Chapter 1 : My Self & Him

647 64 4
                                    

Musim dingin di penghujung tahun, bagaikan ancaman bagi orang-orang yang senang berkeliaran sampai dini hari, musim dingin mengibaratkan bahwasanya manusia perlu menghargai waktu. Tidak membuang nya dengan melakukan aktivitas yang tidak penting.

Musim dingin berarti, dunia perlu saling mencurahkan rasa hangat di antara makhluk nya. Menghabiskan quality time bersama keluarga, berbincang dengan bahasan yang tidak menentu, atau bahkan membicarakan masa depan dengan metode meramal dan mengkhayal.

Namun ada salah satu makhluk yang merasa setiap hari adalah musim dingin bagi nya, terlampau monoton, senyap, dan abu-abu.

Rumah mewah bak istana ini bukanlah surga baginya, setiap hari ia menjalani hidup bagaikan rapunzel menunggu sang pangeran membuka dunia baru untuknya, seperti hal nya dongeng fiksi yang di ceritakan oleh bibi kim.

Namun bocah laki-laki berusia 12 tahun itu harus menelan pil pahit, merasakan kehampaan dan menutup telinga dari suara-suara kebahagiaan orang-orang di balik pintu kamar nya ini.

" Ahahahahaha, ayah mengapa acara ini lucu sekali. Ibu-ibu ningning mau kue lagi. " seruan sang kakak membuat sohee tersenyum kecil.

" Ayah-ayah, boleh tidak ningning mengajak sohee menonton bersama. Adik seharian belajar ayah, ningning kasihan. Sohee pasti senang kalau menonton acara kesukaannya ini. " pinta ningning penuh harap.

Sohee yang menguping di balik pintu. hanya menunduk, tidak pernah berharap sekalipun bahwa ayah nya akan mengizinkan.

BRAAK !

Dan benar saja gebrakan di meja menandakan bahwa ayah nya akan berakhir temperamen apabila menyangkut tentang dirinya.

" NINGNING! Jangan sekali-kali kamu menyebut omega sialan itu. Ayah benci sekali mendengar nya. " ujar sang ayah tanpa memikirkan perasaan sohee sama sekali.

" Yah ! Sohee itu bagian dari keluarga kita. Ningning tidak pernah mengerti mengapa ayah selalu bersikap berbeda kalau menyangkut tentang sohee, ada apa sebenarnya? " murka ningning mencerca sang ayah tanpa merasa takut sama sekali.

Mungkin karena status nya sebagai seorang beta, maka nya ada sisi berani yang kerap kali ningning tunjukkan apabila sohee di rendah kan berkaitan status nya sebagai omega satu-satu nya di keluarga.

" Heh, alasannya cukup sederhana. Ayah hanya tidak ingin mempunyai putra ber status omega. Itu merendahkan martabat keluarga kita. Seharusnya anak sial itu lebih baik tidak perlu terlahir ke dunia dari awal. Hanya membuat malu saja. "

Terkadang sohee memang sudah terbiasa, hati nya lambat laun mati rasa. Mendengar semua hinaan tidak berdasar dari ayah nya yang merupakan orang yang seharusnya menjadi garda terdepan untuk melindungi nya.

Terlebih lagi ibunya, sosok yang telah melahirkannya ke dunia juga sama persis dengan ayahnya. Pola pemikiran mereka terkesan diktator jika berhadapan dengan sohee. Seolah-olah sohee harus mati agar mereka mampu tertawa tanpa beban.

" Benar apa kata ayahmu, orang dengan status omega seperti dirinya harusnya di musnahkan. Di masa lalu, orang seperti adikmu ini dijadikan budak. Karena kedudukannya begitu lemah dan rendah di masyarakat. Untung ibu dan ayah masih berbaik hati merawat adikmu. Jika tidak mungkin ibu sudah membuang nya di camp perkumpulan para omega yang menjijikkan. "

samar-samar suara sang ibu seperti lullaby menyakitkan yang terus menghantui nya setiap saat. Sohee bahkan menjatuhkan setetes demi setetes air mata, tanpa sadar membasahi piyama yang di kenakannya. Anak berusia 12 tahun itu menangis dalam diam, meredam suara tangisan dengan cara menggigit lengan nya kuat. Setiap hari sohee kerap kali seperti ini. Menahan segala nya di dalam keterdiaman.

ANTI HERO! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang