Gadis Ajaib

108 6 0
                                    

Fahsan membawa Aca ke ruangannya. Bentar, berdua aja? Iya. Bahkan, Fahsan malah menutup pintu ruangannya itu tanpa rasa takut akan dicurigai oleh siapapun.

"Ngapain di tutup sih?" tanya Aca terlihat tidak suka.

"Kenapa?" Bukannya menjawab, Fahsan malah bertanya balik.

"Saya tidak mau ada orang lain yang tahu masalah kamu," ucap Fahsan tiba-tiba, karena tidak mendapatkan respon apapun dari gadis itu, kecuali wajah bad mood Aca yang sangat kentara.

"Ya, tapikan bisa di buka dikit! Nanti kalau ada yang masuk terus salah paham gimana?" sewot Aca. Bagaimana pun Aca sekarang statusnya adalah seorang istri. Dia tidak ingin suaminya marah karena dirinya berduaan dengan lelaki yang bukan mahramnya. Walaupun, Aca belum tau siapa suaminya, tapi tetap saja Aca tidak ingin terjadi apapun di pernikahannya, kecuali kebahagian.

Tapi, sebenarnya siapa sih suami Aca? Apakah suaminya itu tidak ingin melihat wajah cantik Aca? Atau mungkin suaminya hanya terpaksa menikahinya? Mungkin saja. Mungkin bisa saja 1 bulan kemudian Aca bakalan diceraikan. "Hah, bodohlah!" umpat Aca di dalam hati, ketika mengingat semua itu.

"Kamu mau aib kamu didengar oleh orang-orang?" Baiklah, kalau begini Aca pasrah. Tapi, kok bisa Aca pasrah gitu aja? Biasanya, mau bagaimana alasan orang itu, kalau Aca tidak suka, tetap akan menolaknya. Tapi, kenapa kali ini beda? Ntahlah, Aca sendiri juga bingung.

"Kamu mau tetap berdiri di sana?" tanya Fahsan, membuat Aca menatapnya dan langsung duduk di depan Fahsan tanpa permisi.

"Lain kali, yang sopan dikit Sya." ucap Fahsan menasehati. Namun, bukan Aca namanya kalau tidak merasa jengkel jika dinasehati oleh orang yang sudah membuatnya kesal.

"To the point aja deh, gue ngapain di bawa ke sini? Jangan lama-lama, gue belum sholat Ashar." ucap Aca merasa jengah dengan Fahsan.

"Ya sudah, kamu sholat saja dulu di sana." ucap Fahsan seraya menunjuk pojokan ruangan yang sudah diberi pembatas, membuat Aca membulatkan matanya.

"Gak ah, ngapain saya sholat di sini? Lagian, gak ada mukena juga."

"Ada, nih ambil!" Fahsan menyodorkan sebuah mukena yang dia ambil dari dalam lemari mejanya.

"Wih ... Mukena siapa nih? Istrinya ya?" tanya Aca, namun tak kunjung mengambil mukena yang diberikan oleh Fahsan.

"Iya, nih ambil!" suruh Fahsan lagi. Namun, bukannya menerima Aca malah menggeleng kuat.

"Ogah! Gue gak mau dicap pelakor! Buruan ih, ngapain gue di suruh ke sini?" ucap Aca cepat.

"Sholat dulu Sya!" titah Fahsan dengan nada lembutnya. Baru kali ini Aca mendengarnya. Tapi, bukannya terdengar bagus, malah membuat Aca bergidik ngeri.

"Mau ngomong atau gue keluar?" tawar Aca yang membuat Fahsan lagi-lagi beristighfar.

"Baiklah," pasrah Fahsan dan itu membuat Aca menyunggingkan senyumnya.

"Kamu ngapain ke kawasan santriwan?" tanya Fahsan terdengar kembali tegas.

"Gak ngapa-ngapain, cuma nyari su-" ucap Aca terpotong karena hampir saja akan keceplosan.

"Nyari su? Su apa?" tanya Fahsan heran.

"Susu Milo!" jawab Aca cepat. Namun, bukannya Fahsan mengiyakan, malah semakin membuat lelaki itu heran.

"Ngapain ke kawasan santriwan? Kamu bisa nyarinya ke kantin Lakesya."

"Teman gue yang beliin, makanya harus di jemput ke sana."

"Alasan kamu gak masuk akal Sya."

"Yaudah kalau gak percaya," jawab Lakesya dengan enteng.

"Terus ngapain manjat pohon mangga? Mana sampai ngelempar saya pakai bekas gigitan kamu lagi."

Bukannya merasa bersalah, Aca malah tertawa dengan tertahan.

"Ngapain kamu ketawa?" tanya Fahsan jutek.

"Hahaha, itumah DL, gue gak tau juga kalau lo ada di bawah. Salah sendiri, ngapain di sana." jawab Aca yang akhirnya melepaskan tawanya, apalagi di saat melihat wajah Fahsan yang merasa jengkel.

"Pertanyaan saya belum kamu jawab!"

"Yang mana?" tanya Aca heran.

"Ngapain manjat pohon mangga?"

"Ooh ... gak ada alasannya, gue emang suka makan mangga itu langsung dari pohonnya. Kebetulan banget tadi gue lapar, terus malah lihat pohon mangga, jadi ya langsung gue panjat aja."

"Kamu taukan Sya, kamu ini perempuan. Gak bagus dilihat kalau kamu kaya gitu."

"Siapa juga yang pengen dilihatin. Gue ngelakuinnya karena gue suka, bukan karena pengen dilihatin." bantah Aca. Padahal, maksud Fahsan bukan begitu.

"Udah ah, gedek gue lama-lama di sini. Lagian, kita gak mahram, gak boleh berdua-duaan terlalu lama. Nanti istri lo marah lagi. Bye!" ucap Aca langsung berdiri dari posisinya dan tidak menghiraukan panggilan Fahsan terhadap dirinya. Memang gadis ajaib.

Bukan Dia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang