu santriwan itupun akhirnya pamit undur diri dan kembali menjalankan amanahnya.
"Lakesya kamu dengar saya?" tanya Fahsan yang hanya ditatap Aca dengan kejengkelan.
"Ayo!" ucap Fahsan yang masih tidak digubrisi Aca.
"Kamu mau saya laporkan pada abimu?" Mendengar kata Abi, Aca langsung membulatkan matanya. Apa-apaan ini, kenapa lekaki di depannya ini malah membawa-bawa kata abi?
"Saya bisa saja bilang ke abi kamu, kalau di hari pertama ka-"
"Oke-oke! Aca ikut!" ucap gadis itu cepat dengan wajah yang masih kesal dengan Fahsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Dia (End)
SpiritualKisah gadis yang bernama Lakesya. Dunia malam yang sudah menjadi hobinya harus dia tinggalkan di saat keluarganya mengetahui semua hal yang sudah dia lakukan selama ini, semenjak dirinya jauh dari keluarganya. Pernikahan yang selalu diimpikannya aga...