Telat

90 5 0
                                    

Aca baru saja selesai melaksanakan sholat berjamaah di mesjid pesantren ini. Kalau boleh jujur, sebenarnya Aca masih ngantuk sekarang. Gimana gak ngantuk, ternyata semalam Aca tidur udah jam 3, karena mengulang semua hafalannya. Dan kalian tau gimana hasilnya? Tentu saja Aca hanya ingat 20 surat Al-Baqarah saja.

Alhamdulillah sih, tapi tetap saja Aca merasa kesal dengan dirinya. Bisa-bisanya dia melupakan itu semua. Padahal, dulu dia sudah mati-matian untuk menghafal itu semua. "Dasar Aca!" makanya.

"Ca!" panggil Aulia, membuat Aca menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang dengan mata yang benar-benar menahan kantuknya.

"Kamu kenapa?" tanya Aulia heran, melihat mata Aca yang sangat sulit untuk dibukanya.

"Ngantuk," jawab Aca sambil menguap.

"Ih, kalau nguap itu tutup mulutnya Ca! Nanti kemasukan setan loh," nasehat Aulia yang malah dihiraukan oleh Aca.

"Ngapain?" tanyanya, sambil mengusap-usap matanya.

"Nanti kuliah?" tanya Aulia yang hanya mendapat anggukan dari Aca.

"Mau sama aja, gak?" tanya Aulia yang sudah tau di mana Aca kuliah. Dan ternyata mereka berdua satu universitas, hanya saja beda fakultas.

"Emang boleh?" tanya Aca yang masih sulit membuka matanya.

"Boleh, nanti aku jemput ke asramanya, ya!" ucap Aulia yang lagi-lagi diangguki Aca.

"Yaudah, gue ke asrama dulu ya? Ngantuk nih," ucap Aca kembali menguap.

"Yaudah, hati-hati. Ingat loh, matanya di buka, jangan merem terus!" ingat Aulia yang dihiraukan oleh Aca, karena gadis itu sudah terlanjur melangkah dan membiarkan Aulia tinggal sendirian.

...

"Cih, si maemunah masih tiduran nyenyak. Dikira baik apa tidur jam segini?" ucap Ghena yang menatap Aca yang tertidur dengan tidak suka.

"Tau tuh, kebo banget!" timpal Fika.

"Udah ah, kalian ngomongin dia terus, nanti telat masuk kelas baru tau. Udah sana pergi!" ucap Elsa yang lagi-lagi menengahi permasalahan yang terjadi.

"Lo kenapa sih Sa, keknya dari kemarin gak betah banget gue ngomongin tu cewek." todong Ghena.

"Yaiyalah, siapa juga yang betah dengan keributan. Udah, sana! Nanti lo telat, malah gue yang lo salahin." usir Elsa lagi, membuat Ghena kesal begitupun dengan Fika yang ia tarik dengan paksa keluar.

"Kasihan juga kalau liat dia kaya gini. Huh, biarin aja dulu deh. Kayanya semalam dia gak tidur." ucap Elsa sebelum dirinya pun ikut pergi dan meninggalkan Aca sendirian di asrama.

Baru saja Elsa melangkah pergi, tiba-tiba Aulia datang menghampirinya. "Sa, Aca-nya ada?" tanyanya to the point.

"Ada, tapi lagi tidur." jawab Elsa seadanya yang membuat Aulia membulatkan matanya.

"Kamu gak bohongkan Sa?" tanya Aulia tidak percaya.

"Ngapain bohong sih, kalau gak percaya, cek aja ke dalam." ucap Elsa dengan malas.

"Yaa Allah, udah jam berapa ini? Yaudah, makasih ya. Assalamualaikum!" pamitnya yang langsung berlari masuk ke dalam asrama Aca.

"Aca! Bangun!" teriaknya membuat Aca langsung terusik dari tidurnya.

"Siapa sih?" tanyanya serak, khas baru bangun tidur.

"Lihat jam Ca! Kamu udah telat loh ini," heboh Aulia yang langsung menyodorkan jam weker milik santriwati lainnya.

"Masih jam 8 kok," jawab Aca santai.

"What?!" ucapnya tiba-tiba.

"Kok gak ada yang bangunin sih? Aaa! Kan jadi telat ...," keluhnya yang panik sendiri.

"Udah sana cepatan mandi! Aku tunggu 5 menit."

Mana bisa! Aca itu kalau mandi harus ada proses bermain dengan airnya. Jadi, gak bisa secepat itu.

"Aca cepat! Jangan kelamaan mikir ih!" teriak Aulia. Baru kali ini Aulia sekesal ini dengan Aca.

"Iya-iya!" timpal Aca langsung beranjak ingin pergi ke kamar mandi, tapi langkahnya malah terhenti tiba-tiba.

"Kenapa lagi, Ca?" tanya Aulia capek.

"Gue lupa, baju gue masih di kost yang lama." ucap Aca yang tentunya dengan cengiran andalannya.

"Yaudah, sana mandi dulu, nanti aku pinjamin baju aku." Mendengar itu, Aca langsung meleset pergi ke kamar mandi. Sedangkan Aulia, gadis itu beranjak menuju asramanya kembali dan membawakan Aca baju miliknya.

Aca memang belum sempat membawa apa-apa ke sini, selain tas selempang dan handphonenya. Sebentar, mengingat tas dan selempangnya, sepertinya Aca meninggalkannya di ndalem, karena sewaktu ke asrama, Aca hanya membawa badannya sendiri. Dasar Aca pelupa! Kalau soal mukena, Aca masih bisa mengakalinya dengan menggunakan mukena masjid. Namun, untuk yang lainnya Aca tidak bisa seperti ini. Dia akan coba pulang ke kostnya nanti, terus membawa barang-barangnya ke pesantren ini.

Bukan Dia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang