Jujur

94 5 0
                                    

Kini, Fahsan hanya tinggal berdua dengan Aca. Karena tadi Fatma dan Ghufran terpaksa terburu-buru pulang setelah waktu Maghrib datang. Katanya ada santriwan yang berkelahi ntah karena apa. Jadi, Ghufran harus mengurus itu.

Maka, terpaksalah Fatma beserta Kevin dan Jerfan ikut untuk pulang juga, karena mereka tak tahu harus pulang dengan siapa. Apalagi besok Jerfan harus sekolah. Jadi, tinggallah Fahsan dan Aca di ruangan ini dengan Aca yang masih belum sadarkan diri.

"Sya, gak capek tidur terus?" tanyanya sambil terkekeh dengan wajah yang masih sendu.

"Bangun yuk!" ajak Fahsan seraya mengusap lembut pipi Aca.

Tak lama setelah tindakannya, jari Aca bergerak. Membuat Fahsan langsung merasa senang. Seolah-olah, dunianya sekarang sudah kembali.

"Ummy," lirih gadis itu tiba-tiba. Membuat Fahsan mengernyit heran. Ummy siapa maksudnya?

"Aca kangen," lirih gadis itu lagi. Tapi, Aca masih betah untuk menutup matanya.

Sekarang Fahsan paham, siapa yang dimaksud oleh Aca di ngigaunya. Dengan perasaan iba, Fahsan pun mengusap lembut kepala istrinya itu dan semakin mengeratkan genggamannya pada tangan kanan Aca.

...

Tepat jam 12.00, tiba-tiba mata Aca mengerjap pelan-pelan. Dia merasa ada yang berat di pergelangan tangannya saat ini. Sontak Aca pun menatap ke arah lengan kanannya itu dan benar saja, ada seseorang yang tengah tertidur di lengannya.

Sebentar, apa itu mungkin suaminya? Tapi siapa? Pikir Aca.

Setelah berpikir panjang, Aca hendak memperbaiki posisinya menjadi duduk. Namun, dia malah merasakan tangannya yang digenggam oleh orang yang berada di samping brankarnya itu.

Karena merasa ada pergerakan, Fahsan menjadi terusik dengan itu. Dia pun menegakkan kepalanya dan mengucek matanya sebentar, lalu menatap Aca yang juga tengah menatapnya dengan tidak percaya.

"G-gus ngapain di sini?" tanya Aca heran. Tak lupa, gadis itu langsung menarik tangannya dari genggaman Fahsan.

"Kamu sudah sadar?" tanya Fahsan yang menghiraukan pertanyaan Aca. Karena merasa senang, spontan Fahsan langsung memeluk tubuh Aca yang begitu kurusnya.

Aca syok. Kenapa lelaki dihadapannya ini malah tiba-tiba memeluknya. Aca tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Dia ingin menolak, tapi tangannya terasa berat untuk menolaknya.

"G-gus, boleh lepasin?" lirih Aca mulai merasa sesak dengan pelukan Fahsan pada dirinya.

"Eh, maafkan saya. Saya hanya merasa senang dengan sadarnya kamu Sya," jujur Fahsan dengan senyuman yang tak lepas dari wajahnya.

Aca tak menjawabnya. Malahan, Aca berniat ingin mengambil gelas yang ada di meja sebelah brankarnya.

"Eh, biar saya bantu Sya." ucap Fahsan yang langsung membantu Aca untuk minum.

"Gus kenapa di sini?" tanya Aca lagi dengan lemasnya, setelah menenguk setengah air di gelas itu.

"Saya suami kamu Sya, apa tidak boleh saya menjaga istri saya di sini?" ucap Fahsan yang berhasil membuat Aca tersedak dengan minumnya itu.

"Hati-hati Sya," ucapnya membantu Aca yang tersedak. Dan Aca tak menghiraukan itu.

"Su-suami?" tanya Aca heran.

"Iya, kamu adalah istri saya. Saya sudah menikahi kamu dua minggu yang lalu Lakesya."

Deg.

"Jadi, Gus suami Aca yang udah sembunyi dari istrinya?" tanya Aca polos dan itu berhasil membuat Fahsan menautkan alisnya, seraya tersenyum heran.

"Ma-maksudnya, Gus kah pemilik nomor yang udah ngechat Aca itu? Dan itu bukan Gus Kevin?" terang Aca yang membuat Fahsan langsung mengangguk paham.

"Iya, itu saya. Saya sengaja melakukan semua ini agar bisa mengenal kamu seperti apa, sebelum saya akan menuntun kamu menjadi lebih baik." jawab Fahsan membuat Aca masih belum yakin.

"Kalau memang Gus adalah suami Aca, apa yang membuktikannya?" tanya Aca.

Dengan cepat Fahsan memperagakan jari manis tangan kanannya yang memperlihatkan ada sebuah cincin yang terpaut di sana. Dan dia pun juga mengangkat jari tangan kanan Aca yang sama halnya dengan milik Fahsan.

"Tapi, ini bisa saja memiliki model yang sama," ucap Aca lagi.

"Kamu bisa lihat di dalam cincin itu. Ada nama saya dan nama kamu yang tertulis di sana," jawab Fahsan yang langsung membuat Aca melepaskan cincin itu dan melihat dalamnya.

Benar kata Fahsan, cincin itu sudah diukir dengan nama mereka berdua. Melihatnya Aca jadi berkaca-kaca sekarang. Akhirnya, penantiannya dua hari ini untuk bisa bertemu dengan suaminya terwujud juga.

Sontak Aca langsung kembali memeluk Fahsan yang masih setia ditempatnya dan mereka pun langsung saling berpelukan antara satu sama lainnya.

Bukan Dia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang