Hafalan Ulang

98 6 0
                                    

Selesai melaksanakan sholat Maghrib tadi, seluruh santri diminta untuk tetap berada di mesjid dan melanjutkan hafalan Al-Qur'an ataupun hadits mereka. Setelahnya, mereka harus menyetorkannya kepada pembimbing yang sudah dibagi tiap kelompoknya.

Aca yang merupakan santri baru di sini, tidak tahu harus melakukan apa. Karena dia sama sekali tidak mendapatkan kelompok. Ntah lupa atau bagaimana, tapi tidak ada yang memberi tahu Aca, Aca satu kelompok dengan siapa.

"Hai!" sapa salah satu santriwati yang tadi sudah membangunkannya.

Aca menatap santriwati itu sebentar, lalu tersenyum kepadanya.

"Namanya siapa? Aku Aulia." ucap Aulia menyodorkan tangannya kepada Aca. Awalnya Aca ragu, bisa saja santriwati yang ada di depannya ini kembali seperti si Fika yang tidak jadi berkenalan dengannya, karena hasutan dari Ghena dan kawan-kawannya.

"Aca, gue biasa dipanggil Aca." jawab Aca berusaha ramah dan membalas uluran cewek itu.

"Wah ... nama yang lucu sama seperti orangnya." puji Aulia dengan senangnya.

"Makasih!" Aulia menanggapi itu dengan senyuman hangat dan tak lupa menganggukkan kepalanya.

"Oh iya, tadi Bu Nyai nyariin kamu loh. Katanya kamu di suruh ke bagian beliau," ucap Aulia yang membuat Aca kembali bersemangat sekarang.

"Bu Nyainya di mana?" tanya Aca antusias.

"Ayo, kita sama aja ke sana! Soalnya aku juga kelompok Bu Nyai," jawab Aulia dengan senangnya.

Akhirnya, kedua gadis itupun berlalu dari sana dan berpindah tempat di mana Fatma berada.

"Bu Nyai, ini Aca." ucap Aulia seraya menunjuk Aja dengan tangannya.

"Oh iya, silahkan duduk!" ucap Fatma.

"Aca, Ummy boleh tanya?"

"Boleh Ummy. Ummy mau tanya apa?"

"Maaf kalau Aca tersinggung, ya. Sebelumnya Aca udah hafal berapa juz?" tanya Fatma dengan lembut.

"Waktu itu udah sempat 10 Ummy," jawab Aca tanpa keraguan.

"Terus sekarang?"

"Hehehe, Aca udah lupa kayanya Ummy." cengir Aca, membuat Fatma tersenyum hangat kepadanya.

"Ya sudah, Aca ulang lagi ya. Nanti Ummy bantuin juga, mau?" tawar Fatma yang langsung diangguki semangat oleh Aca.

"Aca coba sekarang boleh Ummy?" tanya Aca yang kian bersemangat.

"Boleh, tapi bentar lagi waktu isya."

"Yah .... Yaudah deh, Aca setor besok aja ke Ummy ya?"

"Boleh kok sayang."

"Makasih Ummy!"

"Sama-sama, Nak."

...

"Khotamallohu 'alaa quluubihim wa 'alaa sam'ihim, wa 'alaaa abshoorihim ghisyaawatuw wa lahum 'azaabun 'azhiim ...."

"Wa-"

"Lo bisa kecilin suaranya gak sih? Berisik!" sentak Ghena, membuat Aca menghentikan hafalannya.

"Kenapa sih? Gue lagi ngafal juga," balas Aca merasa tidak bersalah.

"Ya jelaslah, suara lo ganggu banget. Kita semua juga mau istirahat kali!" jawab Ghena yang disetujui oleh yang lainnya. "Iya nih, gara-gara lo mata kami gak bisa tidur."

"Bukan mata kali yang tidur. Kalau mata yang tidur, masa lo mau mejam aja, tapi lo masih sadar. Itumah gak tidur namanya, tapi mejam mata." timpal Aca membenarkan perkataan santriwati tadi.

"Terserah gue lah, kok sewot banget lo?" balas santriwati itu yang tidak mau disalahkan.

"Lo kalau mau ngafal, bagus jangan di sini Ca. Coba dicari tempat lain," ucap Elsa yang menampilkan mata beratnya.

Ucapan Elsa walaupun terdengar mengusir, namun tetap saja dia tidak menyalahkan Aca sama seperti yang lainnya.

"Yaudah deh, kalau gitu." ngalah Aca, yang akhirnya bangkit dari tempat tidurnya. Sedangkan yang lainnya malah tersenyum senang dan berusaha kembali memejamkan mata mereka semua.

Setelah keluar dari asramanya itu, Aca memilih untuk pergi saja mencari tempat yang bisa membuatnya nyaman. Iya sih gelap, tapi mau bagaimana lagi? Aca harus bisa mengulang hafalannya, agar dia bisa mempertahankan jati dirinya dulu.

"Nah, di sini kayanya enak deh." ucap Aca setelah menemukan tempat yang pas untuk dia tempati sekarang.

Di tepi kolam yang sengaja dibuat agak tinggi, karena memang itu adalah kolam ikan. Namun, walaupun kolam ikan, kolam itu sedikit dalam. Jadi, siapapun yang berada di dekat kolam itu harus hati-hati juga.

"Bismillah, mudah-mudahan bisa hafal lagi. Minimal surat Al-Baqarah deh."

Aca pun mulai mengafal surat Al-Baqarah dari awal sampai akhir. Berulangkali dia mencoba menghafalnya. Bahkan, Aca sudah melakukan trik lamanya untuk menutup buka Al-Qur'an nya. Tapi, ntah kenapa Aca jadi lupa-lupa ingat. Awalnya udah betul, eh pas ditengah-tengah malah balik ke ayat awal.

"Kenapa sih, susah banget ngulangnya? Padahal, dulu Aca udah hafal banget. Apa mungkin Aca terlalu banyak dosa ya? Yaa Allah, ampuni Aca! Aca tau Aca salah selama ini, tapi jangan hilangkan ingatan Aca terhadap ayat suci-Mu Yaa Allah!" doanya seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Lalu, mengusapnya ke wajahnya.

"Ekhem!"

Bukan Dia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang