Hari ini, adalah hari kedua Aca di rawat di rumah sakit ini. Dan tak lepas dari itu, Fahsan selalu setia menemaninya, bahkan di sela-sela kesibukannya, seperti saat ini.
Saat ini, Fahsan tengah sibuk dengan laptop yang ada dipangkuannya, tak lupa dengan kaca mata bulat yang menggantung di hidung mancungnya. Walaupun dalam kondisi sibuk seperti itu, ketampanan Fahsan tak menghilang sedikit pun. Maa Syaa Allah.
"Gus!" panggil Aca yang tengah mengemil buah di brankarnya dengan posisi duduk.
Fahsan masih saja sibuk mengetik dengan laptopnya. Dan itu membuat Aca mendengus sendiri melihatnya.
"Gus!" panggil Aca lagi. Namun, masih sama saja. Fahsan tak mengalihkan perhatiannya pada Aca. Membuat Aca jengkel.
"Gus Fahsan!" teriak Aca, sontak membuat Fahsan terkejut begitu saja.
"Astaghfirullah Sya, kamu kenapa?" tanya Fahsan seraya memegang dadanya yang berdegup kencang.
"Gus yang kenapa? Aca panggil gak nyaut-nyaut, kaya patung aja," ucapnya tak terima.
"Dosa loh Sya, ngatain suami sendiri kaya patung," ucap Fahsan seraya menyingkirkan laptopnya itu dan bangkit untuk menghampiri Aca yang sudah memajukan bibirnya 5 cm. Alay banget gak sih, kalau 5 cm?
"Kamu kenapa hm? Butuh sesuatu?" tanya Fahsan lembut, seraya mengusap kepala Aca yang tertutup akan jilbabnya.
"Gus nanya?" ketus Aca, membuat Fahsan malah terkekeh.
"Ih, kok ketawa sih?" tambah Aca kesal.
"Habisnya kamu lucu sih Sya. Apalagi ngambek gini, tambah lucu." jujur Fahsan yang seketika membuat pipi Aca merona merah. Mudah sekali dirinya membuat Aca blushing ternyata.
"Gus, senang banget ya ngerjain Aca?" ucap gadis itu sambil memukul dada Fahsan, membuat lelaki itu mengaduh kesakitan.
"Eh, sakit ya, Gus?" tanya Aca polos. Dan Fahsan pun menganggukkan kepalanya, dengan wajah kesakitan, tapi malah nahan ketawa.
"Ih, Gus nipu Aca!" Lagi-lagi, Fahsan tertawa dengan tingkah istri kecilnya ini. Melihat Fahsan yang tertawa, hati Aca serasa menghangat melihatnya. Terlebih, jika dilihat dari dekat seperti ini, Fahsan terlihat begitu tampan.
"Jadi, kenapa hm?" tanya Fahsan lagi, seraya menatap manik Aca yang juga menatapnya.
"Habis pulang dari sini, Aca mau ketemu Ummy dan Abi ya, Gus?" pinta Aca membuat Fahsan mengerutkan dahinya heran. Karena tadi, Fatma dan Ghufran sudah ke mari dan mereka baru saja pulang sebelum Fahsan beralih dengan laptopnya.
"Loh, kan kita memang mau ke ndalem dulu Sya. Pasti ketemu Ummy dan Abi di sana. Lagian, tadi kamu juga udah ketemu Ummy dan Abi, kan? Kok sekarang minta itu lagi?" heran Fahsan membuat Aca langsung menggelengkan kepalanya.
"Bukan Ummy Fatma ataupun Abi Ghufran," jawab Aca, semakin membuat Fahsan bingung.
"Terus?" tanya Fahsan bingung.
"Aca kangen Ummy sama Abi Aca. Boleh ya Gus?" pinta Aca dengan raut puppy eyesnya.
Sekarang Fahsan paham. Jadi, yang diminta gadisnya itu bukanlah orang tuanya Fahsan, tapi orang tua Aca sendiri. Fahsan juga ngerti, setelah apa yang dialami oleh Aca selama beberapa minggu ini, pastilah gadis itu merindukan orang tuanya. Bagaimana tidak rindu? Orang Aca selama pulang gak dianggap sama sekali.
"Ya sudah, habis kamu diizinkan pulang nanti, kita akan langsung ke Bogor kalau gitu." ucap Fahsan langsung membuat senyuman Aca mengembang haru.
"Makasih Gus!" Sontak, Aca memeluk Fahsan dengan eratnya dan langsung dibalas oleh Fahsan dengan hangatnya.
"Aca gak nyangka, bisa dapatin suami sebaik Gus." jujur Aca setelah melepaskan pelukannya dari Fahsan.
"Memang saya baik?" heran Fahsan, membuat Aca terkekeh geli.
"Tentu. Gus Fahsan itu walaupun ngeselin, tapi Aca akui kalau Gus itu baik banget. Saking baiknya, Aca jadi pangling," kekeh Aca di akhir kalimatnya.
Mendengar penuturan Aca, tangan Fahsan langsung mengacak-acak kepala Aca yang tertutup jilbabnya.
"Saya juga beruntung bisa punya istri kaya kamu Sya," tulus Fahsan, lalu menarik Aca kembali ke dalam dekapannya.
"Kenapa bisa beruntung Gus? Padahal, Aca gak ada plusnya, cuma ada minusnya doang. Astaghfirullah lagi," jawab Aca membuat Fahsan langsung melepaskan dekapannya dan menatap manik Aca dengan lekat.
"Kamu itu istimewa di mata saya Sya. Gak ada seorang wanita pun yang bisa meluluhkan hati saya selama ini. Hanya kamu Sya. Kamu itu adalah perempuan yang enggak egois. Walaupun mungkin kamu punya masa lalu yang kelam, tapi gak nyalahin orang lain atas itu. Dan kamu malah merubah diri kamu setelah apa yang menimpa kamu. Padahal, di luaran sana, jika orang lain mengalami hal yang sama dengan kamu, mereka pasti akan melakukan hal sebaliknya. Mereka pasti akan selalu menyalahkan takdir dan menyalahkan semua orang yang membuat mereka seperti itu. Dan kamu gak kaya gitu, itulah hal yang membuat saya beruntung bisa memiliki kamu Sya. Kamu itu berharga di mata saya dan keluarga saya," ucap Fahsan terdengar begitu tulus.
Aca menjadi terharu mendengarnya. Ternyata, Tuhan selama ini baik dengan dirinya. Tapi, dia malah meninggalkan-Nya. Dan sekarang Aca sadar, bahwa setiap rencana Tuhan itu pasti akan ada hikmahnya. Buktinya sekarang, Aca ditakdirkan dengan seorang lelaki yang begitu Maa Syaa Allah di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Dia (End)
SpiritüelKisah gadis yang bernama Lakesya. Dunia malam yang sudah menjadi hobinya harus dia tinggalkan di saat keluarganya mengetahui semua hal yang sudah dia lakukan selama ini, semenjak dirinya jauh dari keluarganya. Pernikahan yang selalu diimpikannya aga...