Pondok Pesantren

123 6 0
                                    

"Waw!!" reaksi Aca di saat melihat ke luar jendela.

"Ini pondok pesantrennya?" tanya Aca begitu antusias kepada Kevin.

"Iya," ucap Kevin yang terus memasuki kawasan pesantren itu dengan mobilnya.

"Udah kaya di kampus aja ya, megah banget!" ucap Aca semakin antusias.

"Lo mau turun gak? Atau mau mandang gedung-gedung itu terus di dalam mobil?" tanya Kevin yang membuat Aca kembali menampilkan wajah bad moodnya.

"Ikut gue!" ucap Kevin, lalu jalan di depan Aca yang hanya mengekori lelaki itu, layaknya seperti sepasang suami istri.

Melihat kehadiran Kevin dan Aca di sekitar pondok, membuat banyak mata memandang mereka. Mulai dari yang tidak suka, suka, bahkan sampai kepada pandangan yang merasa mereka berdua adalah pasangan yang serasi.

"Ooh ... itu toh istrinya gus Kevin. Ternyata benar toh, isu-isu gus Kevin itu udah nikah. Aku kira dia pakai cincin cuma buat gaya-gayaan doang. Ternyata memang benaran udah ada yang punya."

"Iya ya, geulis pisan lagi istrinya."

"Hooh, aku kok jadi insecure yo?"

"Iya, aku juga."

"Cantik dari mananya sih, jilbab dia pendek gitu. Gak cocok banget sama gus Kevin yang spek Maa Syaa Allah gitu."

"Kamu ngapain sih San, sewot banget jadi cewek. Kalau suka bilang. Lagian, mereka udah halal, kamu gak punya hak gangguin hubungan mereka. Hati-hati loh jadi setan." Gadis berjilbab lebar yang bernama Sandrina itupun menatap santriwati tadi dengan tatapan tidak sukanya.

"Kalau bisa jadi istri kedua kenapa enggak. Gue pasti bakalan singkirin tu cewek. Liat aja!" angkuhnya yang kini malah membuat para santriwati itu menatapnya jengkel.

"Terserah deh, awas aja kalau kamu sampai dikeluarkan. Kami ya wes tengok wae."

"Ih! Dasar!" maki Sandrina yang kesal dengan perkataan santriwati tadi.

"Liat aja, gue bakalan bikin kehidupan cewek itu hancur di sini. Dan gue bakalan ngelakuin cara apapun untuk bisa dapatin gus Kevin." ucapnya seraya tersenyum smirk.

...

"Assalamualaikum!" salam Kevin memasuki ndalem yang diikuti oleh Aca di belakangnya.

"Wa'alaikumussalam," jawab semua orang yang pada saat itu sudah berkumpul di ruang tamu.

"Kok lama banget Vin?" tanya wanita paruh baya yang baru saja datang dari arah dapur.

"Hehehe iya Ummy, tadi Lakesya susah buat diajak naik mobilnya. Takut mungkin bakalan Kevin culik." Lakesya yang awalnya menunduk sontak melayangkan tatapan terkejutnya kepada Kevin. Bisa-bisanya ada orang seperti Kevin ini di muka bumi, kata Aca.

"What?" spontan Aca. Sedangkan yang mendengar penuturan Kevin hanya terkekeh. Begitupun dengan wanita paruh baya itu.

Wanita paruh baya itupun langsung menghampiri Aca. Melihat kehadirannya, Aca seolah-olah tidak asing dengan wajah wanita ini.

"Kamu masih ingat Ummy?" tanya wanita itu yang tak lain adalah Fatma.

"Ummy?" ucap Aca baru mengingatnya. Sontak Aca langsung memeluk Fatma dengan begitu eratnya. Segera mungkin Fatma pun membalas pelukan hangat itu.

"Aca gak nyangka, ternyata kita bisa ketemu lagi Ummy." ungkap Aca. Setelah itupun mereka melepaskan pelukannya.

"Ayo duduk dulu Nak!" ucap lelaki paruh baya yang tengah duduk di sofa singgle.

"Ayo!" ajak Fatma yang menuntun Aca untuk duduk di sebelahnya.

"Sebelumnya mungkin kamu heran dengan siapa kami, sebelum itu perkenalkan saya pemilik pesantren ini. Dan saya juga adalah teman baik Abimu. Mungkin Abimu dulu pernah menceritakan semua tentang saya kepadamu. Kamu bisa panggil saya dengan Abi juga, sama seperti anak-anak saya memanggil saya." ucap lelaki itu dengan ramah. Dia adalah Kyai Ghufran yang tak lain adalah pemilik pondok pesantren ini.

"Saya senang kamu bisa datang ke sini. Dan saya juga senang pada akhirnya keluarga saya bertambah." ucap Ghufran sedikit terkekeh. Namun, hal itu malah membuat Aca bingung sendiri.

"Jadi Nak, sebenarnya dua minggu lalu, tepat di hari Ummymu masuk rumah sakit, kami semua menjalankan ijab kabul di sana. Kami sengaja melakukannya agar kami semua bisa membuatmu kembali lagi ke jalan yang benar. Awalnya kami tidak setuju dengan ini semua, tapi Abimu berusaha meyakinkan kami. Abimu bilang, dengan cara inilah kamu bisa kembali berubah seperti dulu. Abimu tidak yakin jika akan menghentikan pendidikanmu di sini, karena bagaimanapun pendidikanmu itu adalah cita-citamu sedari kecil. Dan hanya ada satu pilihan, kamu harus tinggal bersama kami di sini. Namun, jika hanya untuk tinggal begitu saja, rasanya tidak terlalu mungkin untuk membuatmu bisa lebih baik lagi. Abimu akhirnya memutuskan untuk menjodohkanmu dengan anak Ummy dan menikahkanmu di hari itu juga, Nak." ucap Fatma yang benar-benar membuat Aca syok. Ternyata benar, dia sudah memiliki suami sekarang. Tapi, siapa suaminya? Bagaimana mungkin seorang istri tidak mengetahui suaminya.

"Kamu gak marahkan, Nak?" tanya Ummy seraya mengusap bahu Aca dengan lembut. Sejak tadi, Aca sudah berusaha untuk menahan air matanya untuk tidak jatuh. Namun, kenapa sekarang rasanya sulit banget.

"Aca gak marah kok Ummy. Mungkin, ini juga adalah akibat dari perbuatan Aca. Dulu Abi memang selalu mengancam Aca kalau Aca berani melanggar perkataan Abi. Dan sekarang Abi membuktikan ancamannya itu kepada Aca. Aca ikhlas kok Ummy. Mungkin Allah juga udah mengatur takdir Aca kaya gini. Dan Aca yakin, inilah jalan yang terbaik buat Aca." Luruh sudah pertahanan Aca. Pada akhirnya, gadis itupun dipeluk oleh Fatma.

Fatma benar-benar senang dengan kehadiran Aca di keluarganya sekarang. Karena selama ini, Fatma memang menginginkan anak perempuan, namun ternyata takdir Tuhan lebih mengizinkannya untuk merawat ketiga anak lelaki yang sekarang sudah bisa mandiri.

Pertama, ada Fahsan, anak lelaki Fatma yang paling tua. Dia adalah anak lelaki yang begitu penyayang dan pengertian pada keluarganya. Apapun akan dia lakukan demi kebahagiaan keluarganya, terutama perihal Ummynya. Tak hanya itu, di usia 23 tahunnya ini, Fahsan sudah menjadi anak yang begitu membanggakan kedua orang tuanya. Bagaimana tidak, diusia muda seperti ini sudah banyak pencapaian yang dia raih. Mulai dari menjadi CEO di salah satu perusahaan ternama, memiliki cafe yang sudah ada di mana-mana, dan seorang ustadz yang tiap malam selalu menghadiri pengajian besar di dekat pesantrennya.

Kedua, ada Kevin. Anak kedua Fatma yang bisa dibilang lebih humoris daripada Fahsan yang sering kaku kalau berbicara. Entah kenapa, tapi Kevin memang lebih cerewet dari yang lainnya. Kalau enggak ada Kevin rasanya keluarga ndalem hampa banget kehidupannya. Kevin juga baru saja lulus kuliah beberapa hari yang lalu. Dan dia baru saja pulang subuh tadi dari Madinah. Kalau bukan karena Ummynya, Kevin juga tidak akan mau untuk menjemput Aca. Apalagi sampai kaya tadi.

Ketiga, ada Jerfan. Anak bungsu Fatma yang begitu disayangi di keluarga ini. Jerfan memang paling muda di keluarga ndalem, tapi jangan ditanya lagi jika soal pemikiran anak itu. Walaupun umurnya sekarang masih 14 tahun, tapi Jerfan sudah sering menciptakan berbagai alat-alat canggih. Bahkan, kadang dengan keisengannya, Jerfan sering menghadiahkan ummynya dengan alat canggih yang bisa membantu pekerjaan fatma di ndalem. Seperti alat pemotong sayur yang terletak di dapurnya Fatma.

Bukan Dia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang